Ketika Nabi bersembunyi dari kejaran kafir Quraisy di dalam gua, Abu Bakar sudah sangat khawatir. Abu Bakar melihat mereka sudah berada di atas kepala mereka. Abu Bakar pun berkata : Wahai Rasulullah kalau saja salah seorang dari mereka melihat ke kedua kakinya sendiri, niscaya dia akan melihat kita yang berada di bawahnya.
Melihat kekhawatiran sahabatnya, Rasulullah dengan tenang bersabda : Wahai Abu Bakar, apa dugaanmu yang bakal terjadi pada dua orang di mana yang ketiganya adalah Allah. Bukan karena sekedar optimisme biasa, Rasulullah ditenangkan dengan turunnya wahyu At-Taubah ayat 40 yang kemudian menjadi sangat terkenal : “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”.
Ungkapan Tuhan bersama kita bukan sekedar menghibur diri dalam keputusasaan. Ucapan itu harus berdasarkan keyakinan dan keimanan yang kuat bahwa Tuhan selalu bersama seorang hamba dalam kondisi apapun. Tuhan sangat dekat dengan diri kita.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, katakanlah: ‘Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh petunjuk.'” (QS : Al Baqarah : 186).
Orang beriman tidak akan merasa sendirian ketika ditinggal semua orang di sekitarnya. Orang beriman tidak akan merasa sepi di saat sunyi. Karena mereka selalu bermunajat dan berkomunikasi dengan Tuhan.
Tetapi bukan orang beriman yang hanya ingat Tuhan ketika merasa susah dan sedih. Bukan mereka yang hanya mengandalkan Tuhan ketika merasa butuh, dan meninggalkan dalam kondisi Bahagia. Nabi mengingatkan “Kenalilah (ingatlah) Allah di waktu senang pasti Allah akan mengingatmu di waktu sempit.” (HR. Tirmidzi).
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah