New Delhi – Kerusuhan antaragama di India telah ‘merobek’ kehidupan harmoni antara umat beragama HIndu dan Islam di negeri Bollywood tersebut. Pemaksaan kehendak pemerintah melalui partai berkuasa, Partai Bharatiya Janata (BJP) pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi, dengan dikeluarkannya Undang-Undang (UU) Kewarganegaraan yang anti-Muslim telah memicu kerusuhan selama tiga hari 24-26 Februari lalu, yang mengakibatkan kurang lebih 42 orang meninggal dunia.
Namun dibalik kerusuhan, beberapa cerita simpatik muncul ke permukaan. Setelah sebelumnya, puluhan umat Hindu berbaris melindungi umat Muslim yang tengah salat Jumat, kini giliran beberapa warga Hinda yang dilindungi keluarga Muslim.
Harsh Singh, pemuda 17 tahun ini sendirian di rumahnya pada Senin (24/2/2020) sore ketika bentrokan pecah beberapa meter dari rumahnya di Khajoori Khas, Delhi, India. Para tetangganya yang Muslim kemudian memaksanya tetap di dalam rumah agar dia tetap aman. Saat mendengar keributan di jalan pada Senin, pelajar Kelas X itu lari ke luar rumah.
“Saya berdiri di luar ketika saya temukan orang saling melempar batu. Bhabi (panggilan untuk kakak ipar perempuan) dan Wahab bhai (panggilan untuk saudara laki-laki) datang dan meminta saya masuk ke dalam rumah dan juga mengatakan bahwa saya harus memberi tahu mereka jika ada masalah,” jelasnya, merujuk pada tetangga-tetangganya yang Muslim, seperti dikutip dari The Hindu, Selasa (3/3/2020), via laman merdeka.com.
Ayah Harsh, Satpal Singh adalah seorang sopir di Perusahaan Transportasi Delhi dan sedang bekerja saat kerusuhan terjadi. Ibunya, Sheela Devi pergi ke rumah ibunya pada Minggu malam untuk menghadiri pernikahan.
“Ayah saya tahu tentang situasi itu dan menelpon Mamu (Wahab) dan memintanya agar menjagaku,” kisahnya.
Di tengah kondisi itu, ia disambut para tetangganya yang Muslim apakah dia lapar karena ibunya sedang tak di rumah. Ia pun memilih tinggal di tengah tetangga-tetangga Muslim.
“Saya tidak takut. Saya tinggal di sini sejak lahir. Mereka (tetangga Muslim) memperlakukan saya seperti anak mereka sendiri,” kata dia.
Seorang warga Hindu lainnya, Rahul Kumar (25) mengisahkan bagaimana para tetanggnya melindunginya dan memastikan keluarganya aman.
“Pada Selasa pagi, tetangga saya Iqrar bhai datang dan mengatakan, ‘Kita telah bersama-sama sejak kecil. Kamu tak perlu takut. Beri tahu kami jika ada masalah’,” ceritanya.
Rahul Kumar baru saja menjadi seorang ayah. Untuk belanja kebutuhan bayinya, tetangganya bersedia menolongnya.
Di seberang jalan, di wilayah Khajoori Khas yang mayoritas warganya Hindu, tinggal Anjum (48). Dia mengatakan tiga putranya tak berangkat kerja selama tiga hari saat kerusuhan dan hanya diam di dalam rumah.
Keluarga Anjum adalah satu-satunya keluarga Muslim di lingkungan itu dan mengaku merasa aman kendati semua tetangganya Hindu. Tetangganya, Balvinder Singh mengatakan kepada keluarganya agar tak perlu cemas saat kerusuhan pecah.
“Dia (Balvinder Singh) datang dan mengatakan kepada kami tak perlu takut dan tak ada satu pun warga dari lingkungan kami akan melukai keluarga kami. Tapi kami yakin bagaimana reaksi orang-orang di sini jika orang luar datang dan menyerang kami,” jelasnya.
Kerusuhan dipicu bentrokan pengunjuk rasa yang menentang UU Kewarganegaraan Baru yang diskriminatif terhadap warga Muslim dengan pendukung UU ini. Memanasnya situasi ini juga disulut pidato hasutan politikus dari partai sayap kanan.
Kerusuhan tiga hari ini disebut sebagai kerusuhan terburuk dalam beberapa dekade terakhir di India. Korban jiwa pun berjatuhan dan data terakhir menyebutkan 42 orang tewas.
Tak hanya menelan korban jiwa, kerusuhan berdarah itu juga menghancurkan sejumlah fasilitas publik. Massa membakar bangunan seperti masjid, sekolah, rumah, pabrik, dan toko. Menurut data resmi, ratusan bangunan rusak di antaranya 79 unit rumah, 52 toko, dua sekolah, tiga pabrik, dan empat masjid dibakar.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah