Dalam beberapa diskusi tentang sifat Allah swt, tidak jarang Wahhabi mengutip fatwa syaikh Abdul Qadir al Jailani sebagai bentuk bukti bahwa aqidah Wahhabi sama dengan syaikh Abdul Qadir al Jailani, salah satu tokoh panutan Ahlussunnah wal Jama’ah. Di antara fatwanya yang sering dikutip yaitu tentang Allah swt nuzul ke langit-langit bumi. Dalam kitabnya al Ghunyan disebutkan:
وَأَنَّهُ تَعَالَى يَنْزِلُ فِيْ كُلِّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا كَيْفَ شَاءَ وَكَمَا شَاءَ فَيَغْفِرُ لِمَنْ أَذْنَبَ وَأَخْطَأَ وَأَجْرَمَ وَعَصَى لِمَنْ يَخْتَارُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَشَاءُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى اَلْعِلِيُّ الْأَعْلَى لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى لَا بِمَعْنَى نُزُوْلِ رَحْمَتِهِ وَثَوَابِهِ عَلَى مَا اِدَّعَتْهُ الْمُعْتَزِلَةُ وَالْأَشْعَرِيَّةُ
Artinya: “Sesungguhnya Allah ta’ala turun di setiap malam pada langit-langit bumi bagaimana ia menghendaki dan seperti yang ia kehendaki. Allah ta’ala mengampuni terhadap orang-orang yang berdosa, berbuat salah, dan bermaksiat bagi hamba-hambanya yang ia pilih dan ia kehendaki. Tidak ada Tuhan selain Allah swt yang memiliki nama-nama yang baik. Tidak bermakna rahmatnya yang turun atau pahalanya sebagaimana diklaim oleh kelompok Mu’tazilah dan Asy’ariyah”
Dari kutipan di atas, ada dua hal yang menjadi kesimpulan menurut Wahhabi yaitu:
- Syaikh Abdul Qadir al Jailani meyakini dzat Allah swt sendiri yang turun ke langit-langit bumi dalam setiap malam, bukan rahmatnya atau pahalanya. Hal ini sama dengan keyakinan Wahhabi bahwa yang turun adalah dzat Allah swt bukan rahmatnya.
- Syaikh Abdul Qadir menolak keyakinan Mu’tazilah dan al Asy’ariyah
Kedua kesimpulan ini memang sengaja digembar gemborkan oleh Wahhabi untuk menciptakan kerancuan dalam Ahlussunnah wal Jama’ah. Kesimpulannya akan muncul tanda tanya, apakah benar Syaikh Abdul Qadir al Jailani menolak faham Ahlussuunah wal Jama’ah dan beraqidah sama dengan Wahhabi ?
Syaikh Abdul Qadir al Jailani terkenal sebagai tokoh Sufi dalam Ahlussunnah wal Jama’ah. Sebenarnya sampai di sini sudah dapat terjawab, bahwa Syaikh Abdul Qadir al Jailani tidak mungkin berfaham Wahhabi sebab Wahhabi menolak Sufi.
Terkait fatwa yang dikutip di atas, ada kedustaan ilmiyah yang sengaja disembunyikan oleh Wahhabi. Wahhabi tidak utuh dalam mengutip sebuah pernyataan syaikh Abdul Qadir al Jailani.
Pada halaman sebelumnya, ketika syaikh Abdul Qadir al Jailani mengomentari ayat istiwa’, ia mengatakan:
وَيَنْبَغْيْ إِطْلَاقَ صِفَةِ الْاِسْتِوَاءِ مِنْ غَيْرِ تَأْوِيْلٍ وَأَنَّهُ اِسْتِوَاءُ الذَّاتِ عَلَى الْعَرْشِ لَا عَلَى مَعْنَى الْقُعُوْدِ وَالْمُمَاسَةِ كَمَا قَالَتِ الْمُجَسِّمَةُ وَالْكَرَامِيَّةُ وَلَا عَلَى مَعْنَى الْعُلُوِّ وَالرِّفْعَةِ كَمَا قَالَتِ الْأَشْعَرِيَّةُ وَلَا عَلَى مَعْنَى الْاِسْتِيْلَاءِ وَالْغَلَبَةِ كَمَا قَالَتِ الْمُعْتَزِلَةُ، لِأَنَّ الشَّرْعَ لَمْ يَرِدْ بِذَلِكَ
Artinya: “Dan selayaknya memutlakkan sifat istiwa’ tanpa mentakwil. Dan sesungguhnya Allah swt, dzarnya beristiwa’ di atas Arsy. Tidak beristiwa’ berarti duduk atau menyentuh terhadap sesuatu sebagaimana dikatakan Mujassimah dan al Karramiyah. Tidak juga bermakna tinggi dan luhur sebagaimana dikatakan Al Asy’ariyah, tidak juga bermakna menguasai sebagaimana dikatakan Mu’tazilah. Karena makna-makna itu semua tidak datang dari Allah swt”
Pernyataan syaikh Abdul Qadir al Jailani ini menunjukkan bahwa ia menggunakan pendekatan tafwid dalam memahami nash-nash mutasyabih, dan menolak pendekatan takwil. Sehingga wajar jika syaikh Abdul Qadir al Jailani menolak pendapat yang mengatakan bahwa yang nuzul ke langit-langit bumi adalah rahmatnya atau pahalanya. Sebab pemaknaan ini merupakan hasil dari pendekatan takwil, yang ditolak oleh syaikh Abdul Qadir al Jailani.
Namun apakah menolaknya syaikh Abdul Qadir al Jailani terhadap takwil ini berarti menolak seluruh al Asy’ariyah atau Ahlusunnah wal Jama’ah dan seaqidah dengan Wahhabi ?. Tentu tidak. Perlu diketahui, Ahlussunnah wal Jama’ah menggunakan dua pendekatan dalam memahami nash-nash mutasyabih, yaitu tafwid dan takwil. Kedua bentuk metode ini sama-sama dibenarkan oleh Ahlussunnah wal Jama’ah. Dan syaikh Abdul Qadir al Jailani ada di pendekatan yang pertama yaitu tafwid.
Dari sini ada dua kesimpulan:
- Syaikh Abdul Qadir al Jailani menolak al Asy’ariyah yang menggunakan pendekatan takwil. Sementara yang menggunakan tafwid, tetap diterima.
- Syaikh Abdul Qadir al Jailani tidak seaqidah dengan Wahhabi. Sebab syaikh Abdul Qadir al Jailani menolak adanya sifat jisim bagi Allah swt seperti duduk, menyentuh dan bergerak.
Wallahu a’lam