berdoa menghadap ke atas

Berdoa Menghadap Ke Atas, Kenapa ?

Wahhabi menjadikan hal tersebut sebagai dalil bahwa Allah swt berada di atas. Di dalam kitabnya yang berjudul “Arsyif Multaqa Ahlil Hadits” dijelaskan:

فَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فِي عُلُوِّهِ مُسْتَوٍ عَلَى عَرْشِهِ اِسْتِوَاءً يَلِيْقُ بِجَلَالِهِ، وَالدَّاعِيْ يَتَوَجَّهُ إِلَى رَبِّهِ فِي الْعُلُوِّ لِلدُّعَاءِ

Artinya: “Allahu subhanahu wa ta’ala di dalam ketinggiannya bersemayam di Arsy, dengan bersemayam yang layak bagi kekuasaannya. Orang yang berdo’a menghadap kepada tuhannya di dalam ke tinggiannya di dalam berdo’a”

Maksudnya, orang-orang yang berdo’a semata-mata karena Allah swt berada di Arsy yang berada di atas langit. Seandainya Allah swt tidak berada di atas, untuk apa berdo’a menghadap ke atas. Orang berdo’a tentu menghadapkan wajahnya kepada dzat yang dimintai do’a, yaitu Allah swt. Ibarat orang yang meminta-minta akan menghadap kepada orang yang diminta.

Pola pikir yang demikian berbeda dengan umat Islam pada umumnya. Umat Islam secara umum berdo’a bukan semata-mata karena berkeyakinan Allah swt berada di atas langit. Tetapi karena langit atau arah atas merupakan kiblat bagi orang yang berdo’a. Para ulama’ hadits, tafsir, fiqh dan bidang ilmu pengetahuan lainnya menjelaskan bahwa langit merupakan kiblat di dalam berdo’a. Misal al Hafidz ibn Hajar al Atsqalani yang terkenal sebagai ulama’ hadits ketika menjelaskan tentang hukum berdo’a menghadap ke langit dengan mengutip perkataan Ibn Batthal, ia menjelaskan:

أَجْمَعُوْا عَلَى كَرَاهَةِ رَفْعِ الْبَصَرِ فِي الصَّلَاةِ وَاخْتَلَفُوْا فِيْهِ خَارِجَ الصَّلَاةِ فِي الدُّعَاءِ فَكَرِهَهُ شَرِيْحٌ وَطَائِفَةٌ وَأَجَازَهُ الْأَكْثَرُوْنَ لِأَنَّ السَّمَاءَ قِبْلَةَ الدُّعَاءِ كَمَا أَنَّ الْكَعْبَةَ قِبْلَةَ الصَّلَاةِ

Artinya: “Ulama’ sepakat mengangkat pandangan di dalam shalat hukumnya makruh. Dan mereka berbeda pendapat tentang berdo’a di luar shalat. Menurut pensyarah kitab dan sekelompok ulama’ hukumnya makruh. Tetapi menurut kebanyakan umat Islam hukumnya boleh, karena langit merupakan kiblatnya do’a sebagaimana ka’bah kiblatnya shalat”

Sehingga dengan demikian, orang yang berdo’a dengan mengangkat tangan sambil berdo’a bukan karena meyakini Allah swt berada di atas langit, tetapi karena langit atau arah atas merupakan kiblat bagi orang yang berdo’a. hal ini sama dengan Ka’bah yang merupakan kiblat bagi orang yang shalat.

Seandainya berdo’a menghadap ke atas karena Allah swt berada di atas, maka menjadi aneh ketika dibenturkan dengan perintah shalat menghadap kepada kiblat dan berpaling dari arah atas (langit). Allah swt berfirman:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا

Artinya: “Sungguh kami melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram” (QS. Al Baqarah: 144)

Seandainya Allah swt berada di atas langit, maka pastinya Allah swt akan memerintahkan kepada orang-orang yang sedang shalat menghadap ke atas, bukan kepada kiblat.

Begitu juga di dalam sujud. Seharusnya orang yang bersujud menengadah ke arah atas, bukan menunduk dan menghadap bawah. Artinya ini menjadi bukti bahwa orang yang berdo’a bukan karena Allah swt berada di atas langit. Lalu apakah ini berarti Allah swt berada di mana-mana sebagaimana diyakini kelompok Jahmiyah ?. Tentu tidak. Dalil-dalil di atas justru menunjukkan bahwa Allah swt tidak berada di mana-mana.

وُجُوْدُهُ بِلَا مَكَانٍ

Artinya: “Allah swt tidak berada di tempat apapun”

Ketika berdo’a menghadap ke atas, shalat menghadap ke kiblat dan sujud menghadap ke bawah ini menunjukkan Allah swt tidak berada di tempat mana saja.

Dari keterangan ini dapat kita pahami, berdo’a dengan menghadap ke atas bukan karena Allah swt berada di atas, tetapi karena langit merupakan kiblat orang yang berdo’a. Namun demikian bukan berarti berdo’a harus menghadap ke atas. Tetapi boleh menghadap ke arah mana saja yang ia mau.

Wallahu a’lam

 

Bagikan Artikel ini:

About M. Jamil Chansas

Dosen Qawaidul Fiqh di Ma'had Aly Nurul Qarnain Jember dan Aggota Aswaja Center Jember

Check Also

al quran hadits

Bolehkah Menerima Hadits dari Perawi Syiah ?

Di dalam menilai kredibilitas suatu hadits, maka dapat dilihat dari dua aspek; Pertama, dari aspek …

rasulullah

Apakah Rasulullah Saw Pernah Berbuat Salah ?

Ulama’ Salaf dan Khalaf sepakat bahwa Nabi Muhammad saw adalah sosok manusia yang ma’shum (terjaga), …