“iini wajjahtu itu, kalau Anda teliti kitab haditsnya, itu bukan doa iftitah, tapi doa setelah menyembelih hewan Kurban. Alhamdulillah kami punya koleksi 1235 kitab hadits, saya sempat mengecek satu satu saya cek itu. itu jangankan hadits shahih, di hadits palsu itu gak ketemu”.
Statement ini, saya kira bukanlah hasil riset hadits yang akurat. Lebih tepatnya, pernyataan Ustadz Adi Hidayat ini adalah sesumbar. Utamanya pada penggalan “jangankan hadits shahih, di hadits palsu itu gak ketemu”. Dalam idiom Bahasa Jawa, ini terkesan ‘adigang adigung adiguna’, membanggakan Kepandaian, Kecerdasan dan Kecerdikan tanpa melihat kepandaian, kecerdasan dan kecerdikan orang lain.
Soal doa iftitah dengan redaksi “inni wajjahtu” penulis dapatkan dalam kitab hadits al-Mu’jam al-Kabir. Karya al-Thabrani, Terdiri dari dari 12 jilid dan merupakan kitab hadits ensiklopedis, tidak hanya memuat hadits Nabi, melainkan juga memuat beberapa informasi sejarah; dan secara keseluruhan memuat 60.000 hadits. Karenanya, Ibnu Dihyah mengatakan bahwa kitab ini merupakan karya monumental terbesar di dunia. Studi Kitab Hadis, ed. M. Alfatih Suryadilaga (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 260-283.
Inilah redaksi iftitah dalam kitab tersebut :
عن أبي رافع قال : وقع إلي كتاب فيه استفتاح رسول الله صلى الله عليه و سلم كان إذا كبر قال : ( إني وجهت وجهي للذي فطر السماوات والأرض حنيفا وما أنا من المشركين إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين لا شريك له وبذلك أمرت وأنا أول المسلمين اللهم أنت الملك لا إله إلا أنت سبحانك وبحمدك أنت ربي وأنا عبدك لا شريك لك ظلمت نفسي واعترفت بذنبي فاغفر لي ذنوبي جميعا فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت لبيك وسعديك والخير في يديك لا ملجأ ولا منجا منك إلا إليك أستغفرك وأتوب إليك
Dari Abu Rafi’ ia berkata: telah sampai kepadaku sebuah tulisan yang di dalamnya tertulis pembuka shalat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallama. Beliau setelah mengucapkan takbiratul ihram (Allahu Akbar) membaca (sesungguhnya aku hadapkan wajahku dengan focus/lurus kepada dzat yang telah menciptakan langit dan bumi. Dan aku bukanlah orang orang yang menyekutukan Allah. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semata mata kupersembahkan untuk Allah, Penguasa semesta. Tiada sekutu bagiNy. Oleh karena itulah, Aku (patuh) untuk diperintah dan akulah orang pertama dari kelompok orang orang muslim (orang yang pasrah). Ya Allah Engkau adalah Maharaja. Tiada Tuhan melainkan Engkau. Maha suci Engkau dan dengan memujiMu. Engkau adalah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Tiada sekutu bagiMu. Aku telah menganiaya diriku sendiri. Dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah segala dosa dosaku karena sesungguhnya tiada yang mampu mengampuni dosa dosa selain Engkau. Ku dengar panggilanMu dan aku berharap kebahagiaan dariMu, serta kebaikan yang ada dalam kekuasaanMu. Tiada tempat untuk berharap keselamatan kecuali kepadaMu. Aku mohon ampunanMu dan aku bertaubat kepadaMu. HR: Thabrani: 928 (al-Mu’jam al-Kabir, 1/314).
Kesimpulannya, pernyataan Ustadz Adi Hidayat atau yang lebih dikenal denga panggilan UAH saja tak ubahnya sebuah wacana tak berencana alias omong kosong. Atau pitutur yang tak akur. Dia mengaum dikandang Beruang. Namun begitu, saya pribadi, sangat berterima kasih atas lahirnya statementnya, minimal, saya bisa mencari dasar ibadah apa yang selama ini saya lakukan. Tanpa ujaran UAH mustahil saya melakukan cek dalil tentang shalat.