Selama ini tradisi memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW identik dengan kaum Nahdliyyin atau warga NU. Sejatinya tidak demikian. Tradisi Maulid Nabi telah berlangsung sejak dulu di Nusantara. Baik para ulama di Jawa, Madura, Bugis, Melayu dll semua sangat apresiatif terhadap Maulid Nabi.
Antusiasme merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW memang meredup disebagian tempat, seperti yang terjadi pada sebagian warga Melayu. Mungkin, salah satu faktornya adalah karena terpengaruh oleh sebagian kelompok muslim anti Maulid Nabi yang mengatakan tradisi tersebut sebagai bid’ah. Padahal tidaklah demikian adanya. Semua ulama Melayu sangat menjaga tradisi ini.
Syams Al Hidayat; Kitab Maulid Nabi Karya Ulama Melayu
Kitab ini merupakan salah satu dari sekian kitab karya ulama Melayu seputar Maulid Nabi Muhammad SAW. Sebagi bukti perhatian mereka terhadap pentingnya merayakan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana telah maklum, ada banyak sekali manfaat dari perayaan Maulid Nabi. Selain itu, makna hakiki perayaan Maulid Nabi adalah menjadi bukti cinta dan kegembiraan terhadap kelahiran sosok agung yang kelahirannya membawa kesempurnaan ajaran Islam.
Lazimnya, perayaan Maulid Nabi di Indonesia berisi pembacaan al Qur’an, tahlilan dan pembacaan singkat kisah kelahiran dan sejarah serta teladan dari Rasulullah. Kitab yang dibaca adalah kitab Barzanji.
Karena tidak semua masyarakat muslim mengerti terhadap arti dan kandungan kitab Barzanji yang memakai bahasa Arab, sebagian ulama Melayu menulis beberapa Syarah atau penjelasan dari kitab Barzanji menggunakan bahasa Arab aksara Melayu atau kitab jawi. Salah satunya adalah Guru Abdul Majid Ghaffar, salah seorang ulama Melayu dari Jambi. Beliau terkenal sebagai ulama yang produktif menulis.
Salah satu karya Guru Abdul Majid Ghaffar adalah kitab Syams Al Hidayat. Ditulis dengan aksara Jawi berbahasa Arab dan Melayu. Bahasa Arab digunakan untuk mengutip al Qur’an, hadits dan shalawat serta syair-syair kitab Al Barzanji. Kitab ini bukan terjemahan literlek kitab Iqd al Jauhar fi Maulid Nabi al Adzhar yang masyhur disebut Al Barzanji karya karya Syaikh Ja’far bin Hasan bin Abdul Karim bin Muhammad al Barzanji, melainkan uraian makna serta kandungan dalam kitab Barzanji.
Selain kitab Barzanji sebagai sumber primer, kitab ini diperkaya dengan tiga referensi sekunder yang lain, yakni kitab Targhib al Musytaqin, Maurid as Safa dan Nur al Yaqin. Dengan demikian, kitab yang berjudul lengkap Syams Al Hidayat fi Qishat Maulid an Nabi Khair al Bariyat, merupakan sumber dan rujukan bagi masyarakat Melayu dalam kaitannya dengan Maulid Nabi.
Kesimpulannya, perayaan Maulid Nabi sebenarnya tidak hanya identik dengan kaum Nahdliyyin, namun para ulama Melayu sangat apresiatif terhadap pertanyaan Maulid Nabi. Maka, sudah selayaknya generasi saat ini terus melanggengkan tradisi Maulid Nabi yang memang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Justru, sangat dianjurkan dalam ajaran Islam.