Sekarang ada istilah baru yang digaungkan sebagian orang muslim untuk menyerang sebagian muslim yang lain. Istilah itu adalah “penyembah kuburan”. Mereka bahkan memvonis pelaku “penyembah kuburan” ini sebagai orang yang telah melakukan kesyirikan.
Menyembah selain Allah swt. memang diharamkan. Tapi apakah orang-orang yang disebut sebagai “penyembah kuburan” ini adalah orang yang benar-benar menyembah kuburan? Atau hanya meminta tolong ahli kubur sebagai sebab? Apakah itu boleh menurut syara’?
Mari kita bahas. Setiap hari kita mempunyai kebutuhan. Kadang apa yang kita butuhkan tidak bisa kita dapatkan. Akhirnya kita meminta tolong kepada seseorang untuk menyelesaikan kebutuhan kita itu. Akhirnya kita mendapatkan yang kita butuhkan dengan sebab pertolongan orang yang kita mintai pertolongan. Sedangkan kemampuan dan daya dari orang yang kita mintai pertolongan itu sejatinya dari Allah swt.
Dari kasus ini kita tahu, Allah memberikan kebutuhan kita lewat sebab atau kita menjalani atau menjemput takdir kita dengan sebab-sebab, yang kita sebut dengan sunnatullah. Jadi orang meminta pertolongan pada selain Allah itu bisa terjadi dalam makna majaz bukan makna hakikat, karena hakikatnya semua dari Allah swt.
Seperti kita saat meminta tolong teman kita mengambil kan barang untuk dibawa ke rumah kita. Sejatinya yang mensukseskan barang kita sampai ke rumah adalah Allah ( ini yang harus kita Yakini ) tapi kita meminta tolong teman kita dengan ucapan kita. Apakah meminta tolong seperti lantas menjadikan kita melakukan kesyirikan?
Seperti yang diceritakan oleh al-Quran dalam surah al-Kahfi tentang Dzulqornain yang meminta tolong pada orang-orang:
…فَاَعِيْنُوْنِيْ بِقُوَّةٍ اَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا
“…maka bantulah aku dengan kekuatan, agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka”
Terus apa perbedaannya dengan meminta tolong pada teman dengan meminta tolong pada ahli kubur? Tidak adanya beda kan? Kalau memang perbedaannya terletak pada masuk akal atau tidaknya dengan melihat bahwa teman kita memang masuk akal kalau bisa membawa barang kita ke rumah, atau perbedaannya terletak pada manusia dan bukan manusia, maka bagaiman dengan kasus Nabi Sulaiman yang meminta tolong pada pembesar-pembesarnya yang terdiri dari jin dan manusia yang saat meminta tolong memindahkan kerajaan Ratu Bilqis?
Diceritakan dalam al-Quran:
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَن يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
“Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”
Kemudian Jin Ifrit (bukan manusia) dan Asif bin Barkhiya (manusia yang alim dan sholeh) berkata sanggup melakukannya. Diceritakan kerajaan itu dipindah dengan sebab doanya Asif bin Barkhiya kepada Allah. Padahal Nabi Sulaiman a.s. sendiri bisa berdoa juga seperti Asif bin Barkhiya? Bukankah ini Namanya Nabi Sulaiman a.s. melakukan tawassul? Sedangkan Tauhid dari zaman Nabi Adam a.s. tetap sama sampai zaman Rasulullah saw.
Atau saat Nabi Muhammad saw. berkata pada Rabi’ah bin Ka’ab seperti yang diceritakan dalam hadis:
رَبِيعَةُ بْنُ كَعْبٍ الْأَسْلَمِيُّ قَالَ كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِي سَلْ فَقُلْتُ أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ قَالَ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ قُلْتُ هُوَ ذَاكَ قَالَ فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
“Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami berkata, “Saya bermalam bersama Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam, lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya, maka beliau bersabda kepadaku, ‘Mintalah kepadaku.’ Maka aku berkata, ‘Aku meminta kepadamu agar aku menemanimu di surga -dia berkata, ‘Atau dia selain itu’. Aku menjawab, ‘Itulah yang dia katakan-maka beliau menjawab, ‘Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud’.” (HR. Muslim)
Apakah Rasulullah saw. mengajarkan sahabatnya syirk? Tidak. Artinya meminta hal yang di luar kemampuan manusia tidak apa-apa. Karena Rasullah saw. tidak punya kemampuan untuk itu sehingga Rasulullah juga meminta bantuan dan support dari Rabi’ah dengan cara memperbanyak sujud.
Kalau yang diperdebatkan adalah masalah masa hidup, maka apakah setelah Rasulullah saw. wafat akan menjadi tidak boleh dilakukan? Apakah kita tidak boleh wudlu’ dan sholat lagi karena itu merupakan ajaran Nabi Muhammad saw. saat masih hidup? Bagaimana kita bisa menganggap Nabi benaran wafat? Padahal para Nabi tidak beneran wafat seperti yang disebutkan dalam hadis. Sayyidatina Aisyah selalu memakai pakaiannya di dalam rumahnya karena malu pada Sayyidina Umar yang sudah dimakamkan di rumahnya.
Kalau perbedaannya terletak pada alam berbeda artinya saat itu Rasulullah saw. masih di dunia bukan di alam kubur, maka barang siapa yang berkeyakinan bahwa kesempurnaan Nabi Muhammad saw. terbatas pada masa hidupnya di dunia maka orang tersebut sangat salah besar dan bisa mengarah kekufuran. Saat seseorang mau menjadi muallaf pada zaman kita yang dia ucapkan adalah dua syahadat yang artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah” bukan mengatakan “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad dulunya adalah utusan Allah”
Bahkan pada zaman Kekhalifan Sayyidina Umar r.a. ada seorang tabiin yang mengadu pada Nabi Muhammad saw. di kuburannya tentang kekeringan yang melanda. Kemudian dia bermimpi Nabi Muhammad untuk menyampaikan salamnya pada Sayyidina Umar r.a. dan mengabarkannya sebentar lagi akan diberikan siraman air. Riwayat ini dianggap Shohih oleh dua hafidz hadis, Ibnu Katsir dan Ibnu Hajar.
Bahkan Nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadis mengajarkan tawassul dengan orang-orang saleh:
اللهم إني أسألُكَ بحقِّ السائِلينَ … الحديث
“Ya Allah… sungguh saya meminta pada mu dengan haknya para peminta… dst”
Hadits ini ada Musnad Imam Ahmad dan banyak diriwayatkan imam-imam hadis.
Yang tidak dibenarkan adalah meminta pada selain Allah dan meyakini bahwa dia yang mempunyai kekuatan, bukan Allah. Seperti panas itu berasal dari api. Kesembuhan berasal dari obat. Api dan obat hanyalah sebab dari pembakaran dan penyembuhan. Yang memberikan kesembuhan adalah Allah. Curhat mengenai sesuatu pada makhluk agar didoakan juga tidak apa-apa.
قال النبي صلى الله عليه وسلم: « إذا أضل أحدكم شيئاً أو أراد عَوْناً وهو بأرض ليس فيها أنيس فليقل : يا عباد الله أغيثوني ـ وفي رواية ـ أعينوني ، فإنَّ لله عباداً لا ترونهم » رواه الطبراني. قال العلامة ابن حجر : وهو مجرب
“Nabi saw. bersabda: ketika salah satu di antara kalian menghilangkan sesuatu atau menginginkan pertolongan sedangkan kalian berada di kawasan yang tidak ada teman kalian di sana maka katakanlah: “Wahai hamba-hamba Allah bantulah aku/tolong aku!” karena Allah mempunyai hamba-hamba yang tidak bisa kalian lihat.” Diriwayatkan oleh Thabrani dan Imam Ibnu Hajar berkata: “ini sudah teruji”
Maka jagalah hati kita untuk tetap percaya pada Allah dan keputusannya. Jagalah hati kita dari hasud dan prasangka buruk yang bisa membuat kita terjerumus dalam kesesatan.
Wallahu a’lam.