Teramat sulit untuk mengungkap keilmuan dan kewalian seseorang. Karena ilmu dan wilayah itu, adalah rahasia terpendam. Terkadang banyak orang terkecoh dengan penampilan seseorang yang dekil, kotor dan kumuh, padahal bisa jadi ia seorang yang alim dan wali.
Terkadang ada seseorang yang menyembunyikan yang merahasiakan keilmuan dan kewaliannya. Karena bila itu terungkap dan diketahui khalayak, akan menjadi aib tersendiri dalam dunia keilmuan dan kewaliannya. Lalu, bagaimana cara mengetahui apakah seseorang itu alim atau bahkan wali, guna memastikan kepada siapa kita berguru dan ber-ittiba’?
Habib Umar Ibn Zain Ibn Semith berkata, bahwa kealiman seseorang bisa dijabarkan dari karya-karya tulis keilmuannya. Seperti Imam Nawawi misalnya, keilmuannya bisa dikenali dari karya tulisnya “al-Minhaj” dan “Syarah Muslim”. Dari dua karya ini Imam Nawawi memperkenal dirinya sebagai seorang faqih (ahli fikih) dan ahli hadits.
Demi dua karya ini, Imam Nawawi rela membujang hingga beliau berumur empat puluh empat tahun. Dan setahun kemudian Beliau wafat diusia 45 tahun. Kata Habib Abdullah al-Haddad, andai Imam Nawawi berusia seperti usia Imam Ghazali (55 tahun), niscaya pemikiran pemikiran Imam Nawawi bisa dikenal di banyak pelosok dunia, seperti kesohornya pemikiran al-Ghazali.
Lebih lanjut Habib Umar Ibn Zain Ibn Semith berkata, bahwa kewalian seseorang bisa dikenali dari kiprah murid muridnya. Seperti Imam Abu al-Hasan al-Syadzili misalnya, kewaliannya dapat diungkap dari muridnya Imam Abu al-Abbas al-Mursi, yang mencapai ke-quthub-an dalam kewaliannya. Sebuah pencapaian yang luar biasa yang orang lain belum tentu mencapainya.
Lahir dalam keluarga serba berkecukupan, tak lantas membuat al-Mursi hub al-dunya (cinta dunia). Zuhud ternyata menjadi pilihannya untuk mendapatkan kedamaian hidup di dunia. Muridnya saja mampu memperoleh gelar wali quthub ! bagaimana dengan gurunya ?! bisa disimpulkan sendiri.
Ada juga seseorang bisa dikenal keilmuan dan sekaligus kewaliannya dari anaknya. Seperti Sayyid Abdurrahman, Sayyid Ja’far, Sayyid Abdullah, Sayyid Salim, Sayyid Husein, Sayyid Hamid, Sayyid Umar, Sayyid hasan, Sayyid Ahmad, Sayyid Shalih, Sayyid Ali, Sayyid Syekhan, Sayyid Abdullah. Syarifah Fatimah, Syarifah Aisyah, Syarifah Alwiyah, Syarifah Thalhah. Ketujuh belas putra putrinya mampu mencapai maqam kewalian. Sebuah prestasi yang luar biasa. Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya.
Ada pula seseorang bisa dikenali keilmuan dan kewaliannya dari karya tulisnya, murid muridnya, dan anak anaknya. Seperti Habib Abdullah al-Haddad. Karya tulisnya mampu menjadi inspirasi bagi para pendakwah dan sering menjadi rujukan dakwah mereka. Seperti al-Nashaih al-Diniyyah wa al-Washaya al- Imaniyyah, Al-Hikam al-haddadiyyah, Risalah Adab Suluk al-Murid, Risalah al-Mu’awanah, karya karyanya mampu memberikan warna dalam diskursus tashawwuf. Dan yang tidak pernah lekang adalah Ratib al-Haddad berisi dzikir dzikir yang mampu memberikan kedamaian bathin.
Ditambah dengan kiprah dakwah murid muridnya yang cukup ditokohkan seperti, habib Ahmad Ibn Zain al-habsyi, habib Ali Ibn Abdullah al-Seggaf dan lain lain. Getol di bidang dakwah semakin mengharumkan nama gurunya Habib Abdullah al-Haddad. Kalam al-habib Alwi Ibn Syihab, 1/323
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah