non muslim memimpin doa
non muslim memimpin doa

Jika Doa adalah Ibadah, Bolehkah Mendoakan Non Muslim? Apakah Termasuk Toleransi yang Kebablasan?

Pentingnya Doa dalam Islam

Doa adalah hubungan seseorang dengan Tuhannya yang berdimensi sakral. Karena itulah, doa menjadi bagian dari ibadah. Bahkan, kata “shalat” secara bahasa berarti doa karena substansi shalat adalah sebuah penghambaan dan pengharapan kepada Sang Khalik. Saling mendoakan sangat dianjurkan dalam Islam. Doa yang kita panjatkan untuk kebaikan sesama muslim sesungguhnya adalah doa terbaik buat diri kita sendiri. Misalnya dalam sebuah hadis:

“Tidaklah seorang muslim mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya itu kecuali malaikat berkata, ‘Dan untuk kamu juga seperti itu.'” (HR Muslim).

Bagaimana Jika Mendoakan Non-Muslim?

Tidak ada yang membantah tentang keutamaan dan anjuran doa untuk sesama muslim. Lalu, bagaimana jika berdoa untuk non-muslim? Dalam pergaulan sehari-hari, hal ini tidak bisa dipungkiri akan selalu terjadi di antara kita. Saudara, teman, dan tetangga yang berbeda agama dalam suatu kesempatan interaksi pasti ada cerita tentang saling mendoakan.

Jika doa adalah bagian dari ibadah, lalu bolehkah seorang muslim mendoakan non-muslim? Apakah mendoakan non-muslim termasuk bentuk toleransi yang kebablasan karena mencampuradukkan ibadah dalam bentuk doa?

Pandangan dan Kisah dari Hadis

Dalam beberapa hadis, ternyata banyak kisah yang dapat menjadi rujukan terkait mendoakan non-muslim. Rasanya, doa yang dipanjatkan tidak hanya murni persoalan ibadah, tetapi juga bagian dari relasi sosial yang baik. Misalnya, dalam sebuah kisah datanglah seorang Yahudi kepada Rasulullah s.a.w., lalu berkata: “Doakan aku.” Nabi pun berdoa:

Mudah-mudahan Allah memperbanyak harta dan anakmu, menyehatkan tubuhmu, dan memanjangkan umurmu. (HR Ibnu Abi Syaibah).

Hadis ini dijadikan dasar bagi seorang muslim tentang kebolehan mendoakan kebaikan yang bersifat duniawi terhadap non-muslim. Karena itulah, ketika sahabat, tetangga, atau saudara kita dalam acara tertentu, tentu tidak masalah bagi kita untuk mendoakan agar kesejahteraan dan kebahagiaan terlimpahkan kepada mereka.

Pendapat Ulama tentang Mendoakan Non-Muslim

Memang ada pula ulama yang melarang mendoakan kebaikan karena menganggap dengan kebaikan dalam diri mereka berarti melanggengkan kekufurannya. Namun, dalam konteks saat ini, pilihan untuk saling mendoakan kebaikan terhadap saudara, tetangga, dan teman yang berbeda agama adalah pilihan etika dan moral sosial yang lebih relevan.

Tidak hanya persoalan kebaikan duniawi, dalam banyak cerita Nabi juga mendoakan kebaikan yang berdimensi ukhrowi, seperti mendapatkan hidayah, rahmat, dan ampunan. Salah satu cerita ini misalnya tentang Yahudi yang sedang berpura-pura bersin. Dari Abu Musa radliallahu ‘anhu berkata:

“Dahulu Kaum Yahudi biasa berpura-pura bersin di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka berharap beliau mau mengucapkan doa untuk mereka ‘yarhamukallah’ (semoga Allah merahmati kalian), maka beliau mengatakan ‘yahdikumullah wa yushliha balakum’ (semoga Allah memberi hidayah kepada kalian, dan memperbaiki keadaan kalian).” (HR Tirmidzi).

Selain cerita dari Yahudi yang berpura-pura ini, banyak pula kisah Nabi yang mendoakan petunjuk dan hidayah kepada non-Muslim. Nabi pernah mendoakan ibu Abu Hurairah yang kala itu masih kafir. Begitu pula Nabi pernah mendoakan Abu Jahal dan Umar bin Khattab yang kala itu memusuhi Islam. Nabi juga pernah mendoakan beberapa kabilah yang menolak Islam agar mendapatkan petunjuk dan hidayah.

Artinya, mendoakan kebaikan berdimensi ukhrawi pun terhadap non-Muslim juga tidak masalah dengan harapan mereka dapat menikmati hidayah dan petunjuk dari Allah terhadap Islam. Dalam lingkup pergaulan lintas agama yang sudah semakin kompleks seperti saat ini, bahkan terkadang dalam satu keluarga bisa berbeda agama, memberikan kebaikan dan kemanfaatan terhadap yang berbeda adalah bagian dari etika sosial dalam Islam, termasuk dalam saling mendoakan untuk kebaikan.

Tidaklah lucu jika dalam saat menghadiri pernikahan teman yang berbeda agama, lalu kita mendoakan yang buruk terhadap mereka dengan alasan mereka berbeda agama. Mendoakan kebaikan duniawi dan doa agar mereka mendapatkan petunjuk dan hidayah adalah sesuatu yang tidak dilarang dalam Islam.

Sekalipun doa adalah bagian dari ibadah, tetapi dalam prakteknya Rasulullah juga tidak membatasi kehebatan akhlaknya dalam memberikan dimensi rahmat kepada yang berbeda. Tentu prakteknya mendoakan non muslim seperti ini bukan bagian dari toleransi kebablasan yang mencampuri urusan ibadah.

 

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

grand syaikh al azhar ahmad 240707053726 586

Kembali kunjungi Indonesia, Grand Syaikh Al-Azhar Bicara Wasatiyyat Islam dan Perdamaian Dunia

JAKARTA – Universitas Al-Azhar Mesir mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Indonesia, dimana ribuan mahasiswa …

JI dibubarkan

Menakar Kontra Terorisme Pasca Bubarnya JI

Tepatnya pada tanggal 30 Juni 2024 bertempat di salah satu hotel di Bogor, Jamaah Islamiyah …