WhatsApp Image 2020 04 16 at 11.33.44
WhatsApp Image 2020 04 16 at 11.33.44

Setelah Puasa Nanti, Mampukah Kita Meramadankan Seluruh Bulan?

Tapi bukankah kau masih menunda-nunda menyingkirkan kedengkian, keserakahan, ujub, riya’, takabbur, dan sampah-sampah lainnya yang mampat dari comberan hatimu.

Musthafa, inilah bulan baik, saat baik untuk kerja bakti membersihkan hati. Ataukah kau lewatkan lagi kesempatan ini seperti Ramadan-Ramadan yang lalu.

Penggalan puisi Gus Mus ini menyiratkan keagungan Ramadan yang begitu besar. Al Qur’an dan hadis juga jelas mengabarkannya. Tapi kita justru menganggap biasa saja. Bahkan melewatkan Ramadan tanpa makna dan tanpa jejak dalam jiwa.

Selepas bulan suci ini, semestinya kita dapat membersihkan diri dan menjadi fitrah kembali. Bersih dari kotoran dosa, kedzaliman, keserakahan, ujub, riya’, takabur, dan segala penyakit hati yang lain. Selepas berpuasa sebulan, semestinya kita insyaf dari perbuatan keji, seperti menuduh kafir, menuduh sesat atau membid’ahkan amalan orang lain yang memiliki argumentasi keagamaan yang jelas.

Tidak lagi berpikir akan mengebom, membunuh orang lain karena beda agama, beda madhab dan lingkup perbedaan yang lain. Tidak lagi memiliki keinginan untuk menjadi teroris, sebab puasa mengajarkan kasih sayang antar sesama. Bukankah membunuh nyamuk dipandang berdosa oleh agama? Apalagi membunuh manusia.

Belum terlambat, di penghujung bulan suci ini kita masih bisa berdoa semoga Puasa Ramadan meninggalkan jejak dalam kehidupan kita.

Dari Aisyah, Nabi bersabda, “Perilaku keberagamaan seseorang yang paling dicintai oleh Nabi adalah yang diistiqamahkan (kontinyu) dan senantiasa dilestarikan”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Tanda-tanda diterimanya puasa seseorang adalah selepas bulan suci ada jejaknya, ada jejak puasa Ramadan dalam hari-hari kehidupan berikutnya.

Firman Allah, “Dan janganlah kalian seperti orang perempuan yang menguraikan benangnya setelah dipintal dengan kuat menjadi bercerai berai kembali”. (al Nahl: 92).

Seakan Allah hendak berbicara secara tegas kepada orang-orang yang beriman, setelah puasa nanti pertahankan segala amal ibadah yang giat dikerjakan di bulan Ramadan. Dengan demikian, kita akan dicintai oleh Rasulullah karena telah istiqamah dan mendawamkan perilaku keagamaan yang baik.

Hakikat Ramadan adalah latihan untuk mempraktikkan amal kebaikan itu di bulan berikutnya. Secara sederhana umat Islam harus meramadankan bulan-bulan berikutnya. Umat Islam selalu merasa berpuasa dari berbagai kejelekan di bulan setelah Ramadan. Umat Islam harus mampu memperbanyak ibadah dana mal kebaikan untuk memburu pahala yang berlipat.

Itulah tugas terberat umat Islam adalah menjadi bulan berikutnya layaknya Ramadan.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

Toa masjid

Toa dan Sejarah Tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadan

Ramadan kali ini pun tak luput dari perdebatan soal pengeras suara (TOA). Polemik bermula dari …

manfaat tidur

Hati-hati, Ternyata Ada Tidur yang Membatalkan Puasa

Pemahaman tekstual terhadap dalil agama bisa berakibat fatal. Pemaknaan apa adanya tersebut berkontribusi memberikan informasi …