Jakarta – Para pemimpin Liga Arab memperingatkan bahwa aneksasi Israel di sebagian wilayah Tepi Barat akan mengobarkan ketegangan dan membahayakan perdamaian di Timur Tengah, dan bisa memicu `perang agama di dalam dan di luar kawasan tersebut. Peringatan itu disampaikan dalam pertemuan tingkat tinggi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB), yang berlangsung hari Rabu (24/6/2020).
Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, menyebutkan, aneksasi juga akan menimbulkan konsekuensi yang lebih luas atas keamanan internasional di seluruh dunia.
”Jika diimplementasikan, rencana aneksasi Israel tidak hanya akan merugikan peluang perdamaian saat ini, tetapi juga akan menghancurkan prospek perdamaian apa pun di masa depan,” kata Ahmed Aboul Gheit dikutip dari Associated Press.
“Palestina akan kehilangan kepercayaan pada solusi yang dinegosiasikan, saya khawatir orang Arab juga akan kehilangan minat pada perdamaian regional. Sebuah realitas kelam akan menimbulkan konflik vis a vis dengan dampak yang lebih luas ke kawasan tersebut,” paparnya.
Israel merebut Tepi Barat dari Yordania dalam perang Timur Tengah tahun 1967 dan telah membangun puluhan pemukiman yang kini menjadi rumah bagi hampir 500.000 warga Yahudi, tetapi tidak pernah secara resmi mengklaimnya sebagai wilayah Israel karena besarnya tekanan internasional.
Palestina, dengan dukungan internasional yang luas, memandang Tepi Barat sebagai jantung dari masa depan negara merdeka mereka. Sebagian besar komunitas internasional menganggap pemukiman Tepi Barat yang diduduki Israel adalah ilegal menurut hukum internasional.
Sementara itu,Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres membuka pertemuan DK PBB dengan menyerukan Israel untuk membatalkan rencana aneksasi, sebuah seruan yang digemakan oleh hampir semua pembicara lain.
Guterres mengatakan aneksasi akan menjadi pelanggaran hukum internasional paling serius, dan sangat merugikan prospek solusi dua negara serta melemahkan kemungkinan pembaruan negosiasi.
Guterres mendesak Amerika Serikat, Uni Eropa dan Rusia dengan cepat mengambil peran mediasi bersama dengan PBB sebagai bagian dari apa yang disebut Kuartet Timur Tengah dan menemukan kerangka kerja yang disepakati bersama oleh para pihak untuk terlibat kembali, tanpa prasyarat, bersama kami dan negara-negara kunci lainnya.
Tak lupa Guterres juga mendesak para pemimpin Israel dan Palestina untuk berkomitmen dalam dialog yang bermakna, dengan dukungan masyarakat internasional dan mendorong para pendukung solusi dua negara di tatanan regional dan internasional untuk membantu membawa para pihak yang bertikai kembali ke jalur penyelesaian yang dinegosiasikan secara damai.