i'tikaf di rumah
i'tikaf di rumah

Perjalanan Cinta Melati Padang Pasir, Aminah binti Wahab

Ibnu Ishaq di dalam ‘Sirah’nya mengatakan bahwa Aminah adalah gadis Quriasy yang paling utama baik dari segi keturunannya maupun kedudukannnya. Sebenarnya tidak banyak sumber yang menggambarkan secara detail Aminah secara fisik karena ketika beranjak remaja ia dipingit sedemikian ketat. Namun dilihat dari berbagai hadits yang mengemukakan betapa rupawan baginda Nabi, maka sudah bisa dipastikan paras ayu seperti apa yang melahirkannya. Waktu itu pingitan merupakan tradisi kalangan aristrokrat yang menjunjung tinggi silsilah dan keturunan. Aminah sendiri berasal dari Bani Zuhrah yang memiliki kedudukan tinggi di Makkah, sehingga tak heran ketika dirinya beranjak remaja harus mengikuti tradisi pingitan.

Kala itu Bani Zuhrah dan Bani Abdu Manaf merupakan kabilah yang bermartabat tinggi dikarenakan memegang kekuasaan atas Kakbah usai menggulingkan Bani Abdu-Dar. Kala perseturuan antara Bani Abdu-Dar dan Abdu Manaf memuncak, Bani Zuhrah berkoalisi dengan Bani Abdu Manaf sehingga keduanya dianggap bermartabat. Selain hubungan koalisi, keduanya memiliki ikatan persaudaraan erat karena memang masih sama-sama keturunan Kilab, jadi tak heran pemukiman kedua kabilah ini juga cenderung berekatan.

Demikian erat ikatan persaudaraan dan martabat Bani Zuhrah dan Abdu Manaf sehingga sama-sama memainkan peran besar dan penting dalam sejarah Kota Makkah. Keduanya juga lah yang menjadi penunjang utama perekutuan Muthyyabin dan Fudhul. Melalui Bani Zuhrah inilah lahir melati Kota Makkah yang dari rahimnya lahir manusia paling mulia yang membawa gebrakan kedamaian bagi seluruh umat, Siti Aminah binti Wahab.

Bernasab Mulia
Ayah Aminah adalah Wahab, sosok terkemuka Bani Zuhrah. Kakeknya bernama Zuhrah yang merupakan saudara Qushay bin Kilab, sosok yang berhasil mengembalikan kekuasaan Kakbah ke garis ketuurnan Nabi Ismail AS.

Ibunda Aminah bernama Barrah yang masih menyambung nasabnya ke Qushay bin Kilab. Neneknya bernama Atikah binti Al-Auqash bin Hilal As-Sulaimiyah yang dinyatakan secara bangga oleh Rasulullah SAW: Aku adalah putra Atikah binti Sulaim.
Dari silsilah singka di atas maka diektahui bahwa Kilab merupakan akar keluarga Bani Zuhrah dan Abdu Manaf. Kemudian cabang-cabang yang bersambung sampai Aminah pun diisikan orang-orang bermartabat tinggi sehingga Ibnu Abbas meriwayatkan sebuah hadits dari baginda Nabi yang artinya: “Allah senantiasa memindahkan diriku dari tulang-tulang sulbi yang baik, ke dalam rahim-rahim yang suci, jernih, dan terjaga. Tiap tulang sulbi itu bercabang menjadi dua, dan aku selalu berada di dalam tulang sulbi yang terbaik dari dua cabang itu.”

Melalui hadits di atas dapat disimpulkan bahwa silsilah keturunan Aminah merupakan orang-orang pilihan yang suci karena kelak melalui silsilah ini akan lahir manusia paling mulia yaitu baginda Nabi Muhammad SAW. Kemuliaan nasab juga dimiliki oleh belahan jiwa Aminah yaitu Abdullah karena Abdullah juga masih berada satu rumpun seagai cucu Abdu Manaf, putra Qushay bin Kilab. Qushay bin Ki;lab jika diikuti nasabnya maka akan sampai ppada Nabi Ismail As.

Bersahabat Sejak Kecil
Aminah bersahabat dengan Abdullah sejak kanak-kanak yang merupakan putera pamannya. Keduanya sering bermain bersama di halaman Kakbah. Hubungan mereka sama akrabnya dengan kedua orang tua mereka yang serimng berunding mengenai masalah yang dihadapi orang Quraisy.

Beranjak remja, Aminah terpaksa berjauhan dengan Abdullah karena tiba masa pingitannya. Aminah remaja menjadi buah bibir kalangan Quraisy karena di kalangan gadis Quraisy laiannya ialah yang paling utama nasab dan kedudukannya. Ditambah kerupawanannya sehingga disebut melatinya Bani Zuhrah. Sosok Aminah menjadi harapan bagi pemuda Arab sehingga berderet lamaran silih berganti mendatanginya. Namun sayangnya, di antara pemuda yang melamarnya Abdullah tidak ikut andil. Padahal di mata orang Quraisy Abdullah merupakan pemuda paling layak karena tidak ada pemuda Quraisy yang martabat setinggi Abdullah. Abdullah juga merupakan putera bungsu Abdul Muthalib yang paling unggul, sekaligus saudagar kaya. Lebih dari pada itu, Abdullah adalah satu-satunya pemuda yang Aminah cintai sejak kecil.

Kegelisahan Aminah Karena Sang Kekasih Nyaris Terbunuh
Keluarga Aminah tak heran mengetahui Abdullah tidak mengajukan lamaran kepada Aminah karena pemuda itu tahu bahwa dirinya akan dibunuh karena sebuah nazar. Diketahui bahwa saat itu putera Abdul Muthalib kebanyakan meninggal di usia bayi sehingga ia bernazar jika dikaruniai 10 orang anak lelaki maka ia akan menyembelih salah satu di antara mereka. Maka Abdullah khawatir akan meninggalkan Aminah jika ternyata nazar itu jatuh kepadanya sehingga ia tidak melamar Aminah wal hatinya selalu memanggil nama gadis Quraisy itu.

Aminah sendiri tidak tahu menahu perihal nazar tersebut. Aminah selalu teringat akan Abdullah setiap ibunya mengabarkan akan kedatangan para pelamar. Hatinya berharap sahaba kecilnya itu datang melamar dirinya. Perasaan itu hanya Aminah pendam seorang diri, menemaninya di keheningan sepi tatkala mengenang masa kecilnya bersama Abdullah. Ia berandai alangkah indah jika keakraban yang duklu terjakin semasa kanak-kanak bisa terjalin kembali hingga seterusnya. Keinginan bertemu Abdullah kadang membumbung tinggi tapi apalah daya ia hanya gadis pingitan yang dilarang keras keluar dari tempat pingitannya. Jika rindu menggebu ia hanya bisa mengintip dari celah kamarnya, menanti pujaan hatinya berlalu lalang.

Kegundahan Aminah bertambah tatkala mendapat kabar bahwa perihal nazar Abdul Muthalib. Ia khawatir Abdullah akan terpilih sehingga akan disembelih. Rupanya kekhawatiran itu terbukti karena beberapa hari kemudian nama Abdullah keluar sebagai pilihan nazar. Di hari di mana seharusnya nazar dilaksanakan, Aminah justru mendengar kabar bahwa nazar itu diubah bentuknya, dari menyembelih Abdullah menjadi pengorbanan 100 unta. Pergantian nazar itu melalui proses panjang, sebab ayah mana yang rela mengorbankan putera seperti Abdullah yang halus tutur katanya, suka bermusyawarah ketimbang kekerasan, juga budi pekertinya yang amat luhur.

Hadiah dari Ketulusan Cinta Aminah
Pada saat mendengar kabar bahwa Abdullah tidak jadi disembelih, Aminah pun memberanikan diri untuk bertanya pada ibunya, Barrah. Aminah meminta agar sang ibu menceritakan kisah selengkap-lengkapnya mengenai peristiwa itu. Barrah pun bercerita sembari mengamati ekspresi Aminah yang termat bahagia di sana. Jelas terlihat bahwa Aminah bukan sekadar ingin tahu, ada perasaan lebih murni bernama cinta di lubuk hati puterinya itu.

Ketika sedang sama-sama bersantai, sang ayah tiba-tiba datang dengan wajah berseri-seri lalu berkata, “Pemimpin Bani Hasyim (Abdul Muthalib) datang melamaru untuk dinikahkan dengan puteranya yang bernama Abdullah.” Usai mengtakan hal itu, Wahab pergi ke ruang tamu untuk menemui tamu yang bermaksud melmar puterinya itu. Aminah masih termangu dengan perasaan luar biasa bahagianya, tidak menyangka bahwa harapannya selama ini menjadi kenyataan manis.

Bagikan Artikel ini:

About Nayla Aulia

Ketua Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Dakwah Korkom Walisongo Semarang

Check Also

kota makkah

Tidak Hanya Nabi Ibrahim, Abdul Muthalib Nyaris Menyembelih Putranya Sendiri

Abdul Muthalib merupakan pemimpin Bani Hasyim yang amat disegani. Kala itu ia menjadi penguasa Kota …

kota makkah

Kisah Magis Di Balik Nama Kota Makkah

Kota Makkah merupakan kota bersejarah bagi umat Islam. Ia menjadi saksi dari sepak terjang dakwah …