Berhati-hati Memilih Guru Ngaji

Beberapa hari ini muncul keriuhan di media sosial medsos yang ditimbulkan oleh ceramah beberapa dai populer yang dinilai keliru secara mendasar Misalnya seorang dai nasional yang juga pejabat teras Majelis Ulama Indonesia MUI Pusat dinilai keliru menjelaskan tashrif perubahan kata kafir Dengan sangat percaya diri ia menyatakan Kafir itu asal kata kafara yukaffiru kufran Menutup hati dari Allah dan Rasul Nya Sontak saja terutama di kalangan para santri tashrifan derivasi kata a la dai bersurban itu menjadi gurauan Tashrifannya dinilai murat marit dan menyalahi kaidah Santri yang terbiasa menghafal kitab al Amtsilah al Tashrifiyyah misalnya atau selainnya menilai tashrifan dai nasional itu mencampuradukkan wazan kafara dan kaffara fa dobel Semestinya yang pas menurut mereka adalah kafara yakfuru kufran kufrun Kalau kaffara yukaffiru takfiran takfirun Ini yang sesuai kaidah insya Allah Tak pelak tashrifan dai kondang itu menjadi bisik bisik tetangga yang hangat Lalu para santri bikin guyonan biar gayeng Kata mereka mungkin dulunya dai nasional itu belajar tashrifnya begini nashara yanshuru nasgor atau dharaba yadhribu drumband Tak hanya dai kondang bersurban itu beberapa dai lain yang kerap muncul di media juga kedapatan keliru menyampaikan informasi keagamaan Pernah dulu di televisi swasta seorang dai perempuan menuliskan ayat ayat al Qur an secara keliru tidak sesuai rasm penulisan yang semestinya Peristiwa itupun menjadi bincang bincang tetangga terutama kalangan santri Belum lama kalangan santri juga diriuhkan oleh dai yang tenar di medsos yang kebetulan pendukung militan salah satu calon presiden di Pilpres 2019 Ia keliru menyebut ayat al Qur an Dengan lantang diulang ulang dan sangat percaya diri ia menyebut Qs al Isra 176 Ya berkali kali dengan penekanan yang jelas Baca juga Mengganti Term Kafir dengan Non muslim Ada dua ketidaktepatan yang dilakukannya penyebutan nomor ayat dan pelafalan redaksi Bagi kalangan santri sangat mudah mengecek langsung pada al Qur an untuk menguji kebenaran pernyataan itu Sangat jelas Qs al Isra itu jumlah total ayatnya hanya 111 Untuk al Qur an yang sama bagaimana mungkin dai itu menyebut ayat 176 Mungkin saja ya mungkin saja yang dimaksud adalah Qs al A raf 176 karena ayat yang dibacakan berbunyi serupa Namun rupanya juga ada kekeliruan pelafalan Diantara kata dalam ayat itu berbunyi alaihi hi untuk lelaki lalu olehnya dibaca alaiha ha untuk perempuan Dan ini jelas menyalahi dan maknanya menjadi berubah Untungnya tidak ada yang mendemonya berjilid jilid karena dinilai mengubah redaksi al Qur an Dan yang paling baru juga keunikan yang dilakukan oleh dai nasional yang bulak balik muncul di televisi Dai dengan khas topinya dan juga pendukung militan salah satu Capres 2019 ini dalam wawancara di televisi nasional menyatakan Orang kafir dengan orang kuffar itu berbeda Orang kafir adalah orang yang tidak mempercayai Allah dan Muhammad Orang orang kuffar adalah orang yang menyerang Allah dan Muhammad Lagi lagi para santri tercengang dengan pemaknaan yang demikian Lalu lagi lagi seorang santri kawan saya yang dosen perguruan tinggi khusus al Qur an di Tangerang Selatan dan juga pengajar metode baca al Qur an Baghdadi membuat gurauan Masjid dan masajid itu beda Masjid untuk shalat sendirian Masajid untuk shalat berjamaah Apa yang disampaikan itu menunjukkan bahwa ia belum memahami mana kata benda tunggal mufrad dan mana kata benda kolektif plural jama sehingga pemaknaannya cenderung menyeberang jauh Dan ini yang lalu menjadi gurauan para santri yang setiap harinya bergelut dengan nahwu gramatika bahasa Arab dan sharaf perubahan kata Apa makna semua itu dan apa yang semestinya kita lakukan sebagai orang awam Pertama insya Allah dan mudah mudahan fenomena itu hanya terjadi pada sebagian kalangan saja Insya Allah itu bukan fenomena umum Semoga juga peristiwa peristiwa itu kendati sudah cukup sering dan berulang ulang terjadi tidak menunjukkan bahwa negeri mayoritas muslim ini sedang dalam kondisi darurat tokoh agama Semoga juga peristiwa ini tidak menunjukkan kian dekatnya Hari Akhir atau Hari Kiamat sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah Saw dalam riwayat Imam al Bukhari Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba Nya akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama manusia merujuk pada orang orang bodoh Mereka bertanya maka mereka orang orang bodoh itu berfatwa tanpa ilmu Mereka sesat dan menyesatkan Penulis masih optimis hari akhir itu belum akan datang karena masih banyak kiai pesantren di kampung kampung yang alim lagi mukhlis tulus tanpa pamrih yang tetap setia mendampingi umat siang dan malam Tanpa hirup pikuk liputan media mereka menyebarkan nilai nilai keagamaan dengan keilmuan yang mumpuni yang bisa dipertanggungjawabkan di hadapan manusia dan Allah Swt Latar belakangnya mondok puluhan tahun menjadikan mereka layak menjadi rujukan keagamaan Kedua keliru atau salah ucap lupa hafalan itu bisa terjadi pada siapapun termasuk Penulis pembaca para kiai dan semuanya Inilah karakteristik manusia sebagai al insan mahal al khata wa al nisyan manusia itu tempatnya keliru dan lupa Tak seorang manusiapun yang bebas dari kekeliruan termasuk para nabi dan rasul Namun demikian kiranya penting menjadi catatan orang yang sering tampil di depan khalayak sudah semestinya lebih berhati hati menyampaikan tausiah keagamaannya Mereka membawa gerbong umat Mereka benar umat ikut benar Mereka keliru umat ikut keliru Ada pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak yang harus disadari Di dunia pesantren dikenal kaidah kullu ma zada al harfu zada al ma na Bahasa Arab baik al Qur an Hadis maupun selainnya jika huruf berbeda makna akan berbeda Harakat berubah makna akan berubah Jika qalbun pakai q artinya hati maka kalbun pakai k artinya anjing Sangat berbeda Bahkan dalam bahasa Arab bentuk tulisan yang sama bisa dibaca dalam beberapa bacaan yang tentu saja artinya berbeda beda Hal hal demikian tak bisa diabaikan seorang tokoh publik manapun karena kekeliruan yang mendasar akan berdampak pada kekeliruan pemaknaan dan pemahamaan selanjutnya Ketiga kaum muslim yang ingin menimba ilmu keagamaan atau mencarikan anaknya guru ngaji agama kiranya perlu berhati hati dan jeli menetapkan kreteria Sembarangan memilih guru ngaji dampaknya bisa negatif bagi perkembangan jiwa keagamaan Dengan meneladani karakter Rasulullah Saw dan para ulama mukhlis pewarisnya semestinya kreteria guru ngaji yang dikedepankan menyesuaikan karakter mereka Misalnya carilah guru ngaji yang mendalam ilmu agamanya Ini bisa dilihat dari track record nya dari sisi akademiknya perlu dicek belajar agama di mana gurunya siapa apa saja yang dipelajari dan dihafalkan penguasaan gramatika bahasa Arabnya juga sejauh mana pendalaman keilmuan tafsir hadis ushul al fiqh dll Dengan mencari informasi tentangnya tidak mustahil semua ini bisa didapatkan Jangan lagi menjadikan fasilitas fisik sebagai ukuran karena ini bukan substansi untuk membentuk karakter jiwa keagamaan Yang tak kalah penting carilah guru ngaji yang ucapannya senantiasa lempang tidak gemar menebar kebencian atau hoax menenteramkan mengayomi juga mengeratkan bukan menyamakan perbedaan Dengan karakterk ini masyarakat akan nyaman di sekelilingnya sebagaimana para shahabat Nabi nyaman dan tenteram berada di sampingnya Tirulah misalnya bagaimana muhaddits ahli Hadis terbaik sepanjang zaman Muhammad bin Ismail al Bukhari mencari guru Sebelum menerima informasi keagamaan dari seseorang beliau terlebih dahulu meneliti ucapan dan karakternnya secara mendalam Jika calon guru sesuai kreterianya ia menimba ilmu darinya Jika tidak sesuai ia segera meninggalkannya Calon guru yang kedapatan berpura pura hendak memberi makan binatang peliharaannya dan ternyata berdusta al Bukhari segera meninggalkannya Hanya salam yang dititipkan padanya melalui tetangganya Kelemahan kita seringkali tidak melakukan penelitian sejauh itu Dan insya Allah pesantren adalah lembaga yang patut menjadi harapan untuk memenuhi dahaga ilmu agama ini karena kiai kiai pesantren secara umum adalah sosok yang bisa dipertanggungjawabkan kualitas keilmuan sekeligus karakternya Karena itu untuk menghindari pemahaman keagamaan yang tidak pas sebagaimana dai dai medsos itu ajakan Ayo Mondok menjadi sangat penting Nurul H Maarif

Bagikan Artikel ini:

About Islam Kaffah

Check Also

duduk di kuburan

Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?

Meskipun arus puritanisasi  mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …

shalat ghaib korban bencana

Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …