salafus shalih
salafus shalih

Mengintip Cara Salafus Shalih Menghabiskan 10 Malam Terakhir Ramadhan

Ramadhan merupakan bulan suci sebagai kesempatan emas bagi umat Islam untuk meraih pahala berlipat melalui ibadahnya, terutama 10 malam terakhir yang diyakini terdapat malam lailatul qadar. Bagaimana cara memaksimalkan ibada di malam-malam itu?

Sejatinya seorang muslim dapat bercermin bagaimana para pendahulunya menghidupkan 10 malam terakhir di bulan ramadhan ini. Para ulama salaf menjadi teladan terbaik yang menunjukkan kesungguhan dan totalitas mereka dalam beribadah di malam-malam tersebut.

Lailatul  Qadar merupakan malam yang dinanti-nanti oleh setiap orang yang menginginkan kebaikan. Para ulama salaf shalih benar-benar bermujahadah untuk memperolehnya, maski mereka sendiri berselisih mengenai kapan malam lailatul qadar itu terjadi. Pada malam lailatul qadar mereka tidak tidur semalaman dan melakukan ibadah.

Tahukah kalian apa itu lailatul qadar ? Lailatul Qadar yang sesaat itu lebih baik dari pada seribu bulan. Di malam itu, para malaikat di bawah pimpinan Jibril turun atas izin Allah SWT, mereka menebarkan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan dan mengatur segala urusan, mereka menyampaikan salam sampai terbitnya fajar ke seluruh semesta alam.

Saat mencapai puncak terakhir dari bulan Ramadhan kita mendapatkan pembebasan dari api neraka. Pada malam-malam terakhir, para malaikat turun dari langit untuk menaburkan kasih sayang Allah SWT kepada para hambanya dan menyampaikan salam kepada kaum beriman hingga terbitnya fajar, itulah yang dinamakan Lailatul Qadar, malam yang lebih afdhal daripada seribu bulan.

Adalah Imam asy-syafi’I sebagai teladan umat dalam kesungguhan dan fikih. Beliau juga adalah panutan dalam keimanan, ketakwaan, wara’, dan ibadah. Ar-Rabi’ berkata, “Syafi’I membagi malam Ramadhan menjadi tiga bagian; sepertiga pertama untuk menulis, sepertiga kedua untuk sholat, dan sepertiga sisanya untuk tidur. Dan pada sepuluh malam terakhir Imam Asy-Syafi’I lebih memperbanyak ibadahnya dan benar menghidupkan malam-malam tersebut karena keutamaan yang ada pada malam tersebut.

Dan juga Sufyan ats-Tsauri, beliau adalah salah satu salafus shalih yang yang sangat mashur dengan hafalan haditsnya sehingga beliau dijuluki “amirul mukminin fil hadits (pemimpin orang-orang mukmin dalam bidang hadits)”. Pada 10 hari terakhir bulan ramadhan ia juga membangunkan keluarga dan anak-anak beliau untuk melaksanakan shalat, sebagaimana yang dilaksanakan rasulullah.

Ada pula Qatadah bin Dam’ah as-Sadusi, seorang tokoh tabi’in. Qatadah terbiasa mengkhatamkan al-qur’an setiap tujuh hari satu kali. Dan di bulan ramadhan, beliau tingkatkan menjadi tiga hari sekali. Semangat beliau semakin bertambah ketika memasuki 10 hari terakhir ramadhan, beliau mengkhatamkannya hanya dalam satu hari.

Para salaf shalih juga bermujahadah dalam membaca al-Qur`an. Al Aswad menghatamkan bacaan al- Qur`an dalam dua malam di Ramadhan. An Nakha’i juga melakukan hal serupa di 10 hari terkahir, sedangkan di luar hari-hari itu beliau menghatamkan dalam 3 hari.

Qatadah menghatamkan al- Qur`an dalam Ramadhan dalam 3 hari dan di 10 hari terakhir beliau menghatamkannya dalam satu malam. Sedangkan Imam As Syafi’i dan Imam Abu Hanifah menghatamkan al-Qur`an sebanyak 60 kali di bulan Ramadhan dan itu dilakukan di luar shalat

Tidak hanya menggalakkan ibadah, para Salaf sholih menghias diri dalam menyambut malam yang diharapkan bertepatan dengan lailatul qadar. Mereka mandi di setiap malam selama 10 malam terakhir dan memakai pakaian bagus serta wewangian.

Sebagaimana Imam Malik malakukanya pada malam 24 Ramadhan, meski di pagi harinya beliau memakai pakaian biasa. Demikian juga Ayub As Sakhtiyani, beliau juga mengenakan dua baju baru beliau di malam 23 dan 24. Bahkan Tamim Ad Dari membeli pakaian seharga 1000 dirham yang beliau pakai khusus di malam-malam yang diharapkan bertepatan dengan malam lailatul qadar.

Mereka melakukan hal itu karena malam-malam tersebut adalah waktu untuk bermunajat dan mereka merasa tidak pantas jika melakukan munajat kepada Allah dengan pakaian seadanya, sebagaimana disyariatkan juga memakai pakaian bagus saat melaksanan shalat.

Begitulah kesungguhan para salaf shalih dalam menghidupkan 10 hari terakhir pada bulan ramadhan. Sudahkah kita meniru apa yang mereka lakukan di 10 hari terakhir ini ? Semoga Allah memberikan kita taufiknya dalam menghidupkan sepuluh hari terakhir di bulan yang penuh berkah ini.

Bagikan Artikel ini:

About Diah Nuruddiniah

Alumni STIBA Ar-Raayah Sukabumi, Mahasiswi PTIQ Program Master Pendidikan Islam

Check Also

tidak takut corona

Ketika Wabah Tak Kunjung Punah, Inilah pelajaran dan Hikmah yang Harus Diambil

Beginilah seorang muslim menyikapi wabah yang tak kunjung punah, yang kerap membuat penduduk bumi panik …

corona mahkluk allah

Corona adalah Makhluk Allah, Bagaimana Muslim Menyikapinya

Pada dasarnya virus corona adalah salah salah satu makhluk Allah yang diciptakan pasti dengan hikmah …