Brigjen TNI Susilo dan istri
Brigjen TNI Susilo dan istri

Jenderal Bintang 1 Rasakan Keajaiban Sedekah Saat Akan Berangkatkan Ibunda Naik Haji

Jakarta – Keajaiban sedekah memang luar biasa. Apalagi sedekah itu diberikan kepada yatim piatu. Hal itulah yang dialami Asisten Operasi  (Asops) Kepala Staf Kostrad (Kaskostrad) Brigadir Jenderal TNI Susilo. Ia sangat merasakan bahwa sedekah serta menghormati dan menyayangi orangtua, terutama ibu maka akan membahwa kebaikan dan keberkahan.

Susilo merupakan potret tentara yang sangat mencintai dan menghormati ibunya. Setelah ayahnya tiada, praktis sang Ibunda yang menjaga dan membesarkan anak-anaknya. Tak mengherankan setiap berbicara tentang jasa ibu, dia akan menitikkan air mata. Suaranya menjadi tercekat.

Bagi Susilo, Sang Ibunda merupakan bidadari baginya. Seorang bidadari lainnya yaitu Tini, sang istri. Atas kecintaannya pada orang tua, suatu ketika dia bertekad untuk memberangkatkan Ibunda pergi haji.

“Pada 2016 saya menjadi Dandim di Kodam IV Diponegoro (Dandim 0721/Blora). Saya mendapat undangan untuk ceramah wawasan kebangsaan pada siswa sekolah,” kata Susilo dalam tayangan Youtube TNI AD via laman okezone, dikutip Rabu (25/8/2021).

Dalam setiap kegiatan seperti itu, salah satu kebiasannya yaitu menanyakan siapa di antara siswa yang merupakan anak yatim. Saat itu ada 30 orang mengangkat tangan.

“Terus saya tanya lagi, siapa yang ditinggal ibunya setelah lahir, angkat tangan. Ada satu orang, tinggal satu orang ini,” kata dia.

Siswa itu menceritakan ibunya meninggal ketika dia berumur dua tahun. Ayahnya meninggal saat dirinya masih di kandungan. Sejak itu dia dirawat oleh neneknya. Pada siswa tersebut, Susilo lantas menanyakan apa keinginannya untuk dapat membahagiakan sang nenek. Bocah itu menceritakan selama ini neneknya berjualan.

Seandainya mendapat rezeki, dia berkeinginan menjadikan uang itu sebagai tambahan modal bagi neneknya. Mendengar cerita itu Susilo pun tersentuh. Dia kembali mengajak berdialog.

“Adik punya keinginan, saya juga punya keinginan. Hari ini adik ingin membantu neneknya, memberikan modal untuk jualan. Saya juga, saya ingin bagaimana memberangkatkan ibu saya pergi haji,” kata Susilo.

Mantan Wadan Yonif 410/Alugoro itu kemudian berbicara dengan pihak sekolah. Dalam kegiatan seperti itu lazimnya tamu yang diundang mendapat honorarium. Begitu pula Susilo. Namun dia tidak mau menerima honor tersebut. Dia memberitahukan kepada pihak sekolah bayaran mengajar akan diserahkan kepada siswa yatim piatu tersebut.

“Kita sama-sama doain ya dik.. Saya minta bantuan (doakan) ibu saya dapat berangkat haji. Ini ada sedikit modal untuk nenek,” kata Susilo, seraya menyerahkan honor seusai acara.

Dalam perjalanan pulang dari mengajar, sekitar pukul 11.15 dirinya mendapat telepon dari Disbintalad. Sang penelpon ternyata memberikan kabar gembira.

“Bang, ini ada kursi kosong. Bulan depan ibu Abang dapat berangkat haji,” kata Susilo menirukan anggota Disbintalad yang menelponnya.

Mata Susilo pun berkaca-kaca. “Ya Allah…,” ucapnya. “Apakah ini jawaban yang sudah diberikan oleh Allah,” kata dia.

Dalam video tersebut Susilo berpesan kepada siapa pun untuk menghormati orangtua. Restu orangtua akan menjadi penentu jalan hidup anaknya.

“Jadikanlah orang tuamu raja maka kau akan jadi raja. Tapi kau jadikan orang tuamu pembantu maka kau akan jadi pembantu,” ucap mantan Komandan Brigif Para Raider 3/Tri Budi Sakti ini.

Lahir dari keluarga pas-pasan di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, memang tak pernah membuat Susilo menyerah. Justru semangatnya terus terpacu agar masa depan cerah. Perjalanan waktu telah mengantar anak sulung dari tujuh saudara itu berkarier di militer. Tak main-main, Susilo kini telah menjadi perwira tinggi dengan satu bintang emas di pundaknya alias brigadir jenderal (brigjen).

Pernah menjabat Danrem 051/Wijayakarta, Brigjen TNI Susilo kini menjabat Asops Kaskostrad. Lulusan Akmil 1989 ini juga dipercaya untuk menjabat Panglima Komando Operasi Gabungan Pinang Sirih di Papua.

Soal perjalanan hidup, Susilo pernah merasakan berat dan sulitnya melalui hari-hari di masa kecil dan remaja. Apalagi sebagai anak pertama, dia merasa bertanggung jawab untuk membantu orangtua.

Tak mengherankan semasa SMA dia beberapa kali mencari uang untuk menambah penghasilan di rumah. Susilo ikut temannya mencuci truk di daerah Binangun, Lasem.

Lulus SMA dia sempat merenung. Dengan melihat kondisi ekonomi keluarga, tak mungkin baginya untuk kuliah. Beruntung saat itu, teman sebangkunya mengajak dia masuk Akabri (kini Akademi Militer).

Lucunya, ketika itu dia mengetahui apa itu Akabri. Maklum karena saat itu media tidak sebanyak sekarang. Koran di Lasem pun terbatas.

“Saya tidak tahu Akabri, yang saya tahu Marinir,” kata Susilo.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Komjen Pol. Prof. Dr. H. Mohammed Rycko Amelza Dahniel M.Si

Ideologi Terorisme Berkembang di Bawah Permukaan, BNPT: Waspada!

Jakarta – Seluruh pihak diingatkan untuk mewaspadai bersama perkembangan ideologi terorisme yang kerap terjadi di …

sidang gugatan Pilpres di MK

Tanggapi Putusan MK, PBNU: Kedepankan Empat Nilai Dasar Ahlussunnah wal Jama’ah

Jakarta – Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan sengketa Pilpres pasangan nomor urut 01 Anies Baswedan-Cak …