mahasiswa afghanistan terlihat di universitas mirwais neeka di kandahar
mahasiswa afghanistan terlihat di universitas mirwais neeka di kandahar

Taliban Perinci Aturan Moralitas di Afghanistan Dalam Buku Saku

KABUL – Pasca kemenangan Taliban di Afganistan, sebagian masyarakat yang trauma dengan kekejaman Taliban pada masa lalu memilih untuk meninggalkan Afganistan. Namun tidak semua masyarakat dapat begitu saja pergi. Setelah masa evakuasi selesai, secara otomatis masyarakat harus menyesuaikan diri dengan aturan yang diberlakukan oleh Taliban.

Keresahan masyarakat Afganistan dan juga dunia internasional coba ditepis oleh Taliban dengan mengatakan akan mengedepankan penghormatan terhadap hak-hak sipil termasuk menghormati wanita. Namun masyarakat Afganistan dan internasional tidak sepenuhnya percaya dengan janji Taliban.

Kepala kantor provinsi kementerian di Kandahar Mawlawi Mohammad Shebani mengatakan polisi moralitas Taliban di bawah kementerian promosi kebajikan dan pencegahan kejahatan akan bertindak moderat menurut buku saku aturan.

Shebani menjelaskan kepada The Guardian, polisi moralitas Taliban disusun sebagai jaringan yang terintegrasi ke dalam pasukan polisi kelompok yang memiliki hubungan dengan masjid dan sekolah agama. Sejak menguasai Afghanistan pada 15 Agustus, Taliban telah berubah dari citra garis keras mereka pada era 1996 hingga 2001 saat pria yang tidak sholat di masjid dicambuk, gerakan wanita setiap hari dibatasi, dan interpretasi ekstrem dari hukum syariah ditegakkan.

Namun, polisi moralitas Taliban kali ini akan berbeda dari era sebelumnya yang akan berfokus pada persuasi bukan kekerasan. The Guardian melaporkan pedoman baru Taliban menyetujui penggunaan kekuatan terhadap pelanggar yang paling tidak kooperatif. Proses penanganan pelanggar secara berjenjang dijelaskan melalui beberapa tahap.

“Pertama, mendidik mereka. Kemudian menekan untuk mengubah perilaku mereka. Jika mereka masih tidak patuh, kekerasan mungkin menjadi pilihan. Jika orang itu masih melanjutkan (perilaku menyinggung) dan ini dapat menyebabkan banyak masalah, maka Anda dapat menghentikannya dengan tangan Anda,” kata pedoman itu.

Dikutip Al Arabiya, dan republika.co.id Selasa (21/9), Taliban berjanji melindungi hak-hak perempuan. Namun, buku aturan tersebut menyatakan perempuan hanya diperbolehkan meninggalkan rumah mereka jika ditemani wali laki-laki. Kontak perempuan dengan laki-laki juga harus dibatasi pada keluarga dekat.

“Anda harus dengan sabar mencegah wanita pergi ke luar tanpa jilbab dan tanpa wali laki-laki yang menemaninya,” tambahnya.

Dalam aturan itu juga memerintahkan sholat wajib yang dilakukan lima kali sehari dan adanya ketentuan memiliki janggut untuk pria. Shebani menyebut beberapa orang berpikir Taliban ekstremis, tapi dia mengaku Taliban tidak seperti itu. Islam adalah agama yang moderat dan semuanya akan baik-baik saja.

“Kami ingin memberi tahu semua orang terlebih dahulu tentang prinsip-prinsipnya. Ada beberapa hal kecil yang tidak kami tanggapi karena kami tidak ingin orang panik atau merasa negatif. Kami ingin menekankan tidak akan memasuki rumah orang atau tempat berkumpul dan kami tidak akan menggunakan kekerasan,” ucap Shebani.

Menurut buku pedoman polisi moralitas Taliban, orang-orang kementerian dilarang memasuki rumah warga sipil bahkan jika aturan dilanggar. “Jika ada suara musik, televisi, sistem stereo, keluar dari rumah, itu harus dicegah. Tapi jangan masuk ke rumah untuk melakukannya,” kata pedoman itu.

 

 

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

sidang gugatan Pilpres di MK

Tanggapi Putusan MK, PBNU: Kedepankan Empat Nilai Dasar Ahlussunnah wal Jama’ah

Jakarta – Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan sengketa Pilpres pasangan nomor urut 01 Anies Baswedan-Cak …

Ketua FKPT Jabar Iip Hidajat

Kearifan Lokal Dorong Moderasi Beragama Dengan Kedepankan Toleransi

Jakarta – Meskipun lebaran Idulfitri telah usai, semangat persaudaraan dan kerukunan yang didapat setelah merayakannya …