mencari barakah
mencari barakah

Mencari Berkah Ulama, Bukan Bid’ah: Inilah Kisah Khalid bin Walid, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad

Sebagai seorang muslim, kita seharusnya percaya akan adanya barokah atau berkah yang Allah berikan kepada sesuatu-sesuatu yang Dia ciptakan dan kehendaki. Sederhananya, barokah atau berkah memiliki arti bertambahnya kebaikan. Jadi tabarruk berarti mencari berkah. Allah SWT beberapa kali menyinggung mengenai keberadaan barokah dalam al-Qur’an. Di antaranya Allah SWT berfirman,

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبارَكاً وَهُدىً لِلْعالَمِينَ

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS. Ali Imran: 96)

وَنَزَّلْنا مِنَ السَّماءِ مَاءً مُبارَكاً فَأَنْبَتْنا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ

“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak berkahnya (manfaatnya). Lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaf: 9)

Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam kitab karangannya Mafahim Yajbu An Tushohhaha mengatakan bahwa makna tabarruk sesungguhnya sama dengan tawassul. Umat Islam biasanya bertawassul kepada Allah SWT dengan lantaran orang atau sesuatu yang diyakini memiliki berkah. “Tabarruk maknanya tidak lain ialah sebagai media tawassul kepada Allah SWT dengan lantaran sesuatu yang diberkahi tadi. Entah itu barang-barang peninggalan, tempat, atau seseorang.”

Melihat pentingnya tabarrukan bagi setiap muslim, maka tokoh-tokoh besar dalam dunia Islam pun memerlukan melakukannya. Di bawah ini, penulis akan memberikan kisah 3 tokoh Islam dalam upayanya mendapatkan keberkahan. Berikut kisah-kisah yang harus kita ambil pelajaran dan hikmahnya di bawah ini.

Tabarukannya Khalid bin Walid

Sejak zaman nabi SAW, para sahabat nabi banyak juga yang bertabarrukan dengan air bekas wudhu nabi Muhammad. Dan banyak sahabat berebut rambut nabi selepas beliau tahallul ketika umrah dan haji wada’. Konon, salah satu sahabat yang setia menyimpan helai rambut nabi tersebut adalah Khalid bin Walid RA.

Diceritakan dalam kitab Majma’ Zawaid, Khalid bin Walid selalu membawa serta rambut tersebut dengan cara disembunyikan dalam penutup kepala beliau, hingga ketika beliau diangkat menjadi panglima tertinggi pasukan muslim, pasukan yang beliau pimpin tak pernah mengalami kekalahan

Tabarrukannya Imam Syafi’i

Dikisahkan dalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam Syafi’i suatu ketika mengutus salah satu muridnya, Rabi’ bin Sulaiman untuk berkirim surat kepada Imam Ahmad bin Hanbal. Dari Mesir, Rabi’ melakukan perjalanan menuju Baghdad membawa surat tersebut. Sesampainya di tempat Imam Ahmad, surat itu diserahkan.“sudahkah kau membacanya?” Tanya Imam Ahmad. “Tidak” jawab Rabi’.

Ketika surat tersebut dibaca, Imam Ahmad menitihkan air mata. “Wahai Abu Abdillah, apa yang tertulis disitu?” Tanya Rabi’. “Imam Syafi’i menyebut, bahwa beliau berjumpa Rasulullah SAW dalam mimpi. Rasul berkata, kirimlah surat kepada Abdullah Ahmad bin Hanbal, dan bacakan salamku untuknya. Lalu katakan padanya, ‘engkau akan diuji dengan pendapat yang mengatakan bahwa Alquran adalah makhluk, maka jangan ikuti pendapat tersebut. Dan Allah tidak akan mengangkat ilmumu hingga tiba hari kiamat.’”

 Imam Ahmad kemudian menghadiahi Rabi’ sebuah baju gamis yang sedang beliau kenakan. Sepulang kembali ke Mesir, diceritakanlah semua itu pada gurunya. Baju gamis pemberian Imam Ahmad tidak diminta oleh Imam Syafi’i,  tapi beliau hanya meminta Rabi’ mencuci baju tersebut. Dan air yang menets dari baju tersebut diminum oleh Imam Syafi’i sebagai wujud tabarruk kepada Imam Ahmad.  .

Tabarrukannya Imam Ahmad

Imam Ahmad bin Hanbal selalu membawa tiga helai rambut rambut Nabi SAW. Beliau menciumnya dan meletakkannya di atas kepala beliau. Beliau mencelupkan tiga helai rambut tersebut ke dalam air kemudian meminumnya berharap kesembuhan dan keberkahan. Beliau berwasiat agar tiga helai rambut tadi di letakkan satu helai di mulut beliau dan dua helai di kedua mata beliau tatkala beliau wafat.” setidaknya demikian bunyi tulisan yang diriwayatkan al-Hafidz al-Dzahabi dan Ibn Jauzi tersebut bila diterjemahkan secara bebas.

Bukan karena orangnya kita mencari barokah, Namun karena kedekatan orang tersebut kepada Allah SWT dan nilai tinggi derajat orang tersebut dimata Allah SWT. Sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk ciptaan-Nya yang nihil. Tak memiliki arti apa-apa jikalau tak pernah ada istilah takwa. Tak layak punya sejarah yang dikenang jika bukan karena ilmu atau jasa.

Bukan karena peninggalan seseorang kita bertabarruk, sebab peninggalan seseorang hanyalah benda mati yang tak bernilai apapun jika tak pernah disentuh oleh orang-orang seperti Nabi Muhammad SAW. Tak lebih dari sekedar seonggok makhluk yang hening pada hakikatnya. Dan bukan karena tempatnya kita bertawassul –dalam bahasa Sayyid Muhammad-, sebab tempat adalah bagian dari bumi yang oleh Allah SWT dianggap sesuatu yang amat hina, begitu tak berharga, dan maha kecil, dibandingkan kekuasaan Allah SWT itu sendiri.

Pada titik ini, kita dapat ambil kesimpulan seperti menurut Sayyid Muhammad dalam Mafahim Yajbu An Tushohhaha bahwa sebenarnya jika kita mengerti sejarah, itu sudah menjadi cukup bukti bahwa tabarruk tidak dilarang. Cukup kiranya kita melihat cermin yang tak retak, melihat dengan kacamata yang jernih.“Bertabarruk dengan Nabi SAW, dengan peninggalan-peninggalan beliau, dan dengan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan beliau hukumnya sunnah, dan termasuk jalan yang terpuji. Cukuplah kiranya untuk membuktikan hal tersebut banyak hal-hal yang telah dilakukan para sahabat terpilih, dan pengukuhan dari Nabi SAW atas hal tersebut.”

Bagikan Artikel ini:

About M. Alfiyan Dzulfikar

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Bersemangatlah dalam Beribadah (2): Cara Menghindari Kemalasan

Dalam tulisan sebelumnya, sudah dijelaskan betapa Allah SWT menganugerahkan kemurahan dan kemudahan kepada kita untuk …

ibadah

Bersemangatlah Dalam Beribadah (1): Tiada Kesukaran dalam Agama

Allah memerintahkan kita beribadah, pastilah itu bermanfaat dan baik untuk kita sendiri. Tak mungkin ada …