Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada situasi yang tidak nyaman saat berinteraksi dengan orang di sekitar kita. Manusia tidak luput dari kesalahan, dan gangguan adalah bagian dari kehidupan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memiliki sifat mudah memaafkan agar hubungan baik antar sesama manusia tetap terjalin.
Memaafkan: Ibadah yang Agung
Terkadang, seseorang memaafkan hanya karena mengalah. Padahal, memaafkan adalah ibadah yang agung. Memaafkan merupakan amalan penghuni surga dan pahalanya besar. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
“Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali ‘Imran: 134)
Ibadah memaafkan ini sulit dilakukan sehingga pahalanya besar. Ibadah ini tidak bisa kita lakukan kapan saja seperti membaca Al-Qur’an atau bersedekah, tetapi hanya bisa dilakukan ketika kita dizalimi.
Allah akan mengampuni orang yang memaafkan. Hal ini berdasarkan kaidah, “al-jaza’ min jinsil-‘amal”, yang artinya balasan sesuai dengan amal perbuatan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka, berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Jika kamu memaafkan, menyantuni, dan mengampuni (mereka), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun: 14)
Meneladani Sifat Pemaaf Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Para nabi adalah manusia yang paling keras ujiannya. Namun, mereka memiliki sifat mudah memaafkan. Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, beliau bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling keras ujiannya?” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“(Orang yang paling keras ujiannya adalah) para nabi, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya. Seseorang diuji sesuai dengan kadar agamanya, kalau kuat agamanya maka semakin keras ujiannya, kalau lemah agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka seorang hamba senantiasa diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas permukaan bumi tanpa memiliki dosa.” (HR. At-Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4023, ad-Darimi II/320, Ibnu Hibban no. 699-Mawaarid, al-Hakim I/40,41, dan Ahmad I/172, 174, 180, 185)
Lihatlah bagaimana sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika dizalimi oleh kaum kafir Quraisy di Perang Uhud hingga terluka, giginya pecah, dan kepalanya berdarah. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam justru berdoa:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِى فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
“Ya Allah.. ampunilah kaumku karena mereka sejatinya tidak (belum) mengetahui (kebenaran Islam).” (HR. Bukhari no. 3477 dan Muslim no. 1792)
Semoga kita bisa menjadi muslim yang mudah memaafkan sehingga mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Wallahu a’lam.
Manfaatkan setiap waktu sebelum terlewat, jangan tambahkan maksiat, perbanyaklah taat. Sebelum nafas di ujung, sempatkanlah taubat, karena tak ada yang tahu hisab kita kelak di akhirat.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah