wahabi
wahabi

Ada Apa dengan Salafi-Wahabi (1) : Ketika Beberapa Negara Melarang Gerakan Salafi-Wahabi, Kenapa?

Beberapa waktu yang lalu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta kepada pemerintah untuk memblokir situs dan akun media sosial wahabi. Alasannya cukup logis karena ajaran dan pemikiran ini kerap membuat gaduh di tengah masyarakat dengan membid’ahkan, mengakfirkan, dan merusak ukuhuwah kebangsaan. Al-Quran pun dalam Surat Al-Ahzab ayat 60 secara tegas memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengusir mereka yang rajin dan gemar membuat kegaduhan.

Pertanyaannya apakah tidak terlalu ekstrim untuk menutup ruang wahabisme? Bukankah dalam demokrasi semua orang boleh membuat pernyataan dan berekspresi sesuai keyakinan warga negaranya? Nampaknya perlu jawaban serius dan panjang yang akan diulas secara berantai dalam tulisan ini : kenapa salafi-wahabi dianggap meresahkan? Apa sebenarnya akar pemikiran salafi-wahabi? Dan di mana letak krusialnya? Lalu, bagaimana penyebarannya di Indonesia?

Sebelum saya berangkat satu persatu tentang salafi-wahabi Saya membaca berita terkejut bahwa bahwa Negara Jerman tengah mengeluarkan satu kebijakan untuk melarang aktifitas kelompok salafi-wahabi di negaranya. Melalui Kementerian Dalam Negerinya Pemerintah Jerman melarang tiga kelompok salafi, yakni DawaFFM, Islamische Audios, dan An-Nussrah yang menyebarkan ajaran menolak demokrasi dan ingin menerapkan hukum Syariah.

Kenapa Jerman tegas larangan ini? Ternyata larangan ini adalah bagian dari rangkaian kebijakan pemerintah Jerman dalam meningkatkan pengawasan terhadap kelompok salafi yang menjadi sumber ideologi politik dan kekerasan di negara tersebut. Salafisme dianggap tidak sesuai dengan tatanan demokrasi karena memiliki ideologi mengubah tatanan masyarakat dari demokrasi menuju sistem salafi dan dari supremasi hukum menunju hukum Syariah.

Dua Bentuk Salafi-Wahabi

Dalam catatan pemerintah Jerman memang tidak semua kelompok salafi adalah radikal dan menjadi teroris. Namun, hampir semua pelaku teroris berasal dari kelompok salafi radikal ini. Dalam catatan yang dilakukan oleh pemerintah Jerman, kelompok salafi terbagi dua. Pertama, kelompok yang berorientasi spiritual-individual dengan hanya mengidamkan praktek zaman Rasululah sebagai tuntunan ritual dan moral. Slogan dari kelompok ini adalah kembali ke al-Quran dan Sunnah dengan pemahaman yang tekstual-skriptual dan formal-simbolik.

Kedua, kelompok yang berorientasi sosial-politik yang ingin menegakkan teokrasi dengan menolak konstitusi duniawi dan yang berlaku hanya kontsitusi Allah yakni syariat Islam. Kelompok kedua inilah yang menampilkan Islam sebagai ideologi politik dan berorientasi jihadis. Mereka siap menggunakan kekerasan untuk mencapai visi negara Islam sesuai interpretasi mereka. Kelompok ini kemudian dikategorikan sebagai salafi jihadis baik ingin merubah dengan jalur politik maupun dengan jalur kekerasan.

Dalam pengalaman pemerintah Jerman, kelompok yang kedua ini mempromosikan ideologi menggulingkan tatanan konstitusional, mendukung jihad bersenjata dan membentuk tempat perekrutan dan pengumpulan para jihadis yang ingin berangkat ke suriah dan irak. Sudah banyak kelompok salafi yang menjadi radikal dan memutuskan pergi ke Suriah dan irak pada masa kejayaan ISIS waktu itu. Tercatat 300 warga Jerman berangkat ke Suriah dari kelompok salafi ini. Dan hampir semua teror dan percobaan teror mengatasnamakan Islam di Jerman dilakukan oleh kelompok salafi radikal.

Hampir sama dengan Jerman, warga Perancis dalam suatu survey sangat mendukung larangan Islam Salafi yang cenderung radikal dan berpikiran sangat konservatif. Survey dilakukan setelah Prancis diguncang oleh serangan teror yang mengatasnamakan Islam. Dalam survey yang dilakukan Odoxa didapatkan data 87 persen warga ingin agar orang-orang yang menjadi radikal karena agama segera ditahan, dan 88 persen mendukung larangan Islam Salafi.

Berbeda dengan negara Barat, Negara dengan sistem kerajaan Islam di Asia Tenggara seperti Brunie Darussalam dan Malaysia melarang aktifitas dakwah kelompok salafi-wahabi. Memang mereka tetap bisa menjalankan akidah dan Syariah wahabi tetapi jika didapatkan melakukan dakwah dan penyebaran akan diberikan sangsi. Ketegasan negara ini tentu karena dua negara tersebut secara pemikiran Islam bermadzhab ahlu sunnah wal jamaah dengan fikih Syafiiyah.

Lalu, apakah wahabi bukan termasuk ahlu sunnah wal jama’ah?

Ulama Ahlu Sunnah Wal Jamaah Menolak Salafi-Wahabi

Jika secara garis besar aliran Islam terpolarisasi dalam kelompok sunni-syiah aliran dan pemikiran wahabi yang lahir di Arab Saudi adalah bagian dari kelompok sunni.  Namun, Muktamar Ulama Ahlu Sunnah Wal Jamaah se-dunia yang digelar di Chechnya pada tahun 2019 menolak dan mengeluarkan sekte Wahabi Salafi dari sunni.

Salah satu dari 11 rekomendasi yang dikeluarkan oleh muktamar tersebut memberikan alasan bahwa sunni adalah Asy’ariyah dan Maturidiyyah sehingga secara pemikiran dan manhaj berbeda dengan sekte Wahabi. Sebagaimana ditegaskan oleh Syeikh Al-Azhar menyebutkan bahwa salafi-wahabi telah menyebarkan virus takfir yang menodai kelompok ahlu sunnah wal jamaah.

Akibat ideologi takfir dari wahabi negara muslim di Timur Tengah kerap berkecamuk dalam perang saudara dan bertika dalam pembunuhan atas nama Islam. Takfir telah melahirkan konsepsi jihad yang salah yang telah menjerumuskan umat Islam dalam kebencian dan kedengkian.

Di mana sebenarnya walafi-wahabi berada? Dalam suatu kesempatan wawancara Jefrey Goldberg, Editor Senior di Majalah The Atlantic, Amerika, dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS) di AS 2018, MbS menolak ada istilah wahabisme dan Arab Saudi adalah wahabi. Tidak ada Wahabi di Arab Saudi karena interpretasi Islam di Arab Saudi berdasarkan pada empat madzhab sunni, bukan hanya dari Muhammad bin Abdul Wahhab.

Jika Arab Saudi menegaskan dirinya bukan dari wahabisme tetapi bermadzhab seperti kalangan sunni, siapa sebenarnya kelompok salafi-wahabi?

Bersambung…

Bagikan Artikel ini:

About Islam Kaffah

Check Also

duduk di kuburan

Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?

Meskipun arus puritanisasi  mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …

shalat ghaib korban bencana

Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …