manajemen waktu
manajemen waktu

Agar Umur Berkah, Belajar Manajemen waktu dari Imam Syafi’i

Jangan sia-siakan waktumu untuk keburukan. Untuk kebaikan saja dibutuhkan manajemen waktu yang baik seperti yang dilakukan Imam Syafi’i.


Manusia diciptakan oleh Allah dengan segala kesempurnaan di dalamnya. Baik anggota badan sampai dianugerahi akal yang sempurna merupakan anugerah yang besar dan juga sebagai ujian kehidupan apakah ia mau bersyukur apa kufur. Manusia harus bijak dalam mengelola kehidupannya baik penggunaan waktu, energi, ilmunya, sehingga ia mampu menjadi pemenang dalam perlombaan dalam kehidupan ini.

Allah menganugerahkan banyak nikmat kepada seluruh makhluk-Nya. Tak hanya kepada manusia saja, baik berupa kesehatan, kesempatan, materi, maupun non materi, semuanya wajib disyukuri agar nikmat itu tak cepat lenyap darinya, serta semakin bertambah.

Namun sayangnya, kebanyakan manusia lupa akan nikmat itu. Ia akan tersadar bila nikmat itu sudah hilang, menjauh darinya. Hal ini disebabkan karena terlalu terlena akan kenikmatan, sehingga menutup dirinya untuk lebih mengenal kepada Dzat yang pemberi nikmat.

Imam Syafi’i dikenal sebagai salah satu ulama’ pendiri Madzhab. Beliau dilahirkan di Gaza, pada tahun 150 H. Dan meninggal pada tahun 204 H.

Imam Syafi’i dikenal orang yang sangat disiplin dalam menggunakan waktunya tidak hanya untuk ibadah semata, tapi juga dedikasikan untuk ilmu. Imam al-Baihaqi dalam kitab Makrifat Sunan wal Atsar mengutip perkataan murid Imam Syafi’i yang bernama Imam Rabi’ bin Sulaiman berkata:

كان الشافعي جزأ الليل ثلاثة أجزاء : الأول : يكتب ، والثاني : يصلي ، والثالث : ينام

Imam Syafi’i membagi waktu malamnya menjadi tiga bagian. Pertama, digunakan untuk menulis. Kedua, untuk shalat. Ketiga, untuk tidur.

Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa Imam Syafi’i sangat tekun membagi waktunya. Ia sangat konsisten untuk mengabadikan karya pemikirannya sehingga beliau dikenal sepanjang masa.

Menulis menjadi kebiasaan beliau yang menjadi rutinitas sehari-hari. Ulama’ terdahulu mempunyai prinsip bahwa ilmu yang telah dipelajari akan menjadi berkembang jika dikaji, dipelajari serta ditulis sehingga ilmunya akan diserap oleh orang lain dan manfaatnya akan lebih banyak.

Di samping mahir dalam ilmu, beliau juga tekun dalam beribadah terutama untuk shalat sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pada prinsipnya, semakin bertambah ilmu seseorang, maka semakin dekat dengan Tuhannya bukan jauh dari-Nya.

Setelah Imam Syafi’i selesai menulis dan melakukan shalat, maka beliau juga meluangkan waktu untuk istirahat, memberikan hak badan setelah beraktifitas. Dari rutinitas ini beliau sangat faham dalam menerapkan suatu kewajiban, mengamalkan amalan sunnah yang menjadi prioritas maupun tidak.

Untuk menjaga hafalan al-Qur’an, setiap bulan beliau hatam Al-Qur’an sebanyak 30 kali. Sedangkan dalam bulan Ramadhan beliau sangat konsisten dalam menghatamkan Al-Qur’an sebanyak 60 kali khataman. Ini menunjukkan bahwa beliau sangat antusias dalam menjaga hafalan, mempelajari dan mengamalkan isinya supaya menjadi kekasih Allah.

Kunci kesuksesan beliau adalah kemampuan dalam menejemen waktu dan tak meninggalkan kewajiban sekecil apapun. Beliau juga tak mengeluh kepada orang lain sehingga umurnya menjadi berkah, bertambah kebaikannya, juga bertambah ilmu.

Orang yang beruntung adalah orang yang mampu mendapatkan kebahagian di dunia dengan tercukupi urusan ekonominya dan keluarganya menjadi orang baik, serta mendapatkan kedudukan yang mulia, juga mendapatkan keberuntungan di akhirat dengan mendapatkankan ridha-Nya serta ditempatkan di Surga-Nya. Itulah orang-orang yang beruntung.

Bagikan Artikel ini:

About Moh Afif Sholeh

Alumnus Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Guru Bahasa Arab di SMA Islam Cikal Harapan BSD

Check Also

Lemah Lembut dalam Pergaulan

Anjuran Bersikap Lemah Lembut dalam Pergaulan

Islam menekankan pentingnya bersikap yang baik dan bijaksana dalam berhubungan dengan sesama

ulama nusantara

Siapa yang Pantas Menyandang Gelar Ulama

Ulama merupakan jama’ dari kata alim yang berarti orang yang mengetahui ilmu dan mampu mengamalkannya.