bulan syaban
bulan syaban

Ada Apa dengan Sya’ban (6): Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban

Setelah menulis tentang keutamaan bulan Sya’ban, Sayyid Muhammad Alawi al Maliki dalam kitabnya Madza fi Sya’ban, beliau kemudian menjelaskan satu malam di bulan Sya’ban yang memiliki keistimewaan dan keutamaan lebih dibandingkan hari-hari yang lain di bulan tersebut. Yakni, malam Nishfu Sya’ban atau malam tanggal 15 bulan Sya’ban.

Tulisnya, di bulan Sya’ban ada satu malam yang sangat agung, penuh berkah dan mulia. Tidak lain adalah malam Nishfu Sya’ban. Pada malam itu Allah menghamparkan ampunan dan rahmat-Nya. Dia memberi ampunan kepada orang-orang yang beristighfar di malam itu, juga memberi rahmat kepada mereka memohon rahmat, mengabulkan doa-doa yang dipanjatkan oleh umat Islam dan menguraikan segala kesulitan. Pada malam itu, sekelompok orang dibebaskan dari dalam neraka, dan pada malam itu juga rizqi dan amal manusia ditentukan.

Keterangan ini didasarkan kepada hadits-hadits Nabi yang begitu banyak. Dari sekian hadis tersebut memang ada beberapa hadis yang dhaif (lemah), bahkan ada yang sangat lemah. Akan tetapi menurut Ibnu Hibban ada diantara beberapa hadis tersebut yang shahih. Disini akan disebut beberapa hadits yang paling masyhur tentang malam Nishfu Sya’ban.

Diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Imam Ibnu Hibban dari Mu’adz bin Jabal, Nabi bersabda: “Allah menampakkan (rahmat-Nya) kepada semua makhluknya pada malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni mereka semua kecuali orang musyrik atau musahin”.

Ibnu Atsir dalam kitabnya al Nihayah fi Gharib al Hadits wa al Atsar menjelaskan, musahin adalah orang munafik yang ganas, dengki dan keji yang selalu menebar permusuhan, pertengkaran dan perpecahan.

Dari Aisyah, Rasulullah bersabda, “Jibril datang kepadaku, lalu ia berkata, “Malam ini adalah malam Nishfu Sya’ban, pada malam ini Allah membebaskan orang-orang dari api neraka sebanyak bulu domba milik Bani Kalb. Pada malam itu Allah tidak melihat (merahmati) orang musyrik, musahin (provokator), orang yang memutus silaturahmi, orang yang memanjangkan pakaian (sampai ke tanah karena sombong), orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, dan peminum khamar”. (HR. Baihaqi).

Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah bersabda, “Pada malam Nishfu Sya’ban Allah menampakkan (rahmat-Nya) kepada para makhluk-Nya, kemudian mengampuni mereka, kecuali dua golongan; musyahin dan orang yang bunuh diri”.

Imam Turmudzi dan Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits dari Aisyah, ia berkata, “Aku kehilangan (tidak melihat) Nabi (di malam giliran beliau bersamaku), kemudia aku keluar (mencari beliau), aku menemukan beliau di (pekuburan) al Baqi’, beliau menengadahkan kepalanya ke langit, lalu bersabda, “Apakah engkau menyangka Allah dan rasul-nya telah berbuat dzalim kepadamu (mengabaikan giliranmu untuk istri yang lain)”? Aku menjawab, “Aku kira engkau mendatangi istri yang lain”. Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya (rahmat) Allah turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban, kemudia Allah mengampuni sejumlah orang lebih banyak dari bulu domba milik Bani Kalb”.

Imam Turmudzi berkata, saya tidak mengetahui hadits dari Aisyah ini, kecuali hanya dari jalur ini. Saya mendengar Muhammad (Imam Bukhari) menilai hadis ini dhaif karena ada perawi yang terputus di dua tempat.

Ibnu Majah meriwayatkan hadits dari Abu Musa al Asy’ari, dari Nabi, beliau bersabda, “Pada malam Nishfu Sya’ban Allah menampakkan (rahmat-Nya) kepada para hamba-Nya, kemudian memberi ampunan kepada orang-orang mukmin, kecuali orang musyrik dan musyahin”.

Hadis ini riwayat Ibnu Lahi’ah, dari Imam Dhahhak, dari Aiman al Kalabi. Imam al Dzahabi berkata, “Saya tidak mengenal Aiman al Kalabi”.

Hadits-hadits tersebut adalah sebagian hadits yang ditulis oleh Sayyid Muhammad Alawi al Maliki. Masih banyak lagi hadits-hadits tentang Nishfu Sya’ban yang beliau tulis. Sebagaimana dikatakan di awal, menurut Ibnu Hibban ada sebagian diantara hadits-hadits tersebut yang statusnya adalah hadits shahih.

Dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa malam Nishfu Sya’ban adalah salah satu malam yang sangat dimuliakan oleh Allah. Karenanya, rugi kalau tidak memanfaatkan sebaik-baiknya datangnya malam tersebut.

Bagikan Artikel ini:

About Nurfati Maulida

Check Also

darah haid

Darah Haid Tuntas Tapi Belum Mandi Besar, Bolehkah Berpuasa?

Perempuan haid dilarang berpuasa. Tapi, larangan ini tidak bermakna diskriminasi Islam terhadap perempuan. Puasa ramadhan …

buah takwa

Bentuk Bahagia Menyambut Ramadan

Dalam kitab Durrotun Nashihin, ada yang yang berbunyi: “Siapa yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, …