Dari sekian perbedaan pendapat tentang malam lailatul qadar; kapan waktu turunnya, tanda-tandanya dan lain-lain, yang jelas malam lailatul qadar adalah malam yang paling dimuliakan oleh Allah diantara malam-malam lainnya. Karenanya, malam lailatul qadar adalah malam yang sangat penting dan ditunggu-tunggu umat Islam.
Untuk meraih malam yang lebih baik dari seribu tersebut dianjurkan untuk memperbanyak ibadah sepanjang malam bulan ramadhan, seperti i’tikaf di masjid, membaca al Qur’an dan shalat sunnah.
Sebenarnya, menjemput lailatul qadar tidak terbatas pada amaliah-amaliah tersebut saja. Ada banyak aktifitas bernilai ibadah yang lain bisa dilakukan guna memperoleh keutamaan malam yang sangat penting itu.
Pertama, memperbanyak aktifitas yang bernilai kebaikan. Telah dimaklumi, aktifitas bernilai kebaikan tidak hanya sebatas i’tikaf, shalat sunnah dan membaca al Qur’an. Kebaikan melingkupi kebaikan apa saja. Istri memasak menyiapkan makan sahur untuk keluarga dan bersedekah kepada fakir miskin, juga merupakan amal kebaikan.
Sebagaimana disebutkan dalam al Qur’an surat al Qadr ayat 4, dimana malaikat turun ke bumi dan mencatat setiap kebaikan seseorang sebagai amal baik bernilai pahala. Kebaikan apa saja akan dinilai sebagai aktifitas bernilai pahala.
Setiap orang yang melakukan kebaikan di malam lailatul qadar ia layak berjumpa dengan malam yang lebih baik dari seribu bulan itu dan mendapatkan keberkahannya.
Kedua, menciptakan kedamaian. Artinya, melakukan segala aktifitas yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Surat al Qadr menjelaskan hal ini. Pada ayat 5 dijelaskan, pada malam lailatul qadar ada kedamaian sampai terbit fajar.
Menciptakan kedamaian merupakan ibadah paling mulia. Sebab tanpa kedamaian i’tikaf tidak tenang, shalat tidak khusyu’ karena diliputi was-was akan ancaman keselamatan, dan sederet kekhawatiran yang lain.
Apa arti i’tikaf, shalat, puasa dan membaca al Qur’an kalau dirinya selalu menciptakan ancaman dan suasana mencekam bagi orang lain. Dengan kata lain, tidak akan meraih lailatul qadar seseorang yang selalu menebar teror dan ketakutan terhadap orang lain.
Senang menebarkan rasa takut dan benih-benih kebencian, terutama di bulan ramadhan, selain jauh dari harapan meraih lailatul qadar, juga menyebabkan cacat pada puasa ramadhan bahkan menjadi penyebab rusaknya puasa.
Karenanya, agar lailatul qadar tidak berlalu sia-sia, sebaiknya mengikis sifat anti kedamaian dan memperbanyak segala amal kebaikan. Menjadikan puasa ramadhan dan lailatul qadar sebagai momentum memfitrahkan diri, peleburan dosa dan peningkatan ketakwaan.
Menebar teror dan kebencian atas nama agama, sejatinya perbuatan tercela. Termasuk segala aktifitas terorisme berkedok jihad agama yang saat tengah berkembang di tanah air kita ini merupakan aktifitas yang dapat menghalangi seseorang bertemu malam lailatul qadar.
Kesimpulannya, menciptakan kedamaian dan mengerjakan segala aktifitas kebaikan menjadi kunci bertemu malam lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan dan malam yang paling dinantikan kehadirannya oleh segenap umat Islam.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah