Jakarta – Pemerintan Provinsi Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Tengah (Jateng) telah menyiapkan protokol kesehatan bagi lembaga pendidikan pondok pesantren (ponpes) memasuki era new normal di tengah pandemi Covid-19. Agar penerapan protokol ini memenuhi standar baru, kalangan pesantren berencana meminta bantuan pemerintah.
Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, Pemprov Jabar mengajukan 10 protokol kesehatan untuk ponpesdi wilayah itu. Protokol tersebut berlaku bagi seluruh jenis ponpes, baik itu salafiyah maupun pesantren berbasis sekolah.
“Ini rancangan bagi kami untuk membuat keputusan. Di mal, masjid, sudah ada SOP. Tapi pesantren tidak bisa gegabah, tidak bisa membuat keputusan tanpa terima masukan dari kiai atau ulama karena mereka yang paham situasi kondisi pesantrennya,” ucap pria yang karib disapa Kang Uu, dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (6/6/2020).
Adapun 10 protokol kesehatan yang diusulkan Pemprov Jabar yaitu pertama, seluruh santri harus memakai masker. Kedua, santri selalu dicek suhu tubuhnya sehingga bisa ditindaklanjuti jika punya gejala Covid-19. Ketiga, santri harus selalu mencuci tangan setiap selesai beraktivitas.
Selanjutnya keempat, pengurus ponpes harus menyiapkan fasilitas cuci tangan atau penyanitasi tangan di setiap tempat. Kelima, ponpes harus mengecek secara rutin kesehatan para ustadz atau pengajar.
Keenam, penghuni ponpes dianjurkan mengonsumsi vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh. Ketujuh, fasilitas ponpes harus rutin dibersihkan dengan disinfektan. Kedelapan, pesantren harus menyiapkan ruang isolasi proporsional, yang disesuaikan dengan jumlah santri, untuk mengantisipasi penularan jika ada kasus.
Kesembilan, jika ditemukan kasus Covid-19, maka segera hubungi layanan kesehatan. Kemudian kesepuluh, mengimbau para kiai untuk selalu memimpin doa atau shalawat bagi kalangan santri.
Sebelumnya Pemprov Jabar telah menggelar video conference dengan 59 perwakilan pengurus pondok pesantren (ponpes) se-Jabar, Jumat kemarin. Pada kesempatan itu, Uu meminta masukan dari kalangan pesantren.
“10 poin ini belum ditetapkan karena menunggu dan mendengar masukan dari kiai. Nanti kami rumuskan kembali dan keputusan (baru) akan disampaikan lagi kepada para kiai,” ujarnya.
Sementara itu, pimpinan Pondok Pesantren Daarul Rahman, KH. Syukron Ma’mun mengusulkan agar santri melakukan isolasi mandiri selama 14 hari sebelum kembali ke pesantren.
“Kapan (pesantren) dibuka, kami tunggu arahan pemerintah. Jawaban Wagub bikin kami lega, karena yang siap (menerapkan AKB) boleh buka. Selama di perjalanan, naik kendaraan umum, berinteraksi, apakah (santri) dijamin sehat? Maka di ponpes harus diukur ulang (suhu tubuh) dan menjalani lagi protokol,” tambah Kiai Syukron.
Sementara itu, sejumlah pondok pesantren di Jawa Tengah diharapkan mengarantina para santrinya yang akan kembali ke pondok. Hal itu diungkapkan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin karena beberapa santri sudah mulai kembali ke pesantren.
“Semua santri yang masuk ke Jateng wajib karantina selama 14 hari. Pihak pondok pesantren wajib menyiapkan untuk tempat karantina itu,” kata Gus Yasin.
Gus Yasin mengatakan beberapa pondok pesantren di Jawa Tengah sudah mulai kedatangan santri. Ia pun meminta protokol kesehatan diterapkan ketat termasuk karantina untuk mencegah penyebaran virus Corona atau Covid-19.
“Ada yang mulai 1 Juni kemarin santri-santri sudah masuk pondok. Jadi saya minta agar protokol kesehatan ini benar-benar dilaksanakan secara ketat,” lanjutnya.
Gus Yasin menjelaskan sudah berkomunikasi dengan pengasuh pondok pesantren untuk penerapan protokol kesehatan. Jika pondok pesantren tidak memiliki ruang isolasi bisa berkomunikasi dengan pihak terkait untuk menggunakan fasilitas.
“Bisa koordinasi dengan Satgas Jogo Tonggo di daerahnya masing-masing untuk menempati tempat karantina yang kemarin sudah disiapkan di berbagai desa. Atau bisa juga menggunakan fasilitas lain seperti gedung sekolah, kan belum mulai sekolah, dan sebagainya,” terangnya.
Putra ulama kharismatik, almarhum KH Maimoen Zubair ini juga telah menerapkan protokol kesehatan ketat di pondok pesantrennya yang ada di Rembang. Pihaknya juga telah menyiapkan shelter khusus untuk menampung sementara santri yang datang yaitu di sisi timur dan barat.
“Kami kerja sama dengan Dinas Kesehatan Rembang untuk melakukan pengecekan kesehatan dulu. Setelah itu, mereka akan kami arahkan ke tempat karantina yang sudah kami siapkan,” katanya.