hari tasyrik
Idul Adha

4 Pendapat Mengenai Kapan Waktu Takbiran Idul Adha

Umat Islam di seluruh dunia sebentar lagi akan merayakan hari raya Idhul Adha. Di Indonesia, tahun ini hari raya Idhul Adha jatuh pada Selasa, 20 Juli 2021. Idhul Adha sendiri termasuk satu di antara dua hari raya dalam Islam selain Idhul Fitri. Maka keharusan bagi kita umat Islam untuk merayakan dan mengagungkannya.

Ada banyak sekali amalan yang disyariatkan untuk mengagungkan hari raya. Salah satunya yakni mengumandangkan takbir, atau yang biasa kita sebut takbiran. Namun di hari raya Idhul Adha tahun ini, agaknya kita harus kembali menjaga diri dan bersabar seperti tahun kemarin untuk tidak takbiran secara berkerumun ataupun berkeliling. Karena diketahui, wabah Covid-19 mulai kembali memakan banyak korban jiwa.

Oleh karenanya, dalam rangka mencegah penularan Covid-19 yang kian meluas, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 17 Tahun 2021 tentang Peniadaan Sementara Peribadatan di Tempat Ibadah, Malam Takbiran, Salat Idul Adha dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kurban Tahun 1442 H/2021 M di Wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

Surat Edaran ini menurut Menag, diterbitkan sebagai tindak lanjut atas kebijakan pemerintah yang telah menetapkan PPKM darurat pada 122 kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali. Ikhtiar pemerintah ini wajib kita taati agar angka kasus Covid-19 bisa ditekan dengan cara bertakbiran di rumah masing-masing bersama keluarga. Hal ini perlu kita semua lakukan agar selamat dari bahaya wabah, yang nantinya kita gunakan keselamatan tersebut untuk terus beribadah kepada Allah.

Dalil dan Lafadz Takbiran

Allah mensyariatkan takbiran agar umat Islam itu selalu merasa bersyukur atas segala rezeki yang telah diterimanya. Pengaplikasian syukur inilah Allah memerintahkan berdzikir menyebut nama-Nya di hari raya Idhul Adha. Dalil pensyariatan takbiran ini tertulis dalam Quran surat Al Hajj ayat 28:

لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ

“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah (berdzikir) pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.”

Adapun takbiran sendiri merupakan gabungan kalimat takbir, tahlil dan tahmid. lafadz yang umum digunakan oleh umat Islam di Indonesia saat mengumandangkan takbiran ialah sebagai berikut:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ.

4 Pendapat Waktu Takbiran Idhul Adha

            Ternyata ada perbedaan waktu takbiran antara yang dilakukan saat Idhul Fitri dengan Idhul Adha. Banyak yang sudah tahu jika waktu takbiran Idhul Fitri itu dimulai ketika malam 1 Syawal sampai sebelum malam 2 syawal, artinya hanya 1 hari penuh. Beda halnya dengan Idhul Adha yang memiliki waktu lebih panjang dari Idhul Adha.

Namun demikian, waktu dianjurkannya takbiran Idhul Adha juga memiliki berbagai versi pendapat. Setidaknya, menurut mayoritas ulama mengatakan ada empat pendapat yang bisa dijadikan pegangan kita untuk memulai dan mengakhiri takbiran Idhul Adha.

Pertama, dimulai saat setelah shalat zhuhur pada hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan berakhir setelah shalat subuh pada akhir hari tasyrik (13 Dzulhijjah). Dianjurkan juga takbiran sesaat setelah melaksanakan 5 shalat fardhu. Itu merupakan pendapat yang shahih dan telah diriwayatkan dari ‘Utsman bin ‘Affan, Ibnu Umar, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, itu juga pendapat Imam Malik dan Imam Ahmad.

Pendapat kedua, takbir dimulai selepas shalat maghrib pada malam Idul Adha (10 Dzulhijjah), sebagai qiyas atau analogi dengan Idul Fitri, dan berakhir setelah shalat subuh di akhir hari tasyrik (13 Dzulhijjah).

Pendapat ketiga, mulai bertakbir setelah shalat subuh pada hari Arafah (9 Dzulhijjah), dan berakhir setelah shalat ashar pada akhir hari tasyrik (13 Dzulhijjah). Riwayat ini berasal dari ‘Umar bin Khattab, ‘Ali bin Abi Thalib, Sufyan At-Tsauriy, Ahmad, Ishaq, Abu Yusuf, Muhammad dan Ibnu Al Mundzir juga memilihnya”.

Pendapat keempat, yakni dimulai saat sepuluh hari pertama dan sampai hari tasyrik berakhir. Pendapat ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al Mu’jam al-Kabiir dengan sanad yang baik, dari hadits Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah saw bersabda:

“Tidak ada hari-hari yang lebih besar di sisi Allah swt dan tidak ada amal perbuatan yang lebih dicintai Allah swt selain pada sepuluh hari itu. Maka perbanyaklah membaca tahlil, takbir dam tahmid pada hari-hari tersebut.  (HR. Ahmad)

Imam al-Bukhari dalam shahihnya juga menceritakan bahwa: “Adalah Ibnu Umar dan Abu Hurairah ra keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dengan bertakbir, sehinga orang-orang juga bertakbir karena takbir mereka.” (HR. Al Bukhari)

Idhul Adha sudah dekat, mari kita sama-sama menjadikan momentum PPKM ini untuk memperbanyak bertafakur dan berdzikir dengan takbiran di rumah masing-masing. Insya Allah, kita dapat dua hal jika kita melakukannya, keselamatan dari wabah Covid-19 dan pahala yang melimpah dari takbiran. Wa Allahu A’lam 

Bagikan Artikel ini:

About M. Alfiyan Dzulfikar

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Bersemangatlah dalam Beribadah (2): Cara Menghindari Kemalasan

Dalam tulisan sebelumnya, sudah dijelaskan betapa Allah SWT menganugerahkan kemurahan dan kemudahan kepada kita untuk …

ibadah

Bersemangatlah Dalam Beribadah (1): Tiada Kesukaran dalam Agama

Allah memerintahkan kita beribadah, pastilah itu bermanfaat dan baik untuk kita sendiri. Tak mungkin ada …