Secara bahasa berpuasa (shiyam) berarti menahan (imsak). Perbuatan menahan diri terhadap melakukan aktifitas apapun disebut dengan puasa. Sementara, dalam pengertian syar’i berpuasa adalah menghindari hal yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Karena hakikat puasa adalah menahan diri sejatinya menahan perut dan dan syahwat biologis itu hanya latihan awal. Kesempurnaan puasa adalah terjadi ketika menahan telinga, mata, lisan, tangan, kaki, dan semua anggota tubuh dari perbuatan dosa.
Mencapai kesempurnaan puasa itu menjadi sangat penting agar puasa kita tidak menjadi sia-sia. Rasulullah telah memperingatkan kepada kita semua tentang puasa yang sia-sia :
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّالظَّمَأُ
Artinya: “Banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali dahaga semata”. (HR. Al-Darimi).
Hadist ini sebenarnya peringatan Nabi agar umat Islam tidak hanya menjalani puasa hanya formalitas dan rutinitas semata dengan menahan hal yang membatalkan puasa. Berpuasa berarti juga menjaga atau menjauhi perbuatan-perbuatan keji, seperti berbohong, mengadu domba, sumpah palsu, dan lain-lain.
Karena itulah, ketika berpuasa di rumah saja di tengah pandemi ini, umat Islam sejatinya mampu dimanfaatkan untuk mencapai kesempurnaan puasa. Apa saja kesempurnaan puasa agar tidak jatuh dalam puasa yang sia-sia tersebut?
1. Mendidik Mata Berpuasa
Orang yang berpuasa seharusnya menjaga dan menahan pandangan untuk tidak melihat hal-hal yang tercela dan hal yang memalingkan hati untuk berdzikir mengingat Allah. Pandangan itu merupakan panah yang beracun yang menjadi senjata iblis.
Mata yang tidak bisa dijaga dengan baik adalah pintu menuju perbuatan yang tidak bermanfaat dan jatuh dalam perangkap dosa. Hati-hatilah dengan pandangan. Puasa kita harus menjaga mata kita. Berpuasa di rumah dengan mengurangi aktifitas di luar mampu menjaga pandangan dan mendidik mata untuk berpuasa.
2. Mendidik Lisan Berpuasa
Orang yang berpuasa hendaknya menghindari omongan yang tak berguna, berbohong, menggunjing, mengadu domba, sumpah palsu, dan lain-lain. Ketika berpuasa lisan seharusnya banyak dihiasi dengan dzikir dan membaca Al-Qur’an.
Bahkan Sufyan al-Tsauri berkata, menggunjing dapat merusak puasa. Puasa kita harus mampu menjaga lisan kita. Di rumah saja dengan keluarga akan sangat bermanfaat untuk mendidik lisan dari berbohong, menggunjing dan berkata kasar kepada yang lain.
3. Mendidik Telinga Berpuasa
Orang yang berpuasa harus menjaga telinga dari mendengarkan hal-hal yang buruk. Setiap ucapan buruk dan tidak bermanfaat maka tak pantas pula didengarkan. Jika berkumpul dengan orang-orang yang menggunjing hendaknya menyingkir, karena orang yang menggunjing dan yang mendengarkan sama-sama berdosa.
Puasa kita harus mempu menjaga telinga kita. Berpuasa di rumah saja akan mendorong seseorang hanya berinteraksi dengan keluarga. Menjaga telinga dari sesuatu yang bisa menghantarkan pada keburukan dan dosa.
4. Mendidik Anggota Tubuh Berpuasa
Orang yang berpuasa hendaknya menjaga tangan, kaki dari perilaku keji. Begitu juga saat berbuka hendaknya menjaga diri makanan dan minuman yang belum jelas halal-haramnya (syubhat).
Puasa di rumah saja akan menjaga tangan, kaki, untuk mengambil dan melangkah pada hal yang dilarang agama. Berpuasa di rumah membantu mendidik anggota tubuh kita berpuasa.
5. Mendidik pikiran Berpuasa
Orang berpuasa hendaknya juga menjaga pikiran dari pra sangka jelek, menebar kecurigaan dan selalu mencari kesalahan orang lain. Hikmah puasa adalah mengendalikan pikiran kita dari pikiran negative dan hanya mengarahkan pikiran tertuju kepada mencari ridho Allah.
Pikiran yang bersih adalah sumbu tindakan yang baik dan bermanfaat. Berpuasa di rumah bersama keluarga menimbukan nuansa positif yang akan mendukung pikiran untuk selalu berpuasa dari angan-angan dan khayalan yang jelek.
6. Mendidik Hati Berpuasa
Orang berpuasa pada akhirnya harus bisa membersihkan hati. Bulan suci adalah momentum membersihkan berbagai penyakit hati seperti iri, dengki, sombong dan syirik. Selama berpuasa umat Islam harus terus mengharap dengan sungguh-sungguh bahwa puasa yang kita laksanakan diterima Allah. Puasa kita harus mampu menjaga hati kita.
Dengan berpuasa di rumah semoga seluruh umat Islam saat ini mampu menjaga hati untuk tidak selalu benci, dengki, iri, dan cepat emosi.
Rumah menjadi karantina diri sekaligus karantina keinginan jelek dan emosi yang dapat menggangu kesempurnaan puasa kita. Inilah yang dikatakan bahwa di bulan Ramadan ini syetan dibelenggu oleh ibadah umat Islam, karena tidak ada satu pun celah untuk melakukan hal negatif yang bersumber dari anggota tubuh, pikiran dan hati.
Wallahu a’lam