5f7ad607c004c
5f7ad607c004c

Jokowi : Macron Pemecah Belah Persatuan Antar-Umat Beragama di Dunia

JAKARTA, KOMPAS.com – Dunia islam pantas marah atas pernyataan Presiden Prancis Emanuelle Macron yang menghina Islam. Seruan boikot hingga pemutusan hubungan dengan Prancis menggema dihampir semua negara yang berpenduduk muslim.

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim tersebesar di dunia turut mengutuk dengan keras pernyataan Macron hingga melahirkan aksi kekerasan.

Presiden Joko Widodo dengan tegas mengecam keras aksi kekerasan dan teror di kota Paris dan Nice.

Hal itu disampaikannya dalam konferensi pers daring bersama sejumlah menteri dan perwakilan organisasi keagamaan, seperti dikutip dari laman kompas.com Sabtu (31/10/2020).

“Indonesia mengecam keras terjadinya kekerasan yang terjadi di Paris dan Nice yang telah memakan korban jiwa,” ujar Jokowi dikutip dari tayangan konferensi pers di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu.

Sebagaimana diketahui, aksi teror dalam bentuk dua serangan penikaman terjadi di Paris dan Nice pada 25 September dan 29 Oktober 2020.

Sontak aksi teror itu dikaitkan dengan agama, apalagi Presiden Perancis Emmanuel Macron membuat pernyataan yang menyudutkan komunitas Muslim. Ada juga aksi teror yang muncul setelah Macron membuat pernyataan itu.

Menanggapi hal itu, Jokowi menyebutkan, tindakan terorisme tidak ada hubungannya dengan agama apa pun.

“Terorisme adalah terorisme. Teroris adalah teroris. Indonesia mengajak dunia mengedepankan persatuan dan toleransi beragama untuk membangun dunia yang lebih baik,” kata Jokowi.

Dia pun mengatakan, Indonesia juga mengecam keras pernyataan Presiden Perancis yang menghina agama Islam yang telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia.

Menurut Jokowi, pernyataan Macron dapat memecah belah persatuan antar-umat beragama di dunia.

Padahal, saat ini dunia memerlukan persatuan untuk menghadapi pandemi Covid-19.

Diberitakan, dua orang ditikam dan terluka di Paris pada 25 September 2020 di dekat bekas kantor majalah satir Charlie Hebdo, tempat kelompok teror melakukan serangan mematikan pada 2015.

Seorang pria yang berasal dari Pakistan ditangkap atas serangan pada pertengahan September itu.

Selain itu, sebuah serangan dengan pisau telah membunuh tiga orang dan melukai beberapa lainnya di sebuah gereja di Nice, Perancis, pada Kamis (29/10/2020).

Peristiwa itu digambarkan oleh Wali Kota Nice sebagai terorisme, yang terjadi kurang dari dua pekan setelah terjadi serangan pemenggalan kepala seorang guru sekolah menengah bernama Samuel Paty oleh seorang pria asal Chechnya.

Penyerang Paty, Abdoullakh Anzorov, mengatakan, dia ingin menghukumnya karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam pelajaran kewarganegaraan. Menanggapi dua peristiwa ini, Presiden Perancis Emmanuel Macron menyatakan akan melawan segala bentuk “separatisme Islam” pasca-peristiwa pemenggalan seorang guru bernama Samuel Paty di luar Paris, awal Oktober.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

sidang gugatan Pilpres di MK

Tanggapi Putusan MK, PBNU: Kedepankan Empat Nilai Dasar Ahlussunnah wal Jama’ah

Jakarta – Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan sengketa Pilpres pasangan nomor urut 01 Anies Baswedan-Cak …

Ketua FKPT Jabar Iip Hidajat

Kearifan Lokal Dorong Moderasi Beragama Dengan Kedepankan Toleransi

Jakarta – Meskipun lebaran Idulfitri telah usai, semangat persaudaraan dan kerukunan yang didapat setelah merayakannya …