shalat taubat
shalat taubat

Menghidupkan Malam Hari dengan Tahajud [1]: 5 Tingkatan Orang yang Bangun Malam

Ibadah malam seperti shalat tahajud memang menjadi sebuah ibadah yang luar biasa, terutama bagi orang yang mengetahui keutamaan dan rahasianya. Sampai-sampai ada sementara ulama yang mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang menyerupai kenikmatan ahli surga kecuali manisnya bermunajat yang dirasakan oleh ahli membujuk Allah di malam hari.

Masih banyak lagi ungkapan-ungkapan yang pada muaranya menggambarkan betapa indahnya menghidupkan malam dengan beribadah kepada Allah SWT. Bahkan Rasulullah bersabda:

Sesungguhnya di malam hari ada waktu, yang apabila seorang Muslim memohon kepada Allah suatu kebaikan dari perkara dunia atau akhirat di waktu itu, maka Allah akan memberikan kepadanya apa yang dia minta. Dan keadaan itu ada pada malam.” (HR. Muslim).

Dalam buku Amalan-amalam Malam Hari Rasulullah karya Supriyanto Abdullah Hidayat dijelaskan beberapa tingkatan orang yang menghidupkan malam menjadi lima.

Pertama, orang yang menghidupkan seluruh malam.

Inilah yang ditempuh oleh para salafush-shalihin. Mereka menjadikan malam sebagai momentum yang tepat untuk bermunajat dengan Allah. Mereka menghabiskan malam untuk beribadah kepada Allah tanpa lelah dan mengantuk. Justru bangun malam merupakan aktivitas rutinan dan cara untuk menghidupkan hati mereka. Malam hari seluruhnya digunakan untuk mendeatkan diri kepada Allah semata.

Masih menurut Supriyanto, Abu Thalib al-Makki menjelaskan bahwa jalan ibadah seperti itu dilakukan oleh empat puluh Tabi’in. Diantaranya, Thawus al-Yamani, Al-Hakam al-Kufi, Abu Abdillah al-Khawwash al-Ibadi dan lain sebagainya. Mereka mampu mengkhatamkan Alquran sembilan puluh kali dalam sebulan (hlm. 13-14).

Kedua, orang yang berdiri separuh malam.

Para ulama atau salafush shalih yang berada dalam tingkatan ini jumlahnya sangat banyak, bahkan tak terhitung. Tingkatan ini memanfaatkan waktu malam sebagai berikut: tidur disepertiga malam pertama, lalu bangun tidur dan tidur lagi pada seperenam malam terakhir, sehingga bangun malamnya jatuh pada tengah malam.

Ketiga, orang yang bangun di sepertiga malam.

Yaitu orang yang tidur pada separuh malam pertama dan seperenam malam terakhir. Inilah yang lazim dilakukan oleh orang-orang saat ini. Tidur di malam hari, lalu bangun dan tidur lagi sebelum subuh.

Keempat, berdiri seperenam malam atau seperlimanya.

Yang lebih utama adalah pada separuh malam terakhir dan sebelum seperenam malam terakhir.

Kelima, yang penting bangun malam.

Inilah tingkatan yang paling rendah: orang yang berdiri mengerjakan shalat 4 rakaat atau dua rakaat. Dia ini akan ditulis dalam golongan orang yang bangun malam.

Demikianlah tingkatan orang yang bangun malam. Hendaknya setiap orang memilih mana yang mudah ia kerjakan. Atau mulailah dari tingkatan yang lebih rendak untuk kemudian pelan-pelan meraih tingkatan yang lebih tinggi.

Mari sejenak mengulik kehidupan malam hari orang-orang shalih. Yang pertama tentu saja Rasulullah SAW. Ada seorang bertanya kepada sayyidah Aisyah: “Beritahukanlah kepadaku sesuatu yang luar biasa pada diri Rasulullah yang pernah engkau lihat.” Aisyah pun menjawab: “Manakah perbuatan beliau yang tidak luar biasa? Pernah suatu hari beliau berbaring bersamaku. Lalu beliau berkata: “ Sekarang biarkanlah aku beribadah kepada Allah.” Beliau bangun dari tempat tidurnya lalu mengerjakan shalat (malam).

Masih banyak riwayat lain yang menceritakan dan menjelaskan panjangnya shalat Nabi di malam hari. Padahal kita semua paham betul bahwa beliau adalah orang yang mashum dan dijamin masuk surga, namun beliau tetap menjalankan ibdah dengan luar biasa.

Satu lagi, mungkin tidak asing ditelinga kita akan sosok Rabiah Al-Adawiyah. Beliau adalah ulama termasyhur dan dikenal oleh umat Islam hingga kini karena kealiman dan kegigihannya dalam beribadah kepada Allah. Ia juga terkenal tidak pernah tidur ketika malam tiba. Bahkan menjelang ajalnya tiba, ia berpesan kepada pelayannya agar kelak ia dikafani dengan baju yang sering dipakai untu shalat Tahajjud.

Haritz bin Yazid r.a, Ibnu Syubramah r.a, Qa’qa’ r.a dan Mughirah r.a adalah empat orang yang senantiasa bermudzakarah tentang ilmu setelah Isya’ dan tak seorang pun yang meninggalkan majelis sampai subuh. Demikian kuat dan hebatnya mereka yang mampu menahan rasa kantuk. Semua itu dilakukan tidak satu atau dua kali saja, melainkan sudah menjadi rutinitas. Sungguh luar biasa bukan?

Semoga Allah SWT memberikan kepada kita kekuatan dan keteguhan hati agar bisa istiqomah menghidupkan malam dengan beribadah dan bisa merasakan kelezatan sebagaimana yang telah diraih dan rasakan oleh para orang-orang shalih terdahulu, yang bermujahadah penuh dengan kekhusyukan dalam mengerjakan shalat malam.

Bagikan Artikel ini:

About Fauziyatus Syarifah

Mahasiswi magister program PAI UIN Walisongo Semarang

Check Also

baliho kampanye pemilu

Golput dalam Pilkada: Pilihan atau Pengabaian Amanah? Begini Pandangan Islam

Pilkada serentak 2024 jatuh pada tanggal 27 November 2024. Artinya, tinggal menghitung hari lagi. Dalam …

hemat

Kenapa Pengeluaran Tiap Ramadan Malah Boros? Simak Tips Ini Agar Tidak Boncos!

Sebagian besar umat Islam tentu merasakan bahkan juga mengalami kalau setiap bulan Ramadan, pengeluaran suka …