terorisme dalam fikih
terorisme

Terorisme dan Mudharat Kebodohan dalam Beragama

lmuan, fuqaha dan filsuf muslim asal Andalusia, Ibnu Rusyd pernah berkata:

إذا أردت أن تتحكم في جاهل فعليك أن تغلف كل باطل بغلاف ديني

“Kalau kamu ingin menguasai orang bodoh, bungkuslah segala sesuatu yang batil dengan kemasan agama”.

Sejatinya, sang penulis kitab fikih Bidayatul Mujtahid yang berisi komplikasi pendapat empat madhab tersebut ingin mengingatkan kepada umat Islam akan bahaya kebodohan. Karena kebodohan memiliki banyak sisi negatif. Dalam ranah agama ia bisa membatalkan suatu amal. Misalnya, menduga sunnah shalat sebagai rukun, maka shalatnya batal. Kalau begini masih mending karena mudharatnya hanya menimpa diri sendiri.

Sisi mudharat kebodohan yang paling berbahaya ketika berkaitan dengan ajaran agama yang berhubungan dengan relasi sosial kemasyarakatan. Apalagi, kalau ada faktor kesengajaan untuk membodoh-bodohi. Satu yang menjadi fenomena mencekam saat ini adalah doktrin kaum radikal terhadap seseorang untuk melakukan tindakan kekerasan, seperti terorisme.

Banyak kejadian terorisme membuktikan, seseorang dengan mudahnya terpedaya untuk melakukan tindakan yang membahayakan orang lain dan dirinya. Bom bunuh diri misalnya. Dengan iming-iming mati syahid, masuk surga dan disambut bidadari, seseorang yang senyatanya dibodohi karena kebodohannya tentang agama rela melakukan perbuatan keji tanpa peduli menelan berapa korban dan berapa nyawa dilenyapkan.

Miris memang. Meskipun agama mengharamkan tindakan teror, faktanya hampir semua aktivitas teror selalu mendalihkan alasannya pada doktrin agama, pada kebenaran yang diyakininya. Padahal, kalau sedikit saja mau berpikir, atau belajar dan bertanya kepada orang yang benar-benar menguasai ilmu agama, segera akan tahu bahwa dirinya telah dibodohi.

Seorang ulama Mesir, Ali Jum’ah dari dulu telah mengingatkan: “Terorisme tidak mungkin lahir dari agama, ia produk dari akal yang tidak sehat, hati yang keras dan jiwa yang sombong”.

Akal yang tidak sehat adalah akal yang tidak berfungsi dengan baik untuk menilai mana yang ajaran agama dan yang bukan. Sementara hati yang keras dan jiwa yang sombong hanya lahir dari pribadi yang nihil pengetahuan agama.

Tentang bahaya kebodohan, Sayyid Abdullah bin Alwi al Haddad menjelaskan dalam kitabnya Risalatul Mudzakarah, Hamisyi Syarah al Dakwatut Tammah.

Tulis beliau: “Orang bodoh terperosok dalam kealfaan taat dan perbuatan maksiat dengan kemauan atau ketidakmauannya. Dirinya tidak menyadari, mana perbuatan taat yang diperintahkan oleh Allah dan mana perbuatan yang dilarang-Nya. Seseorang tidak akan terlepas dari belenggu kegelapan kebodohan, kecuali dengan cahaya ilmu”.

Kunci supaya bisa keluar dari ruang pemahaman yang dangkal tentang agama tidak ada lain dengan belajar. Hal ini seperti perintah Nabi bahwa menuntut ilmu wajib bagi semua umat Islam. Tidak ada batas usia maksimal untuk belajar. Nabi juga memotivasi bahwa menuntut ilmu baru berhenti setelah nafas terakhir keluar dari tenggorokan.

Maka, sejak saat ini, supaya tidak mudah dibodohi oleh sebuah doktrin berlabel agama, kita harus belajar kembali supaya tidak bodoh. Belajar kepada ulama yang memiliki sanad keilmuan yang jelas dan ilmu agama yang mumpuni.

Janganlah karena kebodohan kita sampai terjebak dan menjadi tumbal untuk melakukan kekerasan, sementara orang yang menipu tertawa bahagia sebab masih saja ada orang yang bisa ditipu.

Maka, sesuai dengan pesan Ibnu Rusyd di atas, kita yang awam hendaklah selalu berhati-hati supaya tidak mudah ditipu oleh “segala kebatilan yang dikemas dengan agama”.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

Toa masjid

Toa dan Sejarah Tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadan

Ramadan kali ini pun tak luput dari perdebatan soal pengeras suara (TOA). Polemik bermula dari …

manfaat tidur

Hati-hati, Ternyata Ada Tidur yang Membatalkan Puasa

Pemahaman tekstual terhadap dalil agama bisa berakibat fatal. Pemaknaan apa adanya tersebut berkontribusi memberikan informasi …