Jakarta – Perdebatan tentang tahun masuknya Islam ke Nusantara hingga kini masih menjadi diskusi dan perdebatan yang menarik, beberapa peneliti mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke 13 dengan hadirnya para pedagang dari Gujarat India, ada juga yang mengatakan pada abad ke 7 yang dinisbatkan dengan ditemukanya beberapa batu nisan serta naskah kuno yang berbicara tentang kerajaan pada waktu itu.
Salah satu prasasti yang berbicara Islam hadir di nusantara pada abad ke 7 adalah makam Islam tertua di Kabupaten Banggai, Kepulauan Sulawesi Tengah yang tertulis tahun 67 H atau 688 M yang hingga sekarang masih terjaga dengan baik.
Dilansir dari laman republika.co.id Senin (29/11). Selain itu, terdapat pula satu makam yang wafat di tahun 168 H atau 790 M yaitu sheikh Sya’ban (di Tangerang ada Rawa Sa’ban).
Semua bukti itu ini jelas membantah dongeng yang mengatakan Islam masuk Indonesia baru pada abad XIII M.
Sebelah timur Banggai Kepulauan laut Maluku. Letak makam tidak jauh dari radius zona ekonomi Maluku. Maluku salah satu tujuan pelayar-palayar dari Afro Swahili dan Arab.
Prasasti Kebon Raja Bogor (photo atas) dan nisan Troloyo, Jatim, beraksara Nabathaen yang banyak dipengaruhi aksara Aram. Seorang arkaeolog UI, mungkin karena tak mampu baca aksara lalu menyebut prasasti Kebon Raja, sebagai prasasti palsu. Pendapatnya itu hasil kutipan dari seorang arkaeolog bulé yang katakan itu palsu. Kepadanya saya berondong pertanyaan: aksara yang digunakan apa, dan apa pula tujuan memalsu. Ia tak menjawab, dan hanya tertunduk. Saya menduga ia menghitung ubin di lantai.
Saya mengeja Kebun Raja bukan Kebun Raya karena prasasti Kebantenan sebut Sunda Sembawa atau Sundanese Quartier. Itulah Kebun Raja. Ketika semangat anti feodal yang tidak proporsional menggelegak Kebun Raja diganti Kebun Raya. Kok pisang raja tak diganti pisang raya?
Pergantian script di Arab dari Nabathaen ke Hijaiyah terjadi 651 M. Dapat disimpulkan prasasti Kebun Raja dan nisan Troloyo yang beraksara Nabathaen dibuat sebelum 651 M. Banggai yang 688 M sudah gunakan Hijaiyah.
Prasasti Kebon Raja mau pun nisan Troloyo mengandung teks syahadat, ‘la ila Hu’. Tidak ada, selain Tuhan. Berdasarkan bukti ini Islam telah masuk Andunisi pada VII M.
Prasati Tuk Mas Semarang selatan beraksara Venggi bahasa Khmer Hind. Kemungkinan pembuat prasasti datang dari Champa atau Kompong Chom. Prasasti membahas ajaran Islam tentang berserah diri: ‘Apakah berserah diri mudah? Itu laksana membuat pipa (cangklong) dari pasir’.
Istilah membuat pipa dari pasir. Maknanya tidak mudah. Ungkapan itu amat berkelas.
Kemudian mmasih banyak bukti yang dapat saya tunjukkan untuk menunjuk pernyataan masuknya Islam hanya sekedar dongengan menjelang tidur. Itu misalnya:
- Mesjid atap terbuka pola Karbala di Malangka, Luwu utara.
- Koin mas koleksi museum Aceh dan Fadli Zon. Juga jambia Emirate di Aceh.
Fakta pada butir 1 dan 2 itu berasal abad VII M.
Jadi sama halnya dengan sosok kerajaan Tarumanagara dan Sriwijaya yang khayal, sebutan Islam datang tak dapat dijadikan alat bukti. Paling-paling untuk mendukung lagu Melayu nyanyian Hasnah Thahar tahun 1954: Khayal dan Penyair.
Mengapa kau mengkhayal
Khayal menggoda hati
Kar’na aku haus
akan keindahan.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.