gaya politik khawarij
gaya politik khawarij

Kalimat Kebenaran Digunakan untuk Kebathilan

Kelompok Khawarij pertama kali memperkenalkan ayat tahkim dalam persoalan politik dalam peristiwa arbritase Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah dalam perang Siffin. Ayat ini kemudian menjadi sangat populer di kemudian hari untuk mengkafirkan sesama muslim. “Barang siapa yang tidak menjalankan hukum Allah maka ia termasuk orang-orang kafir (QS Al-Maidah: 44).

Apa yang salah dengan ayat tersebut? Tidak ada yang salah. Sepenuhnya itu kalimatul haq yang mengandung kebenaran yang tidak bisa diragukan. Kesalahannya adalah menempatkan ayat tersebut dalam konteks yang salah. Sayyidina Ali pun menanggapinya dengan bijak : Kalimatun Haqqun Yuriidu bihaa al-Baathil. Itu adalah kalimat kebenaran yang digunakan untuk kebathilan.

Kelompok Khawarij menafsirkan ayat tersebut secara serampangan untuk menyalahkan proses tahkim Ali dan Muawiyah dengan mengatakan sebagai kelompok kafir. Bid’ah besar dalam Islam dimulai dengan ayat tahkim untuk mengkafirkan sesama muslim. Inilah pola bagaimana kalimat yang mengandung kebenaran digunakan untuk melakukan kebathilan.

Banyak sekali pola pikir Khawarij saat ini dipakai dalam rangka memenuhi kepentingan sesaat. Banyak kalimat kebenaran al-Quran yang digunakan untuk kepentingan kebathilan. Kelompok teroris misalnya yang sering menggunakan kalimat jihad untuk melakukan teror. Jihad sesuatu kebenaran sementara teror adalah kebhatilan. Apakah salah ayat jihad? Tidak!

Kesalahannya masih sama dengan kelompok Khawarij dengan cara menggunakan Kalimatun Haqqun Yuriidu bihaa al-Baathil. Jangan pernah menyalahkan jihad karena sesungguhnya itu bagian dari ajaran Islam. Namun, yang salah adalah menempatkan ayat jihad dalam konteks yang salah.

Karena itulah, di samping pentingnya memahami ayat al-Quran dan hadist secara sempurna, umat Islam juga perlu memahami situasi dan konteks dengan benar. Hingga, konteks tidak diperalat dengan ayat atau ayat tidak diperalat dengan konteks sebagaimana kesesatan kelompok Khawarij.

Membela agama adalah bagian dari kewajiban seluruh umat Islam. Namun, cukupkah kalian memahami konteks kejadian. Benarkah kita turun ke jalan membela agama atau membela tokoh tertentu untuk kepentingan politik? Jangan pernah menggadaikan ayat untuk kepentingan sesaat. Jangan pernah menggunakan kalimat haq untuk kepentingan yang bathil.

Cara tafsir dan pola pikir Khawarij seperti ini tidak akan pernah mati. Ia akan hidup menjadi bagian dari nafas sejarah Islam. Umat Islam harus mewaspadai pola seperti itu. Dari penafsiran khawarij kemudian muncul slogan laa hukma illa Allah. Tiada hukum kecuali dari Allah.

Apakah slogan itu salah? Benar! Slogan itu serratus persen benar untuk mengatakan hukum-hukum agama dari Allah. Namun, kemudian slogan yang diturunkan dari ayat tahkim itu dihembuskan untuk mengkafirkan negara muslim, negara mayoritas muslim dan mengkafirkan muslim itu sendiri yang dianggap tidak memakai hukum Allah.

Vonis kafir sesama muslim adalah buah dari slogan Khawarij yang sampai detik ini menjadi bagian dari masyarakat muslim. Ia tidak pernah hilang dan akan terus menjadi fitnah di tengah umat Islam. Ia menjadi pemecah belah persatuan umat Islam. Slogan menyatukan umat, tetapi justru slogan ini ingin memecah belah umat.

Bagikan Artikel ini:

About Farhah Salihah

Check Also

ramadan

Ramadan Berlalu, Perilaku Koq Masih Seperti Dulu

Hanya sebentar setelah berakhirnya bulan Ramadan, kita sering kali merasakan betapa cepatnya kita melupakan pelajaran …

madinah

Siapa yang Mengangkat Nabi Muhammad Menjadi Pemimpin di Madinah?

Persoalan kepemimpinan politik sejak dulu memang menjadi salah satu perhatian serius umat Islam. Tentu saja, …