Cinta Tanah Air adalah Bagian Sunnah Nabi

Hubbul Wathon Minal Iman, cinta tanah air bagian dari iman. Salah satu bait lagau Ya lal Wathon ini tidak asing di kalangan kaum santri, bahkan sebagian besar rakyat Nusantara. Lagu yang mencerminkan semangat nasionalisme ini sukses membakar semangat juang bangsa Indonesia, khususnya umat Islam, untuk merebut kemerdekaan tanah pertiwi dari penjajah.

Dulu, sewaktu Indonesia belum merdeka, KH. Hasyim Asy’ari setiap kali berada di tempat mustajab, seperti di Raudloh dan Masjid al Haram, selalu berdoa agar Indonesia merdeka. Dan pada tahun 1914, sewaktu beliau pulang ke tanah air, yang pertama kali ada di benak beliau adalah upaya ‘menyatukan Islam dengan semangat nasionalisme’.

Untuk mewujudkan impian pendiri Nahdlatul Ulama ini, Kiai Abdul Wahab bin Kiai Hasbullah, yang kemudian masyhur dengan Kiai Wahab Hasbullah menciptakan lagu yang menggugah semangat nasionalisme, lagu Ya lal Wathon ini membangkitkan semangat juang bangsa Indonesia sehingga lepas dari penjajahan. Diawali dengan kalimat “Cinta tanah air bagian dari iman,” lagu bertema kebangsaan ini masuk ke relung hati umat Islam.

Semangat nasionalisme yang diinginkan Kiai Hasyim Asy’ari ini semestinya selalu lekat erat di lubuk sanubari umat Islam saat ini. Semangat yang mampu menyatukan umat. Bersatu membangun Negara dengan mengisi kemerdekaan yang telah diraih untuk terwujudnya Indonesia yang ‘Baldatun Thoyyibatun’, bukan malah terjebak pada perang madhab yang tak berkesudahan.

Cinta Tanah Air dalam konsep Islam

Tidak ada sedikitpun yang meragukan bahwa pembelaan dan keicntaan terhadap negara atau tanah air bagian dari kewajiban seorang muslim. Dalam fikih menjaga negara adalah bagian dari menjaga terpenuhinya maqasid asy syari’ah (tujuan syariat). Dengan menjaga negara kita menjamin terjaganya agama, harta, nyawa, keturunan dan kehormatan. Dalam Islam menjaga tanah air adalah menjaga lima pilar ini.

Menjaga dan mencintai tanah air dengan konsep tersebut adalah bagian memenuhi prinsip Syariah. Karenanya mengharapkan negara yang aman dan damai impian semua orang. Termasuk Nabi-nabi terdahulu mendambakan sebuah negeri yang damai dan Sentosa. Mencintai tanah air adalah sunnah para nabi-nabi. Qur’an misalnya merekam doa Nabi Ibrahim tentang sebuah negeri: Nabi Ibrahim as yang difirmankan Allah SWT dalam Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 126: Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.”(QS. Al-Baqarah [2]: 126).

Mencintai negara adalah sebuah bagian dari keimanan. Tidak ada pertentangan antara mencintai tanah air dengan mencintai Allah. Mencintai negara layaknya kita mencintai sesama muslim dan orang tua. Apakah mencintai keduanya adalah berarti menyekutukan Allah? Sangat dangkal sekali mempertengtangkan antara kecintaan manusia sesama manusia dengan Allah. 

Nabi Ibrahim saja berharap negeri yang aman, sejahtera dan subur. Cinta tanah air bagian pula dari sunnah Nabi. Salah satu bukti Rasulullah dalam mencitai sebuah negeri adalah berikut ini:

ﺛﻢ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: «اﻟﻠﻬﻢ ﺣﺒﺐ ﺇﻟﻴﻨﺎ اﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻛﺤﺒﻨﺎ ﻣﻜﺔ ﺃﻭ ﺃﺷﺪ، اﻟﻠﻬﻢ ﺑﺎﺭﻙ ﻟﻨﺎ ﻓﻲ ﺻﺎﻋﻨﺎ ﻭﻓﻲ ﻣﺪﻧﺎ، ﻭﺻﺤﺤﻬﺎ ﻟﻨﺎ، ﻭاﻧﻘﻞ ﺣﻤﺎﻫﺎ ﺇﻟﻰ اﻟﺠﺤﻔﺔ»، ﻗﺎﻟﺖ: ﻭﻗﺪﻣﻨﺎ اﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻭﻫﻲ ﺃﻭﺑﺄ ﺃﺭﺽ اﻟﻠﻪ

Kemudian Nabi shalallahu alaihi wasallam berdoa: “Ya Allah Jadikan kami mencintai Madinah, seperti cinta kami kepada Makkah. Atau lebihkan cinta pada Madinah. Ya Allah berkahilah timbangan dan ukuran kami. Sehatkanlah Madinah untuk kami. Pindahkanlah wabah penyakit ini ke kota Juhfah.” Kata Aisyah: Madinah adalah bumi Allah yang paling banyak wabah penyakitnya (HR Bukhari)

Hadis ini secara terang benderang menggambarkan sikap nasionalisme Nabi. Di manapun beliau hidup, baik di Makkah atau Madinah selalu cinta pada negeri di mana beliau tinggal. Ini menjadi bukti, bahwa cinta tanah air adalah hal yang penting.

Mencintai negara sebagai tempat yang ditinggali adalah salah satu sunnah Nabi. Bahkan mencintai tanah air adalah bagian ingin memfungsikan diri sebagai khalifah di bumi ini untuk merawatnya dari ancaman kekerasan dan kerusakan.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

lapar

Saya khawatir Apabila Perut Kenyang akan Lupa pada yang Kelaparan

Ramadan telah berlalu, tetapi ada nilai sangat penting yang harus disisakan. Selalu terus merawat keadaan …

KH Anwar Iskandar

Persaudaraan Umat Manusia Butuh Kebersamaan, Idul Fitri Momentum Terbaik Saling Silaturahmi dan Memaaafkan

Jakarta – Persaudaraan umat manusia di seluruh dunia membutuhkan kebersamaan, taawun di antara sesama. Idul …