ibnu taimiyah
ibnu taimiyah

Ibnu Taimiyah Bukan Mazhab Salafus Saleh

Ibnu Taimiyah ulama besar yang menjadi rujukan penting bagi kelompok Salafi-Wahabi ternyata dianggap menyimpang dari ajaran Salafus Saleh, khususnya terkait akidah. Kelompok Wahabi yang enggan disebut sebagai Wahabi dan lebih memilih menyebut dirinya sebagai salafi yang berarti pengikut ulama salaf terbantahkan. Karena acuan penting bagi mereka menyebut salafi karena mengikuti Ibnu Taimiyyah. Sementara, Ibnu Taimiyah sendiri dalam aspek yang paling fundamental tentang akidah bertentangan dengan para ulama salaf.

Ulasan ini dijabarkan dengan lugas oleh Ust Nuruddin dalam Video berjudul “Mazhab Ibnu Taimiyyah Bukan Mazhab Salaf” di akun resminya Muhammad Nuruddin Official, 11 Januari 2025. Ustaz alumni Akidah Filsafat di Universitas Al Azhar, Kairo ini menghadirkan diskusi mendalam tentang pandangan-pandangan akidah Ibnu Taimiyah yang dinilai menyimpang dari ajaran Salafus Saleh. Pembahasan ini menjadi penting mengingat pengaruh besar Ibnu Taimiyah dalam pemikiran Islam kontemporer, terutama dalam kalangan Salafi Wahabi.

Kritik Utama terhadap Ibnu Taimiyah

Salah satu kritik utama terhadap Ibnu Taimiyah adalah pendekatan literalistik Ibnu Taimiyah terhadap ayat-ayat mutasyabihat (ayat yang memiliki makna ambigu). Pandangannya dianggap cenderung menjurus pada tajsim, yaitu keyakinan bahwa Allah memiliki sifat-sifat fisik seperti makhluk. Meskipun Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa sifat-sifat tersebut tidak serupa dengan makhluk, pendekatan literal ini dianggap tidak sesuai dengan metodologi Salafus Saleh.

Contohnya adalah ayat tentang “Yadullah” (Tangan Allah). Menurut Ibnu Taimiyah dan pengikutnya, tangan tersebut dipahami secara literal sebagai anggota tubuh, meskipun berbeda dengan tangan manusia. Pandangan ini dianggap bermasalah oleh mayoritas ulama Ahlusunnah, yang lebih memilih pendekatan takwil (penafsiran) atau tafwidh(menyerahkan maknanya kepada Allah).

Bukti dari Literatur

Untuk memperkuat kritik terhadap Ibnu Taimiyah, Ust Nuruddin ini mengacu pada dua buku utama:

  1. “Kasyf al-Syaghir” oleh Syekh Said Foudah: Buku ini, yang memiliki lebih dari 750 halaman, memberikan analisis komprehensif tentang penyimpangan akidah Ibnu Taimiyah. Syekh Said Foudah menekankan bahwa pendekatan literalistik Ibnu Taimiyah bertentangan dengan pandangan mayoritas ulama.
  2. “Ibnu Taimiyah al-Salafiyah”: Buku ini menyoroti bahwa pandangan Ibnu Taimiyah tidak konsisten dengan ajaran Salafus Saleh, terutama dalam memahami sifat-sifat Allah. Buku ini menjadi rujukan penting bagi mereka yang ingin memahami penyimpangan tersebut secara mendalam.

Mayoritas ulama Salafus Saleh, seperti Imam Fakhruddin Ar-Razi, Imam Ahmad Ibn Hanbal, dan ulama lain, lebih memilih untuk tidak memahami sifat-sifat Allah secara literal. Mereka menekankan bahwa ayat-ayat mutasyabihat tidak boleh diartikan secara zahir karena dapat menimbulkan kesan menyerupakan Allah dengan makhluk.

Menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi, pendekatan terbaik adalah tafwidh, yaitu menyerahkan maknanya kepada Allah tanpa menafsirkannya secara zahir. Hal ini juga diamini oleh Imam Ahmad Ibn Hanbal, yang menolak untuk memberikan interpretasi literal terhadap ayat “Istiwa” (bersemayam) dan sifat-sifat Allah lainnya.

Metode tafwidh (menyerahkan makna kepada Allah) atau takwil (menafsirkan makna berdasarkan konteks) adalah pendekatan yang digunakan oleh mayoritas ulama Salaf, berbeda dengan pendekatan Ibnu Taimiyah yang cenderung menerima makna literal.

Implikasi bagi Pengikut Wahabi

Pengikut Ibnu Taimiyah, terutama dalam kalangan Salafi Wahabi, dianggap melanjutkan pendekatan literalistik ini. Meskipun mereka menyatakan bahwa Allah tidak serupa dengan makhluk, pemahaman mereka tetap dianggap menimbulkan konsekuensi tajsim. Sebagai contoh, dalam kitab “Syarah al-Aqidah al-Wasithiyah” karya Syekh Utsaimin, pandangan bahwa Allah memiliki tangan, wajah, dan sifat lainnya dipahami secara literal namun tidak serupa dengan makhluk. Pendekatan ini dikritik keras oleh mayoritas ulama Ahlusunnah.

Perbedaan antara pandangan akidah Ibnu Taimiyah dan pendekatan mayoritas ulama Salafus Saleh sudah cukup jelas. Melalui referensi dari berbagai literatur menjelaskan bahwa pendekatan Ibnu Taimiyah cenderung berbeda dan dianggap tidak konsisten dengan ajaran Salaf yang asli.

Pendekatan literalistik terhadap ayat-ayat mutasyabihat yang diadopsi oleh Ibnu Taimiyah dan pengikutnya telah menimbulkan kontroversi besar dalam dunia Islam. Hal ini menjadi pengingat akan pentingnya mengikuti metodologi yang benar dalam memahami teks-teks suci, seperti yang diajarkan oleh mayoritas ulama Salafus Saleh.

 

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Ken Setiawan 1

Lemahnya Literasi dan Pemahaman Agama Sejati Buka Celah Radikalisme di Kalangan Pelajar

Jakarta – Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan, menilai lemahnya literasi dan pemahaman agama yang …

terduga pelaku ledakan SMAN 72 copy

Pelaku Ledakan di Sekolah Tak Anti-Islam, Dipicu Masalah Emosional

Jakarta — Polda Metro Jaya menegaskan bahwa insiden ledakan di Masjid SMAN 72 Jakarta tidak …