tujuan agama
tujuan agama

Agama (Bukan) untuk Membenci [2]: Bedakan Antara Pemahaman dan Kebenaran

Jika ditelaah lebih dalam, sebenarnya tidak ada agama yang mengajarkan untuk membenci kelompok lain. Jika ternyata fakta menyebutkan bahwa ada beberapa aksi kekerasan dan tebar benih kebencian di tengah-tengah masyarakat, maka sejatinya itu merupakan fenomena kesalahan pemeluk agama tersebut dalam memahami sebuah ajaran-ajaran dalam agama. Lazimnya, ajaran-ajaran agama ini termaktub dalam sebuah teks.

Dalam kajian hermeneutika, sebuah teks lahir dari kondisi atau situasi pada saat teks itu diturunkan, sehingga teks tersebut sebenarnya sedang merespons “krisis” atau peristiwa pada saat ini. Dalam kajian ulumul Quran disebut sebagai Asbabun Nuzul.

Makanya, sedari dulu, persoalan hampir semua agama, termasuk Islam, adalah perbedaan dalam tataran konsep ketuhanan, bukan perselisihan tentang eksistensi tuhan. Dalam bahasa Masduqi (2011), seorang ulama harus bisa membedakan antara “pemikiran keislaman dan Islam”. Pemikiran Islam, masih menurut Masduqi, sangatlah beragam dan kebenarannya bersifat relatif, sehingga masing-masing ulama atau individu mengajukan asumsi masing-masing. Akan tetapi, kebenaran Islam adalah sejati, bersifat tunggal dan hanya Allah yang tahu.

Jadi, mengklaim kafir dan musyrik, serta munafik sebagai seseorang yang “hina” dan harus diperangi, sama halnya “merampas” hak Tuhan. Terlebih bagi orang atau kelompok yang sudah lebih dulu mengkavling surga. Lalu, bagaimana menyelesaikan persoalan ini? Tentu saja tidak ada jalan lain kecuali belajar (lagi) agama secara komprehensif, inklusif, kritis dan berguru pada ulama yang memiliki integritas tinggi.

Penulis yakin, jika yang demikian ini sudah terpenuhi, maka kita akan berfikir ribuan kali untuk menebar kebencian atas nama agama. Sebab, salah satu latar belakang lahirnya agama adalah untuk menciptakan perdamaian dan menjaga persaudaraan. Tegasnya, agama bukan untuk membenci, apalagi sesama pemeluk agama sendiri dan juga terhadap pemeluk agama lainnya. Ingat! Musuh utama agama adalah keterbelakangan dan kebodohan, bukan sekelompok atau golongan yang berbeda pendapat.

Gus Dur pernah berkata: “Bukankah dengan saling pengertian mendasar antaragama, masing-masing agama akan (kelompok) memperkaya diri dalam mencari bekal perjuangan menegakkan moralitas, keadilan, dan kasih sayang?

Lebih jauh lagi, Muhammad Abduh, sebagaimana dikutip Mahmud Hamdi (2009) mengatakan: “ Jika seseorang mengeluarkan kata-kata yang mengandung kemungkinan kekufuran dari seratus sisi tetapi mengandung keimanan dari satu sisi saja, maka arahkanlah kata-kata itu kepada keimanan dan tidak boleh dikafirkan.”

Sama hal yang terjadi belakangan ini, jihad lebih dimaknai sebagai ajang balas dendam. Padahal, tidak ada teks Alquran maupun hadis yang mengarahkan pada pengertian demikian. Artinya, ada problem pemahaman yang sangat berbahaya pada sebagian umat Islam.

Dalam kondisi demikian, harusnya ulama dan para aktivis dakwah meluruskan pemahaman yang salah. Alih-alih meluruskan pemahaman yang bengkok, justru sebagian ulama dan aktivis dakwah menjadi inspirasi dari pemahaman yang salah tersebut. Hal ini lantaran memaknai jihad sebagai mengangkat senjata terhadap siapapun yang dinilai membahayakan dan memusuhi Islam.

Di sinilah perlunya seorang ulama dan aktivis dakwah yang moderat. Sebab, umat yang notabena banyak yang masih belajar, terutama ihwal pemahaman keagamaan, sangat bergantung pada apa yang disampaikan oleh ulama atau tokoh agama. Jika ulama dan tokoh agama ini menyampaikan nilai-nilai yang ekstrem, maka umat pun akan memiliki pemahaman bahkan sikap ekstrem. Wallahu a’lam.

Bagikan Artikel ini:

About faedurrohman M.Pd.I

Mahasiswa Program Doktoral Pendidikan Bahasa Arab UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, aktif bergerak di bidang dakwah kultural dan struktural.

Check Also

cinta dalam islam

Islam Itu Damai [2]: Deklarasi Perdamaian dalam Islam

Di satu sisi, ketika kita melihat perkembangan dunia Islam dewasa ini akan menimbulkan rasa optimistis …

cinta dalam islam

Islam Itu Damai [1]: Mengurai Kata ‘Islam’ dalam Alquran

Sampai hari ini masih banyak orang maupun kelompok yang menjadikan Alquran dan hadis sebagai legitimasi …