meneladani nabi
Nabi Muhammad

Belajar dari Kisah Rasulullah Saat Bermuka Masam

Bukan suatu sikap yang sepele. Bermuka masam meskipun tidak termasuk kekerasan verbal, tetapi bisa menimbulkan efek negatif lainnya. Wajar saja jika sikap seperti itu mendapat perhatian yang besar oleh Allah. Sebagaimana yang dicontohkan saat tindakan itu dilakukan Rasulullah, Dia langsung memberikan teguran melalui malaikat Jibril sehingga turun surah ‘Abasa.

Menurut Hadis yang diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi dan al-Hakim dari sayyidatina ‘Aisyah, surat ‘Abasa pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad saat ia kedatangan Abdullah bin Ummu Maktum al-A’ma (Al-A’ma adalah nama laqab atau panggilan karena Ibnu Ummu Maktum seorang tuna netra).

Ibnu Ummu Maktum mendatangi Nabi dengan tujuan agar mengajarkan Al-Qur’an dan Islam, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah kepada para sahabat lainnya. Namun, karena pada saat itu Rasulullah sedang kedatangan orang-orang terhormat dari kelompok musyrik yang sangat diharapkan bersedia masuk Islam, Rasul pun mengabaikan kedatangannya.

Orang-orang terhormat itu antara lain, ‘Uthbah, Syaibah, Abu Jahal, ‘Abbas bin Abdul Muthallib, Umayyah bin Khalaf, dan al-Walid bin al-Mughirah. Rasululah sangat berharap agar mereka masuk Islam sehingga bisa memperkokoh kekuatan muslim dan diikuti juga oleh para pengikutnya.  Namun di sela-sela pertemuan itu, Ibnu Ummu Maktum terus ikut andil tidak memperdulikan, ia menyela pembicaraan sembari berkata, “Rasulullah, bacakanlah dan ajarkanlah kepadaku dari apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.”

Karena Ummu Maktum tidak melihat, permintaan seperti itupun ia ulang-ulang terus. Padahal Rasulullah sedang sibuk berurusan dengan orang-orang penting. Hal itu mem buat Rasul merasa tidak senang karena pembicaraannya diganggu sehingga ia mengabaikan dan berpaling dari ibnu Ummu Maktum.  

Rasul mengira jika orang-orang yang sedang ia hadapi akan faham sikapnya itu, yang abai dengan seorang hamba sahaya dan lebih mementingkan urusan dengan mereka. Namun, setelah Rasul melanjutkan pebicaraannya dengan para tamunya itu, Ibnu Ummu Maktum segera tahu bahwa Rasul sedang berhadapan dengan orang-orang penting. Dan ia pun merasa kecewa. Atas peristiwa inilah menjadi sebab Allah menurunkan surah ‘Abasa.

Ada pelajaran menarik dalam kisah ini. Imam as-Shawi pernah mengajukan hipotesa begini, kenapa Ibnu Ummu kecewa kepada Rasul karena diabaikan, bukankah itu menyakiti Rasul dan termasuk berbuat maksiat?

Menurut imam as-Shawi, hal itu wajar terjadi karena Ibnu Ummu Maktum sangat rindu, berkeinginan besar agar diajari Rasulullah, sehingga membuat hatinya berdebar dan tidak stabil. Dan sikap Ibnu Ummu Maktum itu merupakan rahmat dari Allah. Jadi tidak bisa dihukumi secara zahirnya syariat. Jika itu tidak terjadi, maka Rasul pun tidak membencinya dan tidak berpaling darinya. Disinilah perlunya memiliki pemahaman “Hasanatul abrar sayyiatul muqarrabin,” (kebaikan yang dilakukan orang-orang baik itu seburuk-buruknya yang dilakukan oleh orang-orang terdekat Allah).

Namun, sekali lagi, itu hanya terjadi kepada para Nabi Allah yang jelas-jelas dimaksum (dijaga dari dosa) oleh Allah. Semoga kita bisa meneladaninya dengan seksama. Amin

Bagikan Artikel ini:

About Khoirul Anwar Afa

Dosen Fakultas Ushuluddin PTIQ Jakarta.

Check Also

Serat Centhini

Konsep Amalan Harian dan Zaman Huru Hara dalam Sastra Jawa

hari Senin seperti yang dilakukan Nabi Isa, malam harinya tidak makan daging sembari mengucapkan kalimat “Ya Rahman Ya Rahim” sebanyak 103 kali.

syarat dai

Membaca Sikap Pendakwah Populer yang Jumawa

muncul para pendakwah populer yang didominasi para dai yang tidak memiliki latar belakang keilmuan agama dari pesantren ataupun dari sekolah keagamaan.