Surah Al-Ikhlas telah menjadi surah yang populer di tengah umat Islam. Kepopuleran ini paling tidak, pertama, dilatarbelakangi oleh jumlah ayatnya, yaitu 4 ayat, sehingga relatif mudah dan cepat saat dibaca dalam shalat. Kedua, karena keutamaan membaca surah Al-Ikhlas tiga kali yang setara pahalanya dengan membaca keseluruhan ayat Al-Qur’an.
Akan tetapi, hal yang masih jarang dibicarakan dari surah Al-Ikhlas adalah fakta sejarah di baliknya. Upaya mengungkap fakta sejarah surah al-Ikhlas ini bertujuan untuk melihat bagaimana konteks saat surah al-Ikhlas diturunkan. Sehingga akan membantu memahami makna surah al-Ikhlas lebih dalam lagi.
Pengungkapan sejarah surah Al-Ikhlas dalam tulisan ini akan didasarkan pada dua materi, yaitu asbabun nuzul dan urutan turunnya dalam skema Al-Qur’an Nuzuli.
Pertama, as-Suyūṭi dalam Lubāb an-Nuqūl-nya menyebutkan sebuah riwayat dari Ubay bin Ka’ab bahwa orang-orang musyrik yang berkata kepada Nabi Muhammad; jelaskan Tuhanmu kepada kami!, kemudian turun surah Al-Ikhlas.
Kemudian, Al-Waḥīdī dalam Asbāb an-Nuzūl-nya menyampaikan sebuah riwayat dari Qatadah. Diriwayatkan bahwa”Sejumlah orang dari kalangan Yahudi datang kepada Nabi ﷺ dan berkata, ‘Gambarkan kepada kami tentang Tuhanmu, karena Allah telah menurunkan sifat-sifat-Nya dalam Taurat. Maka beritahukan kepada kami: dari apa Dia tercipta? Dari jenis apa Dia? Apakah Dia terbuat dari emas, tembaga, atau perak? Apakah Dia makan dan minum? Dari siapa Dia mewarisi dunia dan kepada siapa Dia mewariskannya?’ Maka Allah menurunkan surat ini (Surah Al-Ikhlas), yang merupakan penjelasan khusus tentang sifat Allah.”
Riwayat ini memperlihatkan rasa penasaran orang-orang Yahudi terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad, terkhusus Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad. Mereka ingin membandingkan apa yang mereka ketahui tentang Allah dari kitab Taurat dengan Allah dalam ajaran Nabi Muhammad.
Karena itu mereka bertanya tentang apakah Allah terbuat dari emas, tembaga, atau perak; tentang apakah Allah juga makan dan minum; dan tentang dari siapa Allah memperoleh dunia.
Kemudian turunlah surah Al-Ikhlas yang secara detail mendeskripsikan bagaimana Allah itu. Allah adalah Dzat yang Maha Esa, menjadi tempat dan tujuan berdoa, tidak dilahirkan dan tidak melahirkan, dan tidak ada satupun yang terlintas di benak manusia yang setara atau serupa dengan Allah.
Kedua, berdasarkan skema nuzuli (urutan kronologis pewahyuan surah) Abīd Al-Jābiri dalam kitab Fahm Al-Qur’ān Al-Ḥakīm, surah Al-Ikhlas menempati urutan ke-19 dalam periode Makkiyah. Itu artinya surah ini turun sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Mekkah. Lebih lanjut, Al-Jābiri memasukkan surah Al-Ikhlas ini ke dalam fase Makkiyah awal. Pada fase ini, Nabi Muhammad masih berdakwah secara rahasia dan sasaran dakwahnya masih individu ke individu.
Namun demikian, jika ditanyakan lebih lanjut ‘pada tahun berapa surah Al-Ikhlas diturunkan?’ Maka tidak bisa diketahui secara jelas. Akan tetapi, berdasarkan penjelasan Al-Jābiri yang memasukkannya ke dalam fase makkiyah awal, maka bisa diperkirakan bahwa surah Al-Ikhlas ini turun di antara tahun pertama hingga ketiga kenabian.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah