Dr Amirsyah Tambunan
Dr Amirsyah Tambunan

Rayakan Idul Fitri di Tengah Pandemi, MUI: Tetap Waspada dan Patuhi Prokes

Jakarta – Hari Raya Idul Fitri tahun ini kembali harus dirayakan umat Islam di tengah pandemi Covid-19 yang masih belum reda. Alhasil, umat Islam diimbau agar tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan saat merayakan Idul Fitri.

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Dr. Amirsyah Tambunan mengungkapkan bahwa hingga saat ini pandemi Covid-19 memasuki tahun kedua. Dalam kurun waktu itu, dua tokoh MUI meninggal dunia akibat terpapar Covid-19 yaitu Dr. Nazarudin Ramli dan Dr. Teuku Zulkarnaen. Ia menyebut bahwa covid-19 tidak hanya sekedar ancaman, tetapi sudah terbukti telah menelan korban.

”Jadi ini adalah bukti nyata, banyak lagi tokoh-tokoh yang sudah mendahului kita. Sekali lagi saya mengingatkan bahwa kita tetap harus waspada. Kewaspadaan terhadap diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat,” ujar Dr. KH Amirsyah Tambunan di Jakarta, Selasa (11/5/2021).

Ia menjelaskan bahwa komponen keluarga dan keluarga adalah komponen dari masyarakat. sehingga pencegahan penyebaran itu harus dilakukan secara bersama-sama. Artinya, pencegahan itu tidak bisa hanya seorang saja, tapi harus bersama keluarga juga tidak bisa hanya keluarga tetapi juga harus bersama masyarakat.

”Dalam Islam diperintahkan dengan tegas dan jelas dalam Al Quran surat At-Tahrim ayat 6 ’ya quw anfusakum wa ahlikum nara’ hai orang-orang beriman pelihara diri, pelihara keluarga dan seluruhnya tentu daripada siksa api neraka,” tutur Amirsyah.

Ia mengungkapkan neraka itu ada dua macam, neraka di dunia dan neraka di akhirat. Ia meminta agar jangan sampai lalai lalu Covid-19 menjadi bagaikan neraka dunia bagi manusia. Oleh karena itu ia meminta agar semua orang harus terus waspada, supaya mampu menjaga diri dengan sebaik-baiknya.

”Jaga diri dan keluarga itu adalah hukumnya wajib, dalam arti kesehatan itu adalah sesuatu yang wajib dipelihara. Kenapa wajib? Karena menjaga kesehatan itu harus terus bersama-sama, supaya kita bisa melakukan ibadah, kita bisa mencari nafkah buat keluarga, kita bisa beramal untuk kemaslahatan umat dan bangsa,” ungkapnya.

Ia menyampaikan bahwa dalam melakukan sesuatu, umat harus mendahulukan yang wajib daripada yang sunah. Contohnya salat tarawih sunah, salat di tanah lapang itu sunah hukumnya. Jangan sampai melaksanakan yang sunah kemudian terjadi kerumunan. Padahal kerumunan itu salah satu potensi penyebaran covid-19.

Ia mencontohkan kerumunan seperti yang terjadi di Banyuwangi, kemudian yang terjadi di Pati, kemudian sebelum Ramadhan di Jambi. Hal ini menurutnya sama seperti di India yang terjadi di sungai Gangga yang kemudian berakibat fatal.

”Potensi kerumunan itu berbahaya. Oleh karena itu saya pesan, daerah-daerah hijau yang tidak tertular Covid tetap menggunakan protokol kesehatan. Tetapi daerah yang orange atau merah yang telah ditetapkan oleh satgas ini sebaiknya salatnya di rumah saja. Untuk apa? Menjaga diri dan keluarga. Kenapa? Karena kita sayang dengan keluarga,” tutur Amirsyah.

Selain itu ia berpendapat, bahwa saat ini sudah zamannya teknologi, sudah ada teknologi canggih. Ia menyarankan untuk menggunakan teknologi tersebut untuk menyambung silaturahim dan menyapa keluarga.

”Bisa dilakukan silaturahim lewat zoom, silaturahim lewat virtual. Intinya jangan berkumpul dulu untuk sementara, dalam arti kerumunan. Karena itu akan sangat berpotensi untuk membuat kluster baru penyebaran covid. Dan mudah-mudahan ini dapat diikuti oleh masyarakat,” tukasnya.

Dirinya menghimbau agar semua pihak harus kompak, baik itu masyarakat maupun aparat. Karena tidak ada artinya imbauan dan ajakan pemerintah maupun para kyai, para ulama, kalau tidak diikuti oleh masyarakat.

Ia juga meminta kepada media agar juga jangan menimbulkan kebingungan di masyarakat. Karena seringkali ada media yang bilang begini kemudian media yang lain bilang begini.

 ”Ada ainul yaqin, setelah melihat banyak peristiwa kemudian kita yakin bahwa ikhtiar harus kita perkuat untuk mencegah. Jadi jangan ikut ajakan dan imbauan orang yang membuat bingung. Yang kedua ilmu yaqin, dengan ilmu, artinya apa? ada ahil, ada peneliti yang mengatakan tentang bahaya covid dan cara pencegahannya,” tuturnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

lapar

Saya khawatir Apabila Perut Kenyang akan Lupa pada yang Kelaparan

Ramadan telah berlalu, tetapi ada nilai sangat penting yang harus disisakan. Selalu terus merawat keadaan …

ketua pbnu kh ahmad fahrur rozi atau gus fahrur saat ditemui di surabaya 169 1

Respon PBNU Terkait Pelaporan Terhadap Pendeta Gilbert Yang Dinilai Lecehkan Umat Islam

Jakarta – Pendeta Gilbert Lumoindong yang viral karena membahas soal Zakat dan tata cara muslim …