Jakarta – Pembunuhan Komandan Quds Force Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani oleh militer Amerika Serikat (AS) mengancam perdamaian dunia. Pembunuhan Soleimani di Baghdad pada Jumat (3/1/2020) telah mengundang kekhawatiran bahwa konflik akan meluas di Timur Tengah
Menyikapi kondisi itu, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menegaskan negara-negara Muslim harus bersatu melindungi diri mereka dari ancaman-ancaman luar. Seruan itu ia lontarkan setelah menggambarkan pembunuhan komandan militer Iran oleh Amerika Serikat sebagai tindakan tak bermoral.
Perdana menteri tertua di dunia itu juga mengatakan bahwa serangan pesawat nirawak AS terhadap Soleimani adalah pelanggaran hukum internasional. Mahathir dalam beberapa bulan belakangan ini dengan secara terbuka berbicara soal berbagai masalah menyangkut dunia Muslim.
Mahathir mengatakan bahwa pembunuhan itu juga bisa mengarah pada peningkatan tindakan “yang disebut dengan terorisme”.
“Ini saat yang tepat bagi negara-negara Muslim untuk bersatu. Kita sudah tidak lagi dalam kondisi aman. Kalau ada yang menghina atau mengatakan sesuatu yang tidak disukai seseorang, bisa saja orang itu dari negara lain menerbangkan drone dan mungkin menembak saya,” kata Mahathir kepada para wartawan, Selasa (7/1/2020).
Mahathir telah berupaya menjaga hubungan baik dengan Iran kendati AS menerapkan berbagai sanksi terhadap negara Timur Tengah itu. Warga Iran yang tinggal di Malaysia diperkirakan berjumlah 10 ribu orang.
Pada Desember 2019, Mahathir menerima kunjungan Presiden Iran Hassan Rouhani untuk menghadiri konferensi para pemimpin Muslim di Malaysia. Selama konferensi tersebut, para pemimpin membahas upaya meningkatkan perdagangan, berdagang dengan saling menggunakan mata uang negara masing-masing, serta menjaga hubungan dengan negara-negara non-Muslim.