mengusap kepala anak yatim
mengusap kepala anak yatim

Keutamaan dan Makna Mengusap Kepala Anak Yatim Pada 10 Muharram

Memahami ayat al Qur’an maupun hadis secara tekstual seringkali luput dari tujuan esensinya. Harapan dari kalam Allah dan sabda Nabi terabaikan. Hilang spiritnya. Teks kehilangan konteksnya. Yang terjadi adalah pemahaman yang parsial, sepotong dan tidak komprehensif.

Supaya hal ini tidak terjadi, tidak ada jalan lain kecuali membaca penjelasan para ulama yang dituangkan dalam karya mereka. Kitab-kitab tafsir untuk membantu memahami al Qur’an dan kitab syarah (penjelasan) hadis untuk memahami tujuan perkataan Nabi.

Demikian pula ketika memahami hadis keutamaan mengusap kepala anak yatim pada tanggal 10 Muharram. Kita harus memahami spirit dan maknanya yang esensi supaya hadis tersebut tidak hanya menjadi legitimasi pencarian pahala dan meraih keutamaan mengusap kepala anak yatim.

Dengan hanya mengusap dan tidak dibarengi dengan amal lain yang justru menjadi tujuannya yang utama. Seperti memberi uang untuk pemenuhan kebutuhannya.

Sebagai contoh adalah dua hadis di bawah ini:

Dari Abu Umamah, Rasulullah bersabda, “Barang siapa mengusap kepala anak yatim yang semata-mata karena Allah, maka disetiap rambut yang ia usap Allah akan berikan kebaikan”. (HR. Ahmad dan Thabrani. Sanad hadis dhaif).

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya seorang laki-laki mengadu kepada Nabi tentang kerasnya hatinya, Nabi bersabda, “Berikan makanan pada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim”. (HR. Ahmad, sanadnya Hasan).

Redaksi mengusap pada dua hadis datas sejatinya tidak hanya dipahami dari sisi makna hakikinya saja, namun juga makna kinayahnya. Makna hakiki adalah makna sebenarnya berdasar arti dalam bahasa Arab. Sedangkan makna kinayah adalah makna lain yang tidak mengacu pada teks.

Makna Mengusap Kepala Anak Yatim

Ibnu Hajar al Haitami dalam Fatawa al Hadisiyah menjelaskan, bahwa yang dimaksud mengusap pada hadis di atas adalah makna hakiki, makna yang sesungguhnya. Mengusap kepala menjadi simbol perbuatan yang sangat istimewa. Dengan hanya mengusap sudah cukup untuk memperoleh kesunnahannya.

Sedangkan menurut al Thayyib dalam kitab Marqah al Mafatih, Imam al Mala Ali al Qori al Hanafi menjelaskan, bahwa redaksi mengusap pada hadis di atas merupakan arti kinayah. Pengertianny adalah memberikan kasih sayang, kelembutan dan cinta kasih pada anak yatim. Bentuknya adalah memberikan segala yang dibutuhkan. Seperti uang dan bahan makanan pokok.

Menurut penulis, arti hakiki dan kinayah ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya, baik makna hakiki maupun makna kinayah menuju pada satu muara yang sama dan saling melengkapi. Mengusapkan tangan ke kepala menjadi simbol kasih sayang yang tulus. Menyayangi berarti memberikan semua kesukaannya dan memenuhi segala kebutuhannya.

Demikan pun makna mengusap secara kinayah yang memberi arti bahwa yang dimaksud dengan mengusap bukan mengusap kepala dengan tangan. Tetapi lebih dari sebuah terjemah aplikasi kasih sayang kepada anak yatim. Seperti menyantuni, memberi uang supay si yatim bisa memenuhi kebutuhannya.

Bila digabungkan makna hakiki dan kinayah ini, kesimpulan yang bisa dibuat adalah, mengusap kepala anak yatim sebagai simbol kasih, cinta dan sayang. Tapi tentu tidak cukup sampai disitu saja. Bila hanya mengusap tanpa memberi santunan atau sedekah tidak akan memberi bekas yang mendalam.

Maka jalan kompromi dari dua makna mengusap kepal anak yatim pada hadis Nabi adalah mengamalkan dua makna, yakni hakiki dan kinayah sekaligus. Usap dulu kepala anak yatim lalu berikan dan penuhi kebutuhan mereka. Apalah artinya hanya mengusap kepala bila tidak diikuti dengan santunan atau sedekah supaya anak yatim benar-benar berhari raya pada tanggal 10 Muharram.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

kopi sufi

Kopi dan Spiritualitas Para Sufi

Ulama dan Kopi apakah ada kaitan diantara mereka berdua? Kopi mengandung senyawa kimia bernama “Kafein”. …

doa bulan rajab

Meluruskan Tuduhan Palsu Hadits-hadits Keutamaan Bulan Rajab

Tahun Baru Masehi, 1 Januari 2025, bertepatan dengan tanggal 1 bulan Rajab 1446 H. Momen …