Murid sekolah berjilbab di Selandia Baru
Murid sekolah berjilbab di Selandia Baru

Jilbab Siswi Muslimah Dirobek-robek, Ribuan Orang Tandatangani  Petisi Online

Auckland – Petisi online diluncurkan setelah gadis sekolah berusia 17 tahun menjadi korban Islamophobia. Remaja muslimah alami perlakuan tidak menyenangkan, dimana jilbabnya dirobek dalam serangan yang divideokan oleh siswa lain.

Tindakan Islamofobia itu telah menimbulkan protes besar-besaran. Bahkan ribuan orang telah menandatangani petisi untuk mencari keadilan bagi seorang pelajar Muslim di Selandia Baru yang jilbabnya dirobek dalam dugaan kejahatan rasial. Petisi yang berjudul “Keadilan untuk Hoda”, membela Hoda al-Jamaa, seorang gadis muslimah 17 tahun yang kini menderita gegar otak sejak Rabu (16/2/2022) lalu.

Jamaa mengalami kekerasan rasial ketika jilbabnya dilepas oleh tiga gadis di Sekolah Menengah Wanita Otago di Dunedin. “Dua gadis memegang saya dan satu memukul saya dan setelah saya jatuh ke tanah, dia masih memukul wajah dan tubuh saya. Saya sedang menunggu guru untuk membantu saya,” kata Jamaa kepada penerbit lokal RNZ, Sabtu (19/2/2022).

Dia mengatakan gadis-gadis itu melepas jilbabnya dan memvideokannya, kemudian video itu sekarang telah dibagikan dengan anak laki-laki dan perempuan di sekolah. Dia menambahkan bahwa para pelaku berusaha melakukan hal yang sama kepada dua temannya.

“Hijab saya adalah budaya dan agama saya. Jilbab saya adalah segalanya bagi saya dan saya mencintai jilbab saya dan gadis-gadis lain menyukai jilbab mereka,” kata Jamaa.

Polisi setempat mengatakan mereka telah mengidentifikasi gadis-gadis yang terlibat dalam insiden itu dan telah meluncurkan penyelidikan. “Pertengkaran ini telah menyebabkan keresahan dan kesusahan yang signifikan bagi gadis-gadis itu, keluarga mereka, dan komunitas Muslim yang lebih luas,” ujar polisi.

“Kekerasan atau perilaku mengancam termasuk yang melibatkan kebencian, permusuhan, atau prasangka mengenai ras, keyakinan, orientasi seksual, identitas gender, kecacatan, atau usia tidak dapat diterima. Sekolah mengeluarkan pernyataan panjang yang mengatakan “tidak ada toleransi untuk komentar tidak baik, rasisme, intimidasi atau bentuk diskriminasi lainnya,” terangnya.

Insiden tersebut memicu perhatian media lokal dan internasional, dengan sebuah petisi yang menyerukan keadilan menerima hampir 60.000 tanda tangan dalam dua hari. Beberapa pengguna media sosial membagikan tagar #JusticeforHoda untuk menyoroti insiden tersebut dan mengutuk Islamofobia di negara tersebut.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Khutbah Jumat: Menjaga Semangat Beribadah Ramadan di Bulan Syawwal

Khutbah I الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ …

lapar

Saya khawatir Apabila Perut Kenyang akan Lupa pada yang Kelaparan

Ramadan telah berlalu, tetapi ada nilai sangat penting yang harus disisakan. Selalu terus merawat keadaan …