amal kebaikan
amal shaleh

Inti Beragama : Meyakini Kebenaran dan Berbuat Kebaikan

Ada dua aspek penting dalam setiap agama, yakni kebaikan dan kebenaran. Semua agama mengajarkan tentang kebaikan baik untuk kelompoknya maupun manusia secara umum. Tidak ada agama yang mengajarkan untuk kemudharatan dan hal yang berbahaya bagi umatnya dan bagi yang lain. Kebaikan adalah inti semua agama sebagai jalan manusia menuju kebenaran.

Dalam dimensi kebaikan hampir ditemukan hal yang sama antar semua agama. Subtansi dan semangat itu nampak bersinggungan dalam memperlakukan manusia lain dengan baik, menegakkan keadilan, melarang kerusakan dan mengontrol emosi dalam diri. Di ranah inilah semua agama berbagi kasih dengan dalil dan justifikasi keagamaan masing-masing.

Namun, dimensi kebenaran menjadi sangat berbeda. Kebenaran selalu menyangkut tentang keyakinan dan keimanan. Dimensi ini sangat internal dan bahkan ekslusif di masing-masing agama. Meyakinkan kebenaran agama bagi pemeluknya menjadi sangat penting, tetapi terlihat arogan jika keyakinan itu dipakai untuk menyerang dan menyalahkan yang berbeda.

Karena itulah, dimensi keimanan dan keyakinan tidak cukup dimiliki umat beragama, tetapi ia harus melakukan praktek kebajikan atau kebaikan. Dalam Islam, selalu berdampingan antara kalimat : orang beriman dan beramal shalih atau kebaikan. Orang beragama tidak cukup hanya meyakini kebenaran yang ada di dalam agamanya, tetapi juga harus mempraktekkan keimanan dalam bentuk ibadah dan amalan yang baik dan bermanfaat bagi manusia yang lain.

Di dalam al-Quran Allah berulang kali mengandengkan antara keimanan dan kesalehan atau antara keyakinan dan kebaikan. Begitu Allah menjanjikan suatu kebahagiaan yang luar biasa kepada orang yang beriman dan berbuat kebaikan. Allah memberikan tempat yang terbaik di akhirat sebagaimana dalam Surat Ar-Ra’d : 29, Ibrahim : 23, Al-Kahfi : 107, Maryam : 60, al-Hajj : 56, At-Thalaq : 11.

Tidak hanya itu saja, Allah bahkan tidak akan menyia-nyiakan orang yang berbuat baik dengan imbalan sebagaimana dalam Surat al-Kahfi : 30, Al-Kahfi : 88,. Allahpun menjanjikan kasih sayang dan ketenangan dalam hati mereka sebagaimana dalam Surat Maryam : 96. Memberikan rezeki dan ampunan sebagaimana dalam Surat al-Hajj : 50, dan mendapatkan kemenangan Asy-Syura : 227, serta dihapuskan dosanya al-Ankabut : 7, dan pahala yang tiada putusnya sebagaimana dalam surat al-Insyiqaq : 25 dan Suhhilat : 8.

Gandengan kata keyakinan dan kesalehan atau kebenaran dan kebaikan merupakan inti dalam berislam termasuk dalam setiap agama. Islam bukan agama “langit” yang hanya berada dalam keyakinan dan tidak membumi. Tepatnya, Islam adalah agama dari “langit” dalam pengertian dari Tuhan yang diperuntukkan untuk manusia dalam menyadari dan menghormati kemanusiaannya. Karena itulah, menjadi manusia yang baik bahkan yang terbaik menurut Rasululah adalah orang yang memberikan manfaat kepada manusia lainnya.

Berbicara tentang kebenaran seringkali menimbulkan perdebatan. Namun, ketika berbicara kebaikan tidak ada satupun orang akan menyanggah tentang esensi kebaikan. Orang kemungkinan bisa beradu otak bahkan otot ketika harus berdebat kebenaran agama masing-masing. Namun, ketika berbicara tentang kebaikan siapapun akan mengamininya.

Karena itulah, dimensi kebenaran adalah ada dalam wilayah keyakinan. Dan Allah sudah memberikan penegasan urusan keyakinan mana yang benar dan salah. Allah juga sudah memerintahkan agar umat tidak memaksakan keyakinan apalagi berlagak sok memberikan hidayah kepada orang lain yang berbeda. Bukan tugasmu untuk memberikan hidayah, tetapi umat manusia hanya mengabarkan jalan kebenaran dengan cara kebaikan.

Maka dalam dictum menghadapi perbedaan Islam menyiratkan suatu ajakan yang sangat anggun. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Kita tidak sedang berlomba dan berkompetisi dalam kebenaran. Hal benar dan batil sudah jelas. Bahkan kejelasan itu sudah ada di masing-masing agama dalam keyakinan masing-masing. Lalu, ketika kebenaran itu menjadi bagian dari agama masing-masing, Islam memberikan ruang ajakan : mari semai kebaikan bersama-sama.

Jika umat Islam dan tentu saja umat agama lain menyadari poin inti agama tentang keyakinan dan kebaikan rasanya tidak perlu bertanding dalam kebenaran atau bahkan berbuat kekerasan kepada umat yang berbeda atas nama kebenaran. Tidak perlu saling klaim kebenaran di wilayah dan lapangan umat lain. Umat beragama mempertegas kebenaran dan keyakinannya di arenanya sendiri dan berlomba dalam kebaikan dalam ranah kemanusiaan.

Bagikan Artikel ini:

About Islam Kaffah

Check Also

duduk di kuburan

Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?

Meskipun arus puritanisasi  mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …

shalat ghaib korban bencana

Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …