puasa dan moderasi

Puasa Ramadan: Ibadah yang Mengajarkan Moderasi

Islam adalah agama yang mengajarkan Moderasi. Salah satu ibadah yang mengajarkan moderasi adalah puasa. Bagaimana cara puasa mendidik moderasi?

Beberapa waktu lalu, tersiar kabar tentang seorang penganut Jainisme di India yang “memilih” meninggal dunia dengan cara berpuasa. Sayar Devi Modi, seorang perempuan berusia 88 tahun yang divonis mengidap kanker serviks, memutuskan untuk tidak menjalani pengobatan dan memilih praktik puasa Santhara.

Santhara, yang juga dikenal sebagai Sallekhana, adalah praktik dalam Jainisme yang mewajibkan pelakunya untuk pantang makan hingga menerima kematian. Meskipun bukan praktik utama dalam Jainisme, sebagian kecil penganutnya masih menjalankan puasa ini hingga meninggal dunia.

Praktik puasa ekstrem seperti ini jelas melampaui batas (ghuluw). Islam sejak awal menegaskan dirinya sebagai umat pertengahan (ummatan wasathan), yang tidak condong ke ekstremisme. Moderasi adalah prinsip utama dalam praktik keagamaan Islam. Salah satu ibadah yang paling jelas mengajarkan moderasi dalam Islam adalah puasa Ramadan.

Puasa Ramadan: Moderasi dalam Ibadah

Moderasi dalam Islam bukan sekadar berada di tengah, tetapi mengambil sikap proporsional sesuai dengan fitrah manusia. Dalam konteks puasa, manusia memiliki kebutuhan fisik, materi, dan nafsu. Islam tidak mengajarkan untuk menghentikan kebutuhan manusiawi, tetapi mengelolanya secara seimbang.

Puasa dalam Islam tidak ekstrem seperti harus berpuasa sepanjang tahun, tetapi juga tidak terlalu ringan seperti hanya berpuasa satu atau dua hari dalam setahun. Islam menetapkan bulan Ramadan sebagai momen untuk melatih keseimbangan dan menanamkan nilai moderasi dalam kehidupan.

Islam tidak mengajarkan bahwa semakin seseorang menghamba kepada Tuhan, maka semakin ia harus menafikan dirinya sebagai manusia. Beribadah kepada Allah bukan berarti harus mengabaikan kebutuhan fisik dan sosial manusia.

Karena itu, puasa dalam Islam bukan puasa yang memberatkan. Umat Islam tidak diwajibkan berpuasa sehari semalam penuh seperti sebagian umat terdahulu. Salah satu pembeda utama puasa Islam adalah anjuran untuk makan sahur. Rasulullah SAW bersabda:

“Pembeda antara puasa kita dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (HR. Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa Islam memperhatikan keseimbangan dalam beribadah. Bahkan dalam puasa, tubuh manusia tetap harus mendapatkan asupan energi sebelum menghadapi hari yang penuh ujian.

Rukhshah : Seimbang antara Kebutuhan Manusia dan Perintah Tuhan

Prinsip rukhshah (keringanan) dalam Islam juga menunjukkan bahwa puasa bukan ibadah yang dilakukan dengan mengabaikan hak-hak tubuh. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 184, Allah memberikan keringanan bagi orang yang sedang dalam perjalanan atau sakit untuk tidak berpuasa dan menggantinya di lain waktu.

Kesalehan dan kepatuhan kepada Allah tidak berarti seseorang boleh mengabaikan dirinya hingga jatuh sakit atau bahkan meninggal dunia. Islam melarang tindakan ekstrem, seperti berpuasa tanpa makan dan minum hingga mati.

Ketaatan kepada Allah harus tetap berada dalam keseimbangan antara hak-hak Tuhan dan hak-hak manusia.

Rasulullah SAW mengajarkan keseimbangan dalam beribadah. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, beliau bersabda:

“Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya di antara kalian. Tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat (malam) dan tidur, dan aku juga menikah. Maka siapa yang tidak suka dengan sunnahku, ia bukan termasuk golonganku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan prinsip moderasi dalam ibadah. Berpuasa itu baik, tetapi harus diimbangi dengan berbuka. Beribadah malam itu utama, tetapi tubuh juga membutuhkan istirahat. Menjauhi dunia sepenuhnya dan tidak menikah bukanlah ajaran Islam, karena Islam mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Puasa Ramadan adalah ibadah yang seimbang. Ada saatnya menahan diri dalam keheningan saat berpuasa, tetapi ada juga momen berjamaah dalam kebersamaan, seperti saat shalat Tarawih.

Ada saatnya menahan lapar dan haus, tetapi ada juga kegembiraan saat berbuka puasa. Ada saatnya menahan diri dari makanan, tetapi ada pula kesempatan berbagi makanan dengan orang lain.

Itulah esensi moderasi dalam Islam, yang tercermin dengan indah dalam ibadah puasa Ramadan.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

BRIN Moderasi Beragama

Moderasi beragama Bukan Sekadar Konsep Akademik, Tapi Jalan Tengah Untuk Beragama secara Damai, Inklusif, dan Berkeadaban

Jakarta — Meningkatnya berbagai aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama menunjukkan bahwa paham radikal masih memiliki …

Prof M Suaib Tahir PhD

Jihad Palsu di Balik “Ukhuwah Global”: Umat Diminta Waspada Propaganda ISIS

Jakarta — Kelompok teroris ISIS kembali menyebarkan propaganda bermuatan ajakan jihad ke berbagai negara konflik, …