Dalam bahasa Arab, Sya’ban berasal dari Syi’ab yang berarti jalan di atas gunung. Bulan kedelapan dalam kalender Hijriah ini sering dilupakan karena diapit dua bulan mulia, Rajab dan Ramadhan. Padahal bulan ini adalah bulan yang sangat mulia.
Pesan Nabi, “Bulan Sya’ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadhan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa”. (HR. Abu Daud dan Nasa’i).
Dari sudut pandang nama saja, Sya’ban telah menunjukkan kemuliaannya. Imam Abdurrahman al Safuri dalam karyanya Nuzhatu al Majalis wa Muntakhabu al Nafais menjelaskan, huruf Shinnya berarti Syaraf (kemuliaan), huruf ‘ainnya berarti al ‘uluwu (tinggi), yakni derajat yang mulia dan tinggi, huruf ba’nya berarti birru (kebaikan), huruf alifnya berarti ulfah (kasih sayang) dan huruf nunnya berarti nur (cahaya).
Penjelasan ini sebagai penegas terhadap kemuliaan bulan Sya’ban. Nabi sendiri begitu mengagungkannya. Bagaimana Nabi mengangungkan bulan ini dengan amalan dan ibadah?
1. Puasa Sunnah Bulan Sya’ban
Beliau pada bulan ini banyak mengerjakan amal-amal shalih. Diantaranya adalah puasa sunnah. Sabdanya, “Puasa Sya’ban itu untuk mengagungkan bulan Ramadhan”. (HR. Tirmidzi).
Pada bulan Sya’ban Nabi sering berpuasa Sunnah. Menurut keterangan dari Aisyah, ia tidak pernah melihat Nabi sering berpuasa, selain puasa Ramadhan, kecuali pada bulan Sya’ban.
Dari Aisyah, ia berkata, “Hanya di bulan Ramadhan Nabi berpuasa secara penuh, dan saya tidak melihat beliau sering berpuasa kecuali di bulan Sya’ban”. (HR. Bukhari).
Syaikh Nawawi al Bantani dalam kitabnya Nihayatu al Zain menjelaskan, Nabi sangat suka berpuasa di bulan Sya’ban. Sebab itu, siapa yang rajin berpuasa di bulan ini akan memperoleh syafa’at kelak di hari kiamat.
Menjadi jelas dan terang, bahwa diantara amalan sunnah di bulan Sya’ban adalah puasa sunnah. Karenanya, selayaknya bagi kita umat Islam untuk sering beepuasa di bulan ini.
2. Memperbanyak Dzikir dan Istigfar
Amalan sunnah berikutnya di bulan Sya’ban adalah memperbanyak dzikir dan memohon ampun kepada Allah. Sebab, di bulan Sya’ban, seperti telah dijelaskan oleh hadis Nabi datas, adalah waktu rekap amal selama setahun. Untuk menghindari amal jelek kita lebih banyak dari amal baik, maka sangat dianjurkan untuk memperbanyak baca istighfar dan dzikir kepada Allah. Seperti yang telah dilakukan oleh Nabi supaya dicontoh oleh umatnya.
3. Memperbanyak Shalawat
Di bulan Sya’ban juga disunnahkan untuk memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi. Walaupun tidak ditegaskan secara jelas oleh Baginda Nabi, namun bisa dipahami dari ayat al Qur’an tentang perintah bershalawat kepada Nabi (al Ahzab: 56). Ayat ini turun pada bulan Sya’ban.
Hal ini menjadi petunjuk bagi kita untuk memperbanyak membaca shalawat di bulan ini. Seperti ditegaskan oleh Ibnu Abi Shai al Yamani yang menyebut nama lain bulan Sya’ban adalah bulan shalawat. Pendapat ini dikuatkan oleh Imam Syihabuddin al Qasthalani dalam mawahibnya.
Supaya tidak menjadi manusia yang rugi, hendaklah melakukan amalan sunnah seperti yang telah dijelaskan. Sebab, pada bulan Sya’ban Allah menurunkan banyak sekali kebaikan dalam bentuk syafa’at (pertolongan), maghfirah (ampunan) dan pembebasan dari api neraka.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah