isra miraj
isra miraj

Perbedaan Ulama tentang Waktu Isra’ Mi’raj

Allah SWT telah memilih Nabi Muhammad SAW yang sudah terkenal akan kejujurannya sejak sebelum beliau diangkat menjadi nabi dan Rasul Muhammad SAW hidup di tengah-tengah kaumnya selama empat puluh tahun sebelum diutus Allah sebagai nabi dan rasul. Sebelum beliau dibebani amanat membawa risalah, selama itu pula kaumnya belum pernah mendengar atau menyaksikan dan mendapati beliau berdusta. Atas prestasi luar biasa itu pula Nabi Muhammad SAW. diberi gelar oleh kaumnya dengan gelar al-amin (orang yang terpercaya).

Jika kita baca sejarah kehidupan Rasulullah SAW. (Sirah Nabawiyah), sebelum peristiwa itu terjadi, Rasulullah mengalami keadaan duka cita yang sangat mendalam. Beliau ditinggal oleh istrinya tercinta, Khadijah yang setia menemani dan menghiburnya di kala orang lain masih mencemoohnya. Lalu beliau juga ditinggal oleh pamannya sendiri, Abu Thalib yang (walaupun kafir) tetapi dia sangat melindungi aktivitas Nabi SAW.  Tahun itu disebut „amul huzni (tahun kesedihan). Sehingga orang-orang kafir Quraisy semakin leluasa untuk melancarkan intimidasinya kepada Nabi, sampai-sampai orang awam Quraisy pun berani melemparkan kotoran ke atas pundak Rasulullah SAW.

Dalam keadaan yang duka cita dan penuh dengan rintangan yang sangat berat itu, menambah perasaan Rasulullah S.A.W. semakin berat dalam mengemban risalah Ilahi. Lalu Allah “menghibur” Nabi dengan memperjalankan beliau, sampai kepada langit ketujuh dan menemui Allah. Hingga kini, peristiwa ini seringkali diperingati oleh sebagian besar kaum muslimin dalam peringatan Isra Mi‟raj. Pada dasarnya peringatan tersebut hanyalah untuk memotivasi dan penyemangat, bukan dalam rangka beribadah (ibadah dalam artian ibadah ritual khusus). Namun peringatan tersebut juga terdapat beberapa pelajaran.

Pengertian Isra’ Mi’raj serta Dalil-dalilnya

Peristiwa Isra’ Mi’raj pada dasarnya adalah dua peristiwa yang berbeda. Hanya saja peristiwa Isra’ yang terjadi dalam satu malam dengan peristiwa Mi’raj. Namun, masyarakat sekitar menganggapnya sebagai peristiwa yang sama dengan menggabungkan dua kata, yaitu Isra’ Mi’raj. Isra’ secara bahasa berasal dari kata saro yang bermakna di malam hari, adapun secara istilah Isra’ berarti perjalanan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersama jibril dari Mekkah ke Baitul Maqdis dengan mengendarai Buraq dengan waktu yag relative singkat. Perjalanan ini bisa disebut perjalanan horizontal karena Nabi masih berada di bumi. Sebagaimana pada firman Allah dalam surah Al Isra ayat satu, yaitu

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.  (Q.S. Al Israa’ :1)

Mi’raj secara bahasa adalah suatu alat yang dipakai untuk naik, adapun secara istilah, Mi’raj bermakna tangga khusus yang digunakan oleh Nabi untuk naik dari bumi menuju ke atas langit, yaitu langit ke tujuh hingga ke Sidratul Muntaha yang secara harfiah berarti tumbuhan sidrah yang tak terlampaui. Dimana tempat tersebut tidak ada ada yang dapat melampaui dan mengetahaui lebih banyak mengenai tempat itu Yaitu perjalanan dari Masjidil Aqsha di Palestina lalu naik ke luar angkasa melalui beberapa tingkatan langit, lalu menuju ke Baitul Makmur, hingga sampai di Sidratul Muntaha, Arsy (Takhta Tuhan) dan saat itu beliau mendapatkan perintah untukmendirikan shalat lima waktu sehari. Berdasarkan pada firman Allah pada Surah An Najm ayat 13-18, yaitu :

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (١٣) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (١٤) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (١٥) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (١٦) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (١٧) لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (١٨)

Artinya: 13. Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain, 14. (yaitu) di Sidratul Muntaha. 15. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, 16. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. 17. Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. 18. Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar. (Q.S. AnNajm : 13-18).

Di dalam ayat ini, Allah menjelaskan secara singkat mengenai skenario perjalanan Isra‟ Mi‟raj Nabi Muhammad shallallaahu „alaihi wassalam yang hanya ditumpuh dalam waktu satu malam. Namun jika dilihat dari kandungan surat Al Isra’ menunjukkan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada masa-masa akhir sebelum hijrah. Sehingga dengan ayat ini kita dapat lebih mudah mendapat pemahaman tentang mukjizat yang diberikan oleh Allah untuk hambaNya yaitu peristiwa Isra’ Mi’raj. Namun, Allah juga berfirman dalam Al Qur’an surah An Najm ayat 13-18 mengenai perjalanan Isra’ Mi’raj.

Perselisihan tentang Waktu Isra’ Mi’raj

Al-Hafidz Ibnu Hjar Al-Asqaalaniy Rohimahullah, menjelaskan Perbedaan pandangan ulama tentang perselisihan tentang waktu Isra’ Mi’raj, ada yang mengatakan sebelum kenabian. Ini pendapat yang aneh, kecuali kalau dianggap terjadinya dalam mimpi.

Kebanyakan para ulama yang mengatakan peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi setelah kenabian juga berselisih, di antaranya mereka ada yang mengatakan setahun sebelum hijrah. Ini pendapat Ibnu Sa’ad dan yang lainnya dan dirajihkan (dikuatkan) oleh An-Nawawi dan Ibnu Hajar, bahkan Ibnu Hajar berlebihan dengan mengatakan ijma’ (menjadi kesepakatan ulama) dan itu terjadi pada bulan Rabiul Awal. Klaim ijma’ ini tertolak, karena seputar hal itu ada perselisihan yang banyak lebih dari sepuluh pendapat. Kemudian beliau menyebutkan pendapat para ulama tersebut satu persatu yakni:

Pertama, Ibnu Sa’ad dan yang lainnya dan dirojihkan oleh imam An-Nawawi setahun sebelum hijrah tepatnya bulan Rabiul Awal.

Kedua, Delapan bulan sebelum hijrah tepatnya bulan Rajab, ini isyarat perkataan Ibnu Hazm ketika berkata; terjadi di bulan Rajab tahun 12 kenabian.

Ketiga, Enam bulan sebelum hijrah, tepatnya bulan Ramadhan”. Ini disampaikan oleh Abu Ar-Rabi bin Salim.

Keempat, Sebelas bulan sebelum hijrah tepatnya di bulan Rabiul Akhir”. Ini pendapat Ibrahim bin Ibrahim bin Ishaq Al-Habi, ketika berkata; ”terjadi pada bulan Rabiul Akhir, setahun sebelum hijrah”. Pendapat ini dirajihkan oleh Ibnu Munayyir dalam Syarah As-Surah karya Ibnu Abdil Barr.

Kelima, Setahun dua bulan sebelum hijrah, pendapat ini disampaikan Ibnu Abdilbar. 14 Ibnu Hajar. Fathul Bari 7/203.

Bagikan Artikel ini:

About Ahmad Syah Alfarabi

Check Also

al quran hadits

Takhrij dan Analisis Matan Hadis Terbelenggunya Setan pada Bulan Ramadan

Hadis yang merupakan sumber kedua bagi kehidupan beragama kaum Muslimin, menjadi hal yang banyak disoroti …

adab puasa

Bagaimana Hukum Belum Mengqadha Puasa Tahun lalu? Berikut Penjelasan Ulama Empat Mazhab!

Besok atau lusa sudah memasuki bulan suci Ramadhan, dianjurkan bagi orang yang memiliki hutang puasa …