dakwah rasulullah
dakwah rasulullah

Kisah Sayyidina Abu Bakar R.A. dan Sayyidina Ali R.A. yang Pernah Tidak Mematuhi Perintah Nabi

Pernahkah kalian membayangkan seorang sahabat Nabi tidak mengikuti perintah Nabi Muhammad saw. yang merupakan pimpinan umat Islam? Sahabat kesayangan Nabi ini pernah tidak mengikuti perintah Nabi Muhammad saw. di hadapannya., karena sebuah alasan yang sama.

Diriwayatkan bahwa saat itu Nabi Muhammad saw. mengunjungi  Bani ‘Amr bin ‘Auf untuk mendamaikan perselisihan yang sedang terjadi di kalangan mereka, sementara waktu shalat telah tiba, artinya Nabi Muhammad saw. tidak bisa mengimami warga seperti biasanya. Bilal r.a. pun berinisiatif  meminta Abu Bakar r.a. untuk mengimami warga. Kalau Abu Bakar bersedia mengimami Bilal r.a., Bilal akan mengumandangkan adzan. Sayyidina Abu Bakar r.a. pun bersedia untuk menjadi imam.

Setelah Bilal r.a. mengumandangkan adzan dan warga telah berkumpul untuk jamaah. Sayyidina Abu Bakar r.a. memimpin shalat tersebut. Tiba-tiba Nabi Muhammad saw. hadir dan ingin ikut shalat jamaah. Abu Bakar r.a. pun melihat Nabi Muhammad saw. sudah berada di barisan shalat dan Nabi Muhammad memberi isyarat agar Abu bakar r.a. tetap di posisinya sebagai imam. Namun Abu Bakar bersikukuh mundur. Akhirnya Nabi Muhammad saw. lah yang maju dan menjadi imam shalat melanjutkan shalatnya Abu Bakar r.a.

Setelah selesai shalat Nabi Muhammad saw. bertanya padanya: “Apa yang membuatmu menolak untuk  tetap menjadi imam saat kuperintahkan?” Sayyidina Abu Bakar r.a. pun menjawab: “Tidak pantas bagi anaknya Abi Quhafah untuk shalat di depan Rasulillah saw.” Nabi Muhammad saw. pun menerima alasan tersebut dan tidak menganggapnya sebagai kemaksiatan. Alasan Abu Bakar hanya karena merasa tidak pantas. Itulah bentuk penghormatan dan pengagungan dari sahabat kesayangan Rasulullah saw. terhadap Rasulullah saw.. Bukan hanya Sayyidina Abu Bakar r.a., Sayyidina Ali r.a. pun pernah tidak mengikuti perintah dari Rasulullah saw.

Diceritakan bahwa saat mengadakan perjanjian Hudaibiyah, Sayyidina Ali r.a. menulis: “Inilah yang ditetapkan oleh Muhammad Rasulullah”. Melihat itu penduduk Hudaibiyah protes untuk mengganti “Muhammad Rasulullah” dengan “Muhammad putra Abdillah”.  Nabi Muhammad saw. pun memerintahkan Sayyidina Ali r.a. untuk menghapus ‘Rasulullah’ dan menggantinya.

Namun Sayyidina Ali r.a. berkata pada Rasulullah saw.: “Tidak, Demi Allah, Saya tidak bisa menghapus mu selamanya”. Akhirnya Nabi Muhammad mengambil surat itu dan menghapusnya. Inilah bentuk pengagungan Sayyidina Ali r.a. terhadap Nabi Muhammad saw., walaupun dengan tidak menuruti perintahnya. Nabi Muhammad saw. juga tidak menganggap tindakan Sayyidina Ali r.a. ini sebagai sebuah maksiat. Hari ini kita menyebut tindakan Sayyida Abu Bakar r.a. dan Sayyidina Ali r.a. tersebut sebagai adab.

Karena hadis ini lah beberapa ulama menganjurkan menggunakan lafadz ‘sayyidina’ di dalam tasyahhud saat shalat. Yakni, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  (Allahumma Shalli ‘alaa Sayyidina Muhammadin) walaupun yang diajarkan (diperintahkan) Nabi Muhammad saw. tanpa menggunakan kata ‘sayyidina’. Hal tersebut diperbolehkan karena alasan adab bahkan dianggap lebih utama.

Wallahu a’lam.

 

Bagikan Artikel ini:

About M. Khoir

Check Also

ali bin abi thalib

Jawaban Cerdas Ibnu Abbas Ketika Ali Bin Abi Thalib Disalahkan Khawarij tentang Ayat Tahkim

Di zaman kepemimpin Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a., banyak sekali kekacauan yang terjadi. Kaum …

al-quran

Keutamaan Membaca Al-Quran Sampai Khatam

Membaca al-Quran adalah salah satu dari jenis amal yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Banyak sekali …