muslim inovatif
muslim inovatif

Jika Tidak Ada Inovasi, Syiar Islam akan Menjadi Sepi

Islam adalah agama yang selalu mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Islam yang rahmat untuk semesta akan terus menjadi rahmat ketika Islam mampu dikontekstualisasikan dalam semesta raya yang berbeda-beda dan terus berkembang. Lalu, apakah inovasi menjadi penting dan tidak dilarang dalam Islam?

Ada ketakutan berlebihan dalam diri umat Islam ketika melakukan inovasi dalam kemajuan. Kata bid’ah sering menjadi momok yang menakutkan untuk menghakimi hal baru menjadi sesat. Bahkan dalam kadar tertentu kesesatan itu diancam dengan neraka. Tentu itu adalah bagian dari peringatan Nabi kepada umatnya untuk tidak masuk dalam perangkap bid’ah yang menyesatkan.

Kemunduran umat Islam ditandai dengan kecaman berlebihan kepada apapun kebaruan yang positif untuk kemajuan Islam atas nama bid’ah. Inovasi dalam pemikiran keislaman dan inovasi dalam ilmu pengetahuan menjadi mati. Bahkan perlu ditegaskan inovasi yang mati akan menyebabkan dakwah menjadi sepi. Kenapa begitu?

Kita tidak membayangkan betapa ketika Ramadhan masjid dan lapangan dipenuhi oleh ratusan bahkan jutaan umat manusia untuk melaksanakan shalat tarawih bersama. Kita tidak pernah membayangkan jika semangat mencintai Nabi diekspresikan dalam peringatan Maulid yang sungguh luar biasa menjadi ruang dakwah dan syiar Islam yang membahana. Begitu pula kita tidak pernah membayangkan ada pengajian dzikir dan shalawat bersama yang mempunyai semangat mengingat Allah dan mencintai Rasulnya menjadi syiar dan dakwah Islam yang hidup di tengah umat.

Semuanya model dan bentuk itu seperti tidak ada dalam sejarah di masa Rasulullah. Namun, praktek semacam itu mengandung nilai ajaran Islam dan semangat memajukan syiar Islam. Beberapa contoh praktek itu lahir dari inovasi pemikiran dan dakwah Islam. Itu hanya segelintir inovasi baru yang tidak pernah dipraktekkan di masa Rasulullah tetapi saat ini menjadi panggung dakwah dan syiar Islam yang luar biasa.

Karena itulah, umat Islam tidak perlu takut untuk melakukan kreasi dan inovasi untuk kemajuan Islam dan gairah syiar dan dakwah.  Banyak perubahan zaman yang menuntut umat saat ini lebih inovatif dan berpikir lebih maju. Jika tidak umat Islam akan ketertinggalan oleh zaman.

Sangat miris jika melihat umat saat ini dengan pola pikir kembali pada Sunnah Nabi tetapi justru tidak sesuai dengan konteks zaman dan tempat. Karena apa? Mereka mengcopy paste simbol sunnah, tetapi tidak semangat dan subtansinya. Banyak yang terjebak hanya mau meniru Nabi dalam aspek pakaian, tetapi tidak dalam keteladanan akhlak.

Contoh kecil adalah menghidupkan transaksi dinar dan dirham dengan alasan sunnah Rasulullah. Kenapa bukan semangat dagang dan prinsip keadilan ekonomi Islam. Umat terlalu terjebak pada simbol dan formalitas sehingga menutup ruang inovasi dan kreasi untuk kemajuan Islam.

Nabi sebenarnya telah memberikan garis yang cukup tegas dengan mendorong umat Islam untuk memulai suatu kebaikan.  Nabi bersabda : “Barangsiapa yang membuat sunnah hasanah dalam Islam maka dia akan memperoleh pahala dan pahala orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang membuat sunnah sayyi’ah dalam Islam maka ia akan mendapatkan dosa dan dosa orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun” (HR Muslim).

Kata sunnah hasanah dalam redaksi hadist di atas adalah memulai kebaikan baru dalam Islam. Kata itu tidak menyiratkan pengertian yang harfiyah tentang sunnah Nabi. Jika redaksi sunnah di atas diartikan sebagai sunnah Nabi, tentu tidak mungkin ada istilah sunnah sayyiah (atau sunnah yang buruk) yang dinisbatkan kepada Rasulullah.

Untuk mendetailkan pengertian sunnah tersebut, Imam Nawawi dalam Syarh Muslim menjelaskan istilah “sanna sunnah hasanah” sebagai memulai kebaikan (al-ibtida’ bil-khairat) sedangkan “sanna sunnah sayyi’ah” sebagai memulai/membuat-buat berbagai kebatilan dan keburukan (ikhtira’ al-abathil wal-mustaqbahat).

Maka, sejatinya ijtihad Khalifah Umar Ra untuk menggelar tarawih dengan berjamaah yang tidak dipraktekkan secara paten zaman Rasulullah adalah bagian dari “sanna sunnah hasanah”. Memperingati Maulid Rasulullah sebagai bagian dari syiar Islam dan memupuk kecintaan terhadap Rasulullah adalah bagian dari “sanna sunnah hasanah”. Metode para Wali Songo dengan pendekatan budaya dalam menyiarkan Islam di Nusantara adalah bagian dari “sanna sunnah hasanah”. Dan tentu masih banyak contoh dan bentuk inovasi untuk melakukan “sanna sunnah hasanah” demi kemajuan Islam.

Umat Islam harus terus berinovasi untuk kemajuan Islam. Tidak perlu harus kembali ke masa lalu dalam bentuk simbol dan format yang tidak mungkin diterapkan dalam kondisi kekinian dalam menyiarkan Islam. Terpenting bukan bentuk yang sama persis tapi ketinggalan zaman, tetapi bagaimana hal baru yang umat Islam akan ciptakan ditujukan untuk kemajuan Islam.

Karena itulah, jangan takut memulai hal baru untuk kemajuan Islam. Jika kebaruan yang kita ciptakan tidak bertentangan dengan syariat dan justru berkesesuaian secara prinsip dengan ajaran Islam dan diniatkan untuk kemajuan Islam dan mencari semata ridha Allah, yakinlah kebiasaan baru itu jika diikuti oleh seluruh umat akan menjadi pahala kebaikan yang terus mengalir dalam diri kita.

Jadilah muslim/muslimah yang inovatif dan kreatif!


Bagikan Artikel ini:

About Islam Kaffah

Check Also

duduk di kuburan

Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?

Meskipun arus puritanisasi  mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …

shalat ghaib korban bencana

Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …