rasulullah
wasiat rasulullah

Inilah Jawaban Rasulullah Ketika Ditanya Sahabat tentang Muslim yang Paling Bijak

Dalam sebuah hadis, Ibnu Umar ra. berkata bahwa pada suatu ketika, Rasulullah memegang sebagian tubuhnya seraya bersabda: “Wahai Abdullah, jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara, dan persiapkanlah dirimu sebagai calon penghuni kubur.” (HR. Ibnu Majah, Bukhari dan Ahmad).

Dalam riwayat lain, seseorang pernah datang kepada Rasulullah dan bertanya, “Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?

Yang paling baik akhlaknya,” jawab Rasulullah. “Lalu mukmin manakah yang paling bijak?” tanyanya kembali.

Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah yang paling bijak,” jawab Rasulullah. (HR. Ibnu Majah).

Dua hadis di atas menyiratkan suatu pesan penting kepada kita bahwa akhirat adalah tempat akhir berlabuhnya manusia, dan dunia adalah ladang akhirat.  Oleh sebab itu, jadikanlah dunia sebagai tempat untuk berlomba-lomba memperbanyak amal kebajikan (QS. al-Baqarah [2]: 148, dan al-Fathir [35]: 32), menyebar perdamaian (QS. al-Hujarat [49]: 9, mengekang hawa nafsu demi menaati Allah (QS. Ali Imran [3]: 102), dan seterusnya.

Dengan demikian, tugas kita hidup di dunia ini adalah mencari bekal untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya (akhirat). Meminjam bahasa Nor Fadilah, kejarlah akhirat, niscaya dunia akan kau dapat! Hal ini juga berarti, orang yang hanya mengejar kehidupan dunia, maka hidupnya akan sia-sia.

Sayang seribu kali sayang, cara pandang kebanyakan orang di era modern seperti saat ini justru berbeda. Mereka mengira bahwa kehidupan dunia adalah segala-galanya dan merupakan akhir tujuan hidup. Akibatnya, mereka berlomba-lomba mengumpulkan harta. Menanam investasi secara jor-joran agar ‘cuan’ maksimal. Pada saat bersamaan, mereka tidak memperdulikan bekal atau amal untuk akhirat.

Harta Akan Binasa

Dalam Islam, sekali lagi, cara pandang orang yang menempatkan kehidupan dunia sebagai akhir tujuan hidup (sekedar mencari dan mengumpulkan harta), dikritik keras oleh Alquran. Kisah Qarun adalah salah satunya.

Qarun, sebagaimana digambarkan oleh Alquran, adalah orang yang diberi kelebihan harta oleh Allah sehingga ia menjadi orang terkaya pada masanya. Namun, ia binasa karena kesombongannya. Kisah Qarun sebagai si penumpuk harta yang kemudian ditenggelamkan oleh Allah bersama hartanya termaktub dalam QS. al-Qhasash [28]: 76.

Ibnu Asyur dalam maqnum opusnya, “al- Tahrir wa al- Tanwir” menjelaskan bahwa QS. al-Qasash ayat 76 merupakan salah satu kecenderungan manusia, yakni terlena akan gemerlap harta yang terus bertambah. Terkait kisah Qarun, Ibnu Asyur juga menjelaskan bahwa saking banyaknya harta yang dimiliki Qarun, sampai kunci gudang untuk menyimpan harta itu tidak mampu dibawa oleh satu orang saja, melainkan untuk bisa mengangkatnya, harus melibatkan puluhan orang yang memiliki badan kekar.

Tidak hanya orang yang menumpuk harta saja yang dibinasakan oleh Allah, melainkan juga orang yang menumpuk kekuasaan. Kisah Fir’aun menjadi saksinya.

Alquran mempersonalisasikan Fir’aun sebagai sosok yang berlaku sewenang-wenang (QS. Yunus [10]: 83). Dalam QS. Thaha [20]: 14, Fir’aun digambarkan sebagai raja yang melampui batas. Bagaimana tidak. Kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki Fir’aun menjadikannya sombong dan dengan lantang ia memproklamirkan diri sebagai tuhan. Akibat kesombongannya tersebut, Allah menghukum Fir’aun bersama bala tentaranya. Mereka ditenggelamkan di laut. Kisah Fir’aun ini dapat dilihat pada Surat al-Qashash: 38-42.

Bagikan Artikel ini:

About Muhammad Najib, S.Th.I., M.Ag

Dosen Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara Jakarta, mahasiswa Program Magister Universitas PTIQ dan Mahasiswa Program Doktoral UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Check Also

money politic

Benarkah Money Politik Bagian dari Jihad? Bisa Iya, Bisa Tidak!

Menarik apa yang disampaikan oleh Fauziyatus Syarifah dalam ulasannya di kolom Afkar Islam Kaffah tentang …

hutang

Menjadikan Utang sebagai Pemenuhan Gaya Hidup? Begini Pandangan Islam

Tentu kita semua sepakat bahwa utang adalah bagian integral dari kehidupan manusia. Artinya, hampir tidak …