ustad medsos
ustad medsos

Kenali Ciri Da’i Ahlussunah Waljama’ah di Media Sosial

Di era digital ini pembelajaran agama baik melalui ceramah, kajian, pengajian dan seabrek kegiatan keagamaan lainnya tumbuh subur melalui peran media. Seiring itu pula, berkecambah para da’i, penceramah dan ustad yang tampil mengajarkan dan berdakwah di berbagai platform media sosial. Cukup banyak ragamnya dari yang memang mempunyai kapasitas hingga gadungan dengan modal popularitas.

Ini menjadi problem serius umat Islam yang hidup saat ini. Terutama bagi mereka yang tidak memiliki basis ilmu agama. Ilmu agama bukan sekedar asal mengambil dan belajar. Bila salah memilih dan memilah akan terjebak pada doktrin dan pemahaman terhadap agama yang salah, bahkan menyesatkan. Akibatnya, akan terjadi pembodohan dan penyesatan terstruktur dan masif yang tidak disadari.

Untuk itu, penting untuk mengenali ciri-ciri da’i yang memiliki kapasitas ilmu yang memadai dan sebaliknya. Terutama, dan ini sangat penting, membedakan da’i, penceramah, ustad dan sebutan lainnya yang beraliran Aswaja dan Non Aswaja. Antara penganut Ahlussunah Waljama’ah dan yang bukan.

Belajar agama dan informasi keagamaan tidak seperti informasi lainnya. Jika anda selektif memilih konten tentang kesehatan, kenapa tidak untuk konten keagamaan. Ini tidak hanya terkait wawasan, tetapi juga terkait keimanan dan ibadah yang berhubungan dengan akhirat.  Karena itulah kenali ciri-cirinya.

Ciri para ustad atau kyai yang beraliran Ahlussunah Waljama’ah bisa dipahami dari apa yang disampaikan serta referensi yang diapakai. Pertama, aliran Ahlussunah Waljama’ah dalam bidang fikih mengikut salah satu empat madhab, yaitu Maliki, Syafi’i, Hanafi dan Hanbali. Dalam akidah berpedoman pada Syekh Abul Hasan al Asy’ari dan Abu Mansur al Maturidi dan yang sejalan dengan keduanya. Adapun dalam disiplin tasawuf aliran Ahlussunah Waljama’ah mengikuti Imam Ghazali, Abu Hasan al Syadzili, Junaid al Baghdadi, dan yang searah dengan mereka.

Kedua, aliran Ahlussunah Waljama’ah selalu mengedepankan prinsip tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), ta’adul (berpijak pada keadilan), dan tasamuh (toleran). Prinsip ini ditampilkan dalam segala lini kehidupan, termasuk saat menyampaikan ceramah, referensi yang dibaca, dan di saat berdakwah. Tidak ekstrim kiri yang cenderung liberal dan tidak pula ekstrim kanan yang cenderung radikal.

Da’i atau penceramah yang berhaluan Ahlussunah Waljama’ah memiliki dua kriteria di atas. Lebih spesifik lagi, da’i Aswaja tidak mudah memvonis kafir, murtad, munafik, bid’ah, sesat dan sebagainya. Tidak memberontak kepada pemerintah yang sah selama sesuai dengan nilai-nilai agama.

Hal yang paling kentara sekaligus ciri yang mudah dikenali dari para da’i Ahlussunah Waljama’ah adalah menghargai perbedaan. Cara dakwahnya ramah serta merangkul tradisi yang ada di masyarakat selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …