berburu malam seribu malam
berburu malam seribu malam

Berburu Malam Seribu Bulan di Tengah Pandemi Corona

Malam Lailatul Qadar, satu malam yang paling diburu selama Ramdhan. Mungkinkah di masa pandemi Corona dengan aktifitas terbatas kita masih ada kesempatan untuk meraihnya Lailatul Qadar?


Anjuran Stay at Home membuat beberapa ibadah sunnah harus dilaksanakan di rumah. Seperti shalat tarawih, tadarus al Qur’an, I’tikaf (berdiam diri di masjid dengan niat ibadah), dan ritual sunnah lain yang biasanya dilakukan di masjid saat bulan Ramadhan. Prahara Covid-19 merubah aktifitas itu semuanya.

Umat Islam harus menunaikan berbagai ibadah di rumah demi mencapai kemashlahatan yang lebih besar. Meskipun demikian, dalam kondisi esensi puasa Ramadhan dan ibadah yang lain tetap bisa digapai karena hanya beda teknis saja. Hanya semarak dan syiar Islam saja yang sedikit berkurang.

Kegamangan umat Islam saat harus di rumah saja, termasuk pengerjaan ibadah, mencapai puncaknya tatkala menapaki paruh kedua bulan suci ini. Bagaimana tidak?. Sejengkal hari lagi akan masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan di mana menurut mayoritas ulama ada satu malam yang sangat istimewa turun pada saat itu.

Itulah malam Lailatul Qadar, satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Umumnya, di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan umat Islam meningkatkan ibadah dan melakukan I’tikaf di masjid-masjid untuk berburu dan berharap berjumpa Lailatul Qadar.Mungkinkah di masa pandemi Corona masih ada kesempatan meraih Lailatul Qadar?.

Tidak Penting di Mana, Tetapi Bagaimana

Lebih dulu perlu dipahami bahwa malam yang lebih baik dari seribu bulan tersebut berlaku untuk satu malam. Bukan saat-saat tertentu pada malam turunnya. Satu detik, satu menit, satu jam dan seterusnya. Dengan kata lain malam Lailatul Qadar terhitung setelah terbenamnya matahari sampai terbit fajar.

Apa yang menjadi perhitungan dalam malam itu adalah pengerjaan ibadah yang nilainya berlipat ganda melebihi seribu bulan. Aktivitas ritual tersebut tentu tidak terikat di tempat mana dikerjakan. Karena begitu, maka semua umat Islam berkesempatan meraih lailatul Qadar. Di manapun dan siapapun yang penting sedang beribadah di malam special tersebut.

Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Juwaibir saat ia bertanya kepada Imam al Dhahhak terkait wanita haid dan sedang nifas, musafir, dan orang yang sedang tidur yang hatinya senantiasa berdzikir. Masih mungkinkah mereka meraih Lailatul Qadar?

Imam Dhahhak, seperti tertulis dalam Lathaif al Ma’arif menjelaskan bahwa mereka memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh keutamaan malam Lailatul Qadar karena siapapun yang diterima amalnya oleh Allah di malam itu akan mendapatkan bagian keutamaan malam tersebut.

Dalam kitab yang sama Ibnu Rajab mengatakan yang paling penting adalah berusaha bagaimana amal kita diterima oleh Allah. Yaitu dengan niat ibadah semata karena Allah dengan landasan keimanan yang kuat. Berharap mendapat rahmat dan ridlo Allah.

Apalah artinya semalam suntuk melakukan ibadah namun hati berhias fajir atau maksiat kepada-Nya?. Apa pentingnya di mana dan di masjid mana jika malam itu pun tidak sampai mengangkat keikhlasan dan ketulusan ibadah kita?

Dengan demikian, meskipun melakukan ibadah di rumah tidak menghalangi kita untuk meraih keutamaan malam Lailatul Qadar. Teknis boleh beda, namun esensi tetap bisa digapai dengan takwa. Berburu malam seribu bulan tidak akan berkurang kualitasnya karena corona.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …