Teladan Keharmonisan Khalifah Umar ibn Khattab dengan Uskup Agung Sophronius

Ketika serah terima kota Yerusalem dari penguasa Romawi ke tangan umat muslim Khalifah Umar ibn Khattab bersama para panglima perangnya berkunjung ke dataran bukit Zion saat bersamaan tiba waktunya shalat zuhur di lokasi Uskup Agung Sophronius mepersilahkan Khalifah Umar ibn Khattab beserta pengiringnya agar menunaikan shalat zuhur di dalam gereja yang oleh umat Kristiani diyakini sebagai tempat ibadah suci Khalifah Umar ibn Khattab menyambutnya dengan baik tawaran itu meski ia karena alasan tertentu tidak sepenuhnya mengikuti saran Uskup Agung Sophronius Sungguh senang menerima tawaran Tuan Tetapi kalau saya shalat di dalam gereja saya khawatir bahwa suatu hari kelak orang Islam akan merampas gereja yang akan dijadikan masjid Karena itu izinkanlah saya shalat di sisi gereja Tuan saja Setelah mengucapkan kata kata tersebut Khalifah Umar ibn Khattab kemudian menunaikan shalat zuhur di sisi gereja yang terpandang itu sambil berulangkali pamit meminta izin kepada Uskup Agung Sophronius Khalifah Umar ibn Khattab lalu menggariskan telapak tangan di bekas tempat shalatnya itu agar dibangun sebuah masjid yang dikemudian hari dikenal sebagai Masjid Umar berdampingan dengan gereja suci umat Kristen yang dibangun pada masa Kaisar Heraklius 610 641 dari Romawi Baca juga Perang yang diikuti oleh Rasulullah Saw selama hidupnya Bagian II Kisah di atas menggambarkan sangat baik tentang keharmonisan toleransi dan perdamaian antar umat beragama Di dalamnya juga ada teladan para tokoh agama masa lalu bahkan dari kalangan sahabat Nabi Muhammad Saw yang sejatinya menjadi insprasi bagi realitas modern sekarang termasuk di Indonesia Menjaga keharmonisan Belajar dari kisah itu bahwa corak keberagamaan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya sangatlah ideal untuk diinternalisasi pula dalam keberagamaan masyarakat di Indonesia Mereka meminjam ungkapan Djohan Effendi 2001 berpegang teguh pada keyakinan ajaran agamanya masing masing namun pada saat yang bersamaan mereka pun tetap bisa memberi hormat yang tinggi dan mendalam kepada pemeluk agama lain tanpa halangan klaim teologis Namun mencermati apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar ibn Khattab itu terdapat beberapa hal untuk direfleksikan dalam situasi sekarang Pertama kekhawatiran Khalifah Umar ibn Khattab memperoleh relevansi ketika kini terdapat sebagian kalangan umat muslim yang berpaham keagamaan tekstual konservatif hingga menjurus pada radikalisme menganggap perbedaan agama sebagai halangan untuk bertegursapa saling bekerjasama Perbedaan agama oleh kalangan konservatif tidak dianggap sebagai berkah dan rahmah tetapi diyakini sebagai ancaman sehingga muncul sikap sinisme ketidakharmonisan antar umat beragama Situasi ini menunjukan pemahaman yang ahistoris dangkal dalam memahami agama padahal fakta sejarah justru menunjukkan tolaransi dan keharmonisan sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw lalu diikuti oleh para sahabat hingga ulama generasi setelahnya Kedua jejak arkeologis rumah ibadah yang dibangun secara berdampingan sebagaimana terjadi pada peristiwa penyerahan kota Yerusalem itu sesungguhnya lazim pula terjadi dalam tradisi masyarakat Indonesia Betapa mudah kita menemukan tidak hanya masjid dan gereja yang dibangun berdekatan tetapi bangunan rumah rumah ibadah lain pun banyak ditemukan dalam satu area di sebuah wilayah desa atau kota Fenomena tersebut sejatinya menyadarkan mereka yang alergi dengan segala jenis perbedaan Bahwa sebenarnya dalam menyikapi perbedaan agama oleh pendahulu kita tidak hanya wacana tetapi diwujudnyatakan dalam kehidupan yang harmonis meski beda keyakinan Teladan hidup yang harmonis dan telah dipraktikkan oleh Nabi dan para sahabat seperti pada kisah Khalifah Umar ibn Khattab dengan pemuka agama Kristen Uskup Agung Sophronius tersebut boleh jadi menjadi inspirasi bagi para pendakwah Islam generasi awal Wali Sanga Itulah sebabnya sejarah Wali Sanga yang mengenalkan Islam di Nusantara ditempuh dengan cara damai tanpa menimbulkan gejolak yang berakhir dengan konflik horizontal Lalu mengapa di antara kita kini justru berusaha hendak menafikan perbedaan sinis pada agama lain Semoga menjadi renungan Ali Usman

Bagikan Artikel ini:

About Islam Kaffah

Check Also

duduk di kuburan

Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?

Meskipun arus puritanisasi  mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …

shalat ghaib korban bencana

Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …