Kalimat tauhid merupakan salah satu dzikir yang sangat dianjurkan karena selain mempertegas kesaksian ketauhidan, juga merupakan bentuk dizkir untuk selalu mengingat Allah di mana pun berada. Dalam Surat al Baqarah 152 Allah berfirman: Ingatlah (dzikir) kepada Ku, pasti Aku ingat kepadamu. Itulah keutaman dzikir dengan janji Allah selalu mengingat hamba yang memperbanyak.
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, “Dzikir yang paling utama adalah lafadz ‘Laa ilaha illallah’ dan doa yang paling utama adalah ‘alhamdulillah’” (Hadits hasan diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, An Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).
Kalimat tauhid merupakan salah satu dizkir yang paling mulia. Bahkan Nabi mengatakan bahwa kalimat ini merupakan bacaan yang telah dibaca oleh para Nabi sebelumnya. “Dan sebaik-baik perkataan yang aku ucapkan demikian pula yang diucapkan para nabi sebelumku adalah laa ilaha illallah” (HR. Tirmidzi).
Kalimat tauhid merupakan dzikir paling mulia. Karena kemuliaan inilah orang yang memperbanyak dzikir akan mendapatkan kunci terbebas dari api neraka. Dalam suatu riwayat nabi bersabda. “ sesunggunguhnya Allah mengharamkan bagi neraka, bagi siapa yang mengucapkan laa ilaha illallah yang dengan tujuan mengharap wajah allah (HR Bukhari Musim).
Tentu saja kita harus memperbanyak dzikir tauhid agar lisan dan hati kita selalu mensucikan ke-esa-an Allah. Memperbanyak dzikir ini secara istiqamah akan membiasakan hidup dan mati kita diakhiri dengan kalimat tauhdi. Dan janji Nabi bagi umat Islam : barangsiapa yang akhir perkatannya sebelum meninggal dunia adalah lailaha illah maka dia akan masuk surga (HR Abu Daud).
Jadi, kalimat tauhid merupakan kalimat tayyibah yang harus diperbanyak untuk diucapkan dan menjadi dzikir umat Islam sehari-hari. Kalimat tauhid sangat agung sehingga tidak boleh hanya sekedar menjadi simbol. Karena itulah, kalimat tauhid harus diperbanyak menjadi dizkir bukan menjadi simbol. Kalimat tauhid harus ada di lisan dan di hati, bukan sekedar di kaos dan di topi.
Karena ada nama allah dalam kalimat tauhid, para ulama sangat berhati-hati dalam memperlakukannya dalam bentuk tulisan dan gambar lainnya. Tentu saja agar tetap menjaga keluhuran kalimat ini, sebagian ulama melarang menulisnya di tempat dan barang yang berpotensi untuk dinistakan seperti bendera, kaos, dinding, dan barang lainnya.
Karena itulah, seluruh umat Islam harus menyadari bahwa kalimat tauhid adalah dzkir dan sarana mengingat Allah. Perbanyaklah dzikir dengan menyebut nama Allah dengan keutamaan yang telah disebutkan, daripada memperbanyak kalimat tauhid di berbagai tulisan dan simbol yang tidak menjamin kita bisa memuliakan kalimat tersebut.
Menjaga kalimat tauhid sebagai kalimat suci dan dizkir agung bukan dengan menjadi sebatas simbol dan kebanggaan diri. Kalimat tauhid adalah bekal diri untuk selalu dibaca di lisan dan dijaga dalam hati sampai mati.